8

7.3K 523 102
                                    

Selamat soreyyyy readerskyu!!

Sedikit mau cerita, tadi siang gue maskeran pake lidah buaya kan

Gue iris tipis tipis terus gue tempelin ke wajah gue.

Setelah nunggu 15 menit, ASLI!

Muka gue jadi lebih halus, tambah cerah!

Lidah buaya emang best banget sih buat kecantikan, emang ngga bisa diragukan lagi. Ayy ceunah!

😁😁😁

Kek lagi promosi gue😂

Jangan lupa voment ya guys!











"Shirin kemana sih? Kenapa telfonnya ngga aktif?" Hendery mengacak rambutnya kasar, ia benar-benar frustasi.

Hendery tidak akan membiarkan Shirin diclub sendirian lagi, ia berjanji.

.
.
.
.
.

"Ekhm m-makasih sarapannya," ucap Shirin gugup.

Jeffrey tersenyum, "Your welcome."

Shirin mengambil tasnya dan beranjak dari duduknya.

"Mau kemana?" tanya Jeffrey mengagetkan Shirin.

"M-mau pulang."

Jeffrey melirik piring kotor di atas meja.

"Hah?"

"Cuci in, ngga tau terima kasih banget udah ditampung disini sama dimasakin."

Shirin membulatkan matanya, sebenarnya udah biasa sih nyuci piring and lainnya, tapi...ia ingin cepet-cepet keluar dari apartemen ini.

Dengan senyum terpaksa, Shirin kembali meletakkan tasnya lalu mengambil piring tersebut.

Jeffrey melihat Shirin yang sedang mencuci piring, matanya melirik tas Shirin lalu kembali melihat Shirin yang masih sibuk mencuci piring.

.
.

"Ayo saya anterin," ucap Jeffrey sembari melihat Shirin yang sedang mengeringkan tangannya.

"Ngga usah, saya udah pesen taksi."

Jeffrey menaikkan sebelah alisnya, bohong banget, ponselnya kan mati. "Saya anterin aja, ayo cepet!"

"Ngga us一"

"Cepet!"

Shirin menghela nafas, mengambil tasnya lalu berjalan mengikuti Jeffrey.

.
.
.
.
.

"Lo dimana? Kelas udah mau mulai goblok!"

"Shirin belum pulang dari semalem."

"Kemana emang?"

"Ngga tau, gue telfon ponselnya ngga aktif."

"Lah kok? Oh gue tau."

"Dia sama lo?"

"Bukan, mybe tadi malem Shirin main sama orang."

"Ngga mungkin."

"Iya sih."

Ceklek

Hendery langsung menoleh ketika mendengar pintu apartemennya dibuka.

"Shirin? Lo darimana aja hah? Gue khawatir tau," ucap Hendery sembari membolak balikkan badan Shirin.

"Apaan sih? Gue ngga papa anjir," ucap Shirin sembari menyentak tangan Hendery.

"Tadi malem lo kemana? Terus ponsel lo kenapa ngga aktif?"

"Abis baterainya," jawab Shirin sembari melepas sepatunya. "Gimana sepupu gue?" tanya Shirin antusias.

Hendery membuang muka lalu meninggalkan Shirin ke dalam kamar.

"Eh? Hendery kenapa? Di tolak kah?" gumam Shirin.

.
.

"Loh? Kok ngga ada?"

"Apa?"

"Ponsel gue."

"Terakhir lo taroh mana? Coba lo inget-inget lagi," ujar Hendery.

"Seinget gue ditas kok, jangan-jangan..." Mata Shirin membulat.

"Dimana?"

Shirin berdecak. "Sial!"

.
.
.
.
.

Sudah berkali kali Shirin menekan bel, namun tak kunjung dibuka oleh pemiliknya. Shirin berdecak kesal.

"Den Jeffrey biasanya udah berangkat ke kantor Mbak jam segini," ucap seorang wanita paruh baya tiba-tiba.

Shirin terkejut, refleks membalikkan badannya sembari memegang dadanya.

"Cari Den Jeffrey kan?" tanya wanita paruh baya itu.

"I-iya," jawab Shirin gugup, tangannya masih mengelus dadanya pelan(?)

"Mbak langsung ke kantornya aja," ucap wanita paruh baya itu.
"Oh iya, Mbak pacarnya Den Jeffrey? Kenalin saya Bi Suli, pembantunya Den Jeffrey," ucapnya sembari tersenyum lebar.

"Eh? B-bukㅡ"

"Akhirnya Den Jeffrey punya pacar juga, pasti Nyonya bakalan seneng."

Hari ini jadwalnya Bi Suli untuk membersihkan apartemen Jeffrey, namun ia di kejutkan dengan wanita yang berdiri didepan pintu apartemen Jeffrey.

Senyumnya tak luntur ketika berpikir jika wanita itu adalah pacar Jeffrey, karna sebelumnya Jeffrey tidak pernah di datangi wanita di apartemennya.

Shirin tersenyum paksa, "I-iya, saya pamit ya Bi."

"Oh iya iya! Hati-hati dijalan Non."

Shirin membungkukkan badannya sedikit lalu pergi meninggalkan Bi Suli.

"Gue harus ke kantornya gitu?" gumam Shirin.

Tbc...

Bad Cover : Tempted ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang