"Lo suka sama Titus, kan?" Tigra mengulangi pertanyaannya.Sagra melepaskan rangkulan Tigra. Mengambil tasnya yang terpental saat mendapati pukulan pertama.
"Sebelumnya gue mau minta maaf kalo gue manggil lo serasa manggil temen. Padahalkan lo itu senior gue."
Tigra mengedikkan bahu. "Panggil nama aja."
Sagra kembali mendekat. Berjalan beriringan menuju parkiran.
"Jadi ... lo udah ngasih gue lampu ijo, nih?" tanya Sagra to the point.
"Kaga, gue ngasih lampu sen, biar lo tambah minggir." Tigra berhenti melangkah. Membalikkan tubuh Sagra agar berhadapan dengannya. "Lagian, lo itu masih waras. Bukan masalah gue izinin elo apa enggak. Tapi Titus yang gak pantes buat lo."
Tidak bisa di pungkiri kalau adiknya sangat populer meski di kalangan cowok kelas lain. Buktinya, Sagra adalah orang ke tujuh yang mengisyaratkan hal serupa.
Begitu pula, orang tidak waras mana yang mau menerima cewek mageran tak berguna?
"Tapi gue tulus, Gra. Kekurangan Titus bakal gue lengkapi nantinya," sangkal Sagra tetep kekeh.
"Kalo Titus gak mau sama lo?"
Tepat sasaran. Sagra bungkam. Mulutnya ingin berucap tapi merapat kembali. Ada benarnya juga kalau yang mencintai atau menyimpan perasaan selama ini hanya Sagra seorang.
Raut wajah Sagra berubah suntuk. "Misal Titus kaga mau," jeda sejenak, "ya, harus mau dong!"
Tigra menjitak pelan kepala Sagra. Sang empu mengaduh. "Namanya cinta kaga bisa di paksa, dasar goblok."
"Ya, intinya harus mau. Titus harus jadi pacar gue."
Tigra mencebik, "Misal ada cowok udah jadi mantan tapi masih manggil sayang. Spontan nomornya langsung di?"
"Blok," jawabnya lugu.
"Kata bahasa Inggrisnya pergi apa?"
"Go."
Tigra menjentikkan tangan. "Nah, gabungin."
Sagra tampak berpikir. "Go-blok."
"Akhirnya ada human jujur menyatakan diri."
Kaki Sagra refleks menendang tulang kering Tigra. Mengaduh sebentar, menatap tajam sang pelaku. Saat merasakan ada hawa-hawa ingin balas dendam langkah Sagra semakin cepat meninggalkan Tigra di lapangan.
"Waspada aja lo, nanti juga gue tikam!" protes Tigra mengeluarkan kunci dari kantongnya.
Banyak kendaraan berlalu-lalang. Mayoritas mulai memadati jalan sewaktu malam yang sepi kini ramai kembali. Sibuk akan kepentingan masing-masing. Mencari upaya agar hidup terus berjalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TITUS
Teen FictionIni cerita tentang gadis yang malas mengenal dunia. Tak pernah mau dipaksa atau memaksa. Sebab ia tahu kalau terluka bisa karena ucapan tanpa pikir panjang. Manusia sekarang bercanda kelewatan di bilang wajar, sedangkan pembullyan dianggap benar. He...