15. Persoalan

32 5 0
                                    

Barex mengantar Titus tepat di depan rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Barex mengantar Titus tepat di depan rumahnya. Ia sudah menduga kalau gadis itu akan ketiduran di atas motor. Perut kenyang dikasih angin sepoi-sepoi, mata udah seliyeran pengen ngantuk tapi ditahan dan berakhir tidur memeluk punggung cowok jangkung tersebut.

Barex mengangkat Titus di depan dada lalu nyeletuk. "Udah kecil, ringan, porsi makan gak ngotak, tapi gak tinggi-tinggi."

Barex mendumel sambil menekan bel rumah. Sekarang pukul tiga sore, dia takut kalau Titus dibiarkan pulang tanpa ada yang mengantar pasti dikasih pertanyaan bertubi-tubi oleh Abangnya.

"Titus maafin Aba—HEH! LO APAIN ADEK GUE?! Tigra seketika beralih ke mode siap menerkam sewaktu melihat Adiknya dalam gendongan pria lain.

"Tenang, dia cuma ketiduran. Atau mau gue taro di sini?" ucap Barex sedingin es.

Tigra memelotot sesaat. "Jangan! Mending taro di kamarnya." 

"Sebelah mana?" Tigra mengarahkan Barex menuju kamar Titus. Setelah membaringkan gadis itu Tigra menyeretnya hingga di ruang tamu.

"Sebelumnya gue bilang makasih untuk kedua kalinya sama lo." Barex mengangguk kecil. "Tapi sekarang gue peringatkan, jangan pernah sentuh Adek gue lagi!"

"Kalo adek lo jatuh cinta sama gue, lo bisa apa?" Tatapan dinginnya seolah mengintimidasi.

Tigra menatap Barex tajam. "Adek gue jatuh cinta sama lo? Jangan ngelawak, Rex. Adanya juga lo yang jatuh hati sama Adek gue!" Tigra menuding tepat di depan dadanya.

Kini Barex terdiam sejenak. Mungkin perkataan Tigra sedikit ada benarnya.

"Gue gak melarang lo suka sama Titus, tapi ...."

Sebelah alisnya terangkat. "Tapi lo takut gue jadi cowok ceroboh dan malah nyakitin hatinya?"

Tigra tersenyum miring. "Lo itu gak pantes sama Adek gue, Rex."

"Gue ganteng, pantes-pantes aja prasaan." Barex mengedikkan bahu acuh.

"Si anying maksud gue kepribadiannya."

Dahi Barex mengernyit. "Titus?"

Tigra mengangguk pelan. Menuntun ia duduk di ruang tamu. Sejak tadi adu mulut di depan kamar Titus, bagaimanapun, tamu adalah raja. Tigra menghela napas berat. "Plis, gue mohon. Jauhin Adek gue, Rex," pintanya pelan.

Barex tertegun sejenak. Menegakkan kepala seolah berkata ‘kenapa?’

"Dia itu beda sama lo!" Tegas Tigra penuh penekanan.

"Karna menurut lo dia jelek fisik dan perilaku lalu mikir gak pantes buat cowok kayak gue?" tanya Barex sepelan mungkin.

Lagi-lagi Tigra menghela napas kasar. Mengusap wajahnya gusar. Harus berapa kali anak ini dikasih peringatan? Tapi ujung-ujungnya selalu berdalih atau beralasan.

TITUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang