13

5.1K 391 127
                                    

"Sial! Sial! Sial! Seharusnya tadi pake jaket ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sial! Sial! Sial! Seharusnya tadi pake jaket ini." Shirin menggerutu sembari menepuk nepuk jaketnya kesal.

"Ngga papa kali Rin, biar sekalian tau luar dalem," ucap Hendery.

Shirin berhenti menepuk jaketnya, ia menoleh kearah Hendery sembari tersenyum lebar, "Lo bener! Kayaknya dia ngga keberatan deh, maksudnya dia ngga mempermasalahkan tato gue."

Hendery menghela nafas. "Rin?"

"Hm?"

"Lo tau?"

"Engga."

"G-gue..."

"Lo kenapa?"

Hendery berdecak, ia tidak berani mengutarakan isi hatinya sekarang, ia belum siap, "Ngga jadi."

"Kenapa sih?"

"Ayo turun, udah sampai."

Shirin langsung turun, ia melihat rumah baca miliknya takjup. "Perfect!"

Hendery melihat anak-anak yang sudah berkumpul seraya tersenyum simpul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hendery melihat anak-anak yang sudah berkumpul seraya tersenyum simpul. "Ayo," ajaknya sembari merangkul pundak Shirin.

Shirin menoleh sembari tersenyum. Ia senang melihat anak-anak, membuat rumah baca memang pilihan yang tepat.

"Assalamualaikum."

Anak-anak itu menoleh. "Walaikumsalam," ucap mereka serempak.

"Halo anak-anak, apa kabar?"

"Baik!"

Shirin tersenyum, "Suka sama rumah bacanya ngga?"

"Suka Kak!"

Shirin terkekeh ketika mendengar jawaban itu, "Kita kenalan dulu ya, kenalin nama Kakak, Shirin."

"Kak Shirin," panggil anak berambut sebahu.

"Ya?"

"Kakak yang nolongin kita waktu ditrotoar itu kan? Aku masih inget wajah Kakak," ucap anak itu sembari tersenyum lebar.

"Assalamualaikum."

Mereka serempak menoleh kearah sumber suara. Ternyata itu Abizar一Kakak sepupu Shirin.

"Walaikumsalam."

"Udah sampai duluan ternyata," ucap Abizar seraya mendudukkan dirinya di sebelah Shirin.

"Tadi udah pada kenalan belum?"

.
.
.
.
.

"Ada apa Ma? Tumben, dateng ke kantor Jeffrey."

Mama Jeffrey tersenyum, "Ngga papa sih, tiba-tiba Mama kangen sama kamu, makanya kesini."

Jeffrey mengernyit.

"Sini," ucap Mama Jeffrey seraya menepuk tempat duduk disampingnya.

Mama Jeffrey nyengir kuda melihat anaknya yang menatapnya aneh. "Kapan mau ngenalin pacar kamu ke Mama Jeff?"

"Hah?"

"Pasti cantik!"

"Apaan sih Ma?"

"Kata Bi Suli, pacar kamu kemarin dateng ke apartemen kamu."

"Siapa?"

"Loh? Kamu udah punya pacar kan?"

"U-udah."

Mama Jeffrey tersenyum, "Kenalin ke Mama dong. Bi Suli bilang, pacar kamu cantik banget."

"Iya, cantik banget," ucap Jeffrey sembari menyunggingkan senyumnya, namun seketika senyum itu luntur kala mengingat penampilan Shirin.

Jeffrey melirik Mamanya yang tengah tersenyum memandangi ponselnya. Semoga Mama bisa nerima Shirin apa adanya.

Tbc...

Bad Cover : Tempted ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang