Panasnya terik sang baskara tak mematahkan semangat para pejuang rupiah di dunia. Mereka terus berpikir bagaimana caranya agar kehidupan terus berjalan meski kelelahan melanda.
Seorang gadis dengan celana jeans hitam panjang di balut hoodie putih tengah mondar-mandir di depan kamar Tigra. Sudah satu jam ia menunggu.
"Abang cepetan, stoknya limited edition!"
"Iya-iya," Akhirnya Tigra keluar dari kamar tetapi berpenampilan seolah ingin pergi tawuran. Rambutnya acak-acakan, kolor hijau tua selutut, baju oblong pendek warna hijau muda ditambah wangi maskulin yang sangat menyengat.
Titus mencebik, "Mau ke pantai selatan, ya?"
"Heh, ini tuh, fashion. Masa lo gatau?" Bela Tigra. "Lo juga bakalan jadi lebih uwahh kalo bersikap layaknya cewek feminim Tus."
"Gue kira lo bosen idup sampe-sampe mau ke pantai selatan."
Titus merampas kunci motor dari tangan Tigra secara paksa, menatapnya tajam. "Feminim tidak tertanam di dalam diri seorang Tisa Tusfanindita!"
Tigra cengo. Mungkin Titus lagi datang bulan? Kalaupun iya dia menjadi perempuan dengan dress juga anting-anting beserta high heels di kakinya, bukankah jadi lebih cantik? Mungkin Titus masih terbawa suasana waktu itu.
Tigra menghela napas setelah Titus hanya membawa kartu kredit. "Di mall apa di toko biasa?" tanya Tigra mendekati Titus yang sudah di samping motornya.
"Di mall aja, lagian kan versinya juga limited edition, pasti belum beredar," jelas Titus.
"Owh, bawa duit berapa? Kalau harganya mahal, Tus gimana?" tanya Tigra menyalakan mesin.
Titus naik. Memakai helm. "Abang Tigra, kan bau-bau duit."
"Cih, untung sayang, coba kalo nggak?"
Sepanjang perjalanan tak ada satu katapun terlontar, cuma terasa keheningan. Kadang-kadang meski sama satu anggota keluarga sendiri. Tapi kalau sudah terjun di jalan raya sudah beda cerita lagi. Canggung. Itulah perasaan yang Titus rasakan sekarang.
Mau ngobrol, ngobrolin apa? Cari topik itu susah.
Menyebalkan. Sangat menyebalkan jika terjebak di kecanggungan
Titus memeluk Tigra saat kecepatan motor terus bertambah. Menyandarkan kepala di punggung kekarnya.
"Titus," Panggil Tigra. Dari tadi Titus cuma diam saja tanpa sepatah kata. Tigra sempat melirik ke kaca spion. Biasanya kalau bepergian dengannya dia akan cerita pasal keadaan kamar atau hobinya dalam menulis juga melukis, sesekali tertawa namun sekarang tidak. Seperti ada sesuatu tak beres sedang terjadi.
"Tus?"
Panggilan Tigra tak digubris.Tigra semakin melajukan motornya. Membuat sang empu hampir hilang keseimbangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TITUS
Teen FictionIni cerita tentang gadis yang malas mengenal dunia. Tak pernah mau dipaksa atau memaksa. Sebab ia tahu kalau terluka bisa karena ucapan tanpa pikir panjang. Manusia sekarang bercanda kelewatan di bilang wajar, sedangkan pembullyan dianggap benar. He...