Rivan dan para sahabatnya berjalan kearah tengah lapangan untuk menjalankan hukuman, sebenarnya tadi mereka berniat untuk membolos. Tetapi mereka bertujuh ketahuan jadilah sekarang mereka disini sekarang.
"Sialan bener anjir, kenapa pake acara ketahuan segala sih?! Ini semua pokoknya gara gara Danu." Ujar Januar dengan wajah kesalnya.
"Nah bener tuh apa kata si curut, ini tuh gara gara lo yah Danu." Arthur turut serta memojokkan Danu, membuat Danu tak terima dan melayangkan protesnya.
"Lah kok pada nyalahin gue. Yah harusnya kalian berdua dong, kenapa pada lambat banget naiknya? Malah pada main hp lagi." Danu bersuara sambil melirik sinis kearah Januar dan Arthur.
"Heh anak monyet, kita tuh masih santuy santuy dulu. Dan kita masih berkesempatan untuk lari, kalau aja gak ada drama celana sobek saat aksi memanjat dinding!" Tegas Arthur. Diangguki semangat oleh Januar, Danu mencibir mereka berdua.
Namun setelah dipikir pikir oleh Danu, mereka ada benarnya juga. Kalau aja gak ada drama celana sobek pasti mereka gak bakalan disini kepanasan.
"Halah bacot lo pada, mending pada diem. Mulut lo bau kalau ngomong soalnya." Kata Rivan dengan senyum miringnya, mereka bertiga hanya bisa mengelus dada.
"Syaiton kalau ngomong sukanya sembarangan nih, orang mulut gue gak bau kok. Jangan Ngadi Ngadi lah, udah gue bersihin pake kembang tujuh rupa nih mulut," Ucap Januar sambil mencoba merasakan bau mulutnya.
"Biasa syaiton itu kerjaannya suka ngiri. Dia ngiri sama kita gara gara kita sikat giginya pake kembang tujuh rupa." Danu ikut mengeluarkan pendapatnya, lalu mereka berdua ber'tos ria.
"Kurang ajar ya lo berdua sama gue. Ngajak ribut lo ha?" Canda Rivan dengan wajah yang dibuat segarang mungkin, mereka mengelus dadanya saat melihat tatapan Rivan yang seperti singa mencari mangsa. Maklum mereka sering ke kebun binatang untuk melihat kembaran Januar si monyet, jadi mereka tau tatapan setiap hewan.
"Singa jantan udah ngamuk Dan, Jan, gak usah di pancing lagi emosinya. Kasihan, nanti dia mati muda gara gara emosi terus sama kita." Lerai Arthur dengan tatapan mengejek yang ia tunjukkan ke arah Rivan.
Rivan menurunkan tangannya dan bersiap maju untuk memukul Arthur tapi Gara sudah menghalanginya, "Sabar Van, Arthur cuman bercanda doang kok. Udah yuk selesaiin dulu hukumannya, biar cepet selesai terus habis itu kita bisa langsung cepet cepet istirahat." Jelas Gara, Gara menatap kearah Genta untuk meminta bantuan. Genta mengangguk mengerti.
Genta berjalan kearah Arthur, Danu, dan Januar. "Kalian gak boleh gitu, jangan mancing emosi Rivan. Kasihan dia, mungkin lagi ada sesuatu yang bikin dia emosi. Kalian jangan pancing pancing yah." Tutur Genta dengan lembut, memang yah. Genta ini calon idaman banget.
"Iyah Gen Iyah, ini kita diem deh." Pasrah Januar, diangguki oleh Danu dan Arthur.
Rivan memejamkan matanya sebentar lalu membukanya secara perlahan, setelah dirasa emosinya sudah stabil Rivan menoleh kearah Arthur, Januar, dan Danu.
"Maaf yah gue emosi, gue lagi pengen marah aja soalnya. Gue gak tau kenapa, mood gue buruk banget hari ini." Kata Rivan memecahkan keheningan. Trio DAJ menoleh lalu mengangguk.
"Santai aja Van, ini salah kita juga kok yang mancing mancing emosi lo. Maaf yah, kalau misalnya kita selalu buat lo marah. Tapi jujur yah Van, gue suka buat lo marah. Lucu aja gitu yah gak?" Danu menoleh kearah para sahabatnya untuk meminta pendapat, anggukan mereka membuat senyum Danu mengembang.
"Bener, Lo lucu." Nah si dingin Gala rupanya baru saja bersuara, Rivan memutar bola matanya malas mendengar ucapan yang terlontar dari mulut para sahabatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIVANDRA
Teen Fiction"Lo kenal cowok itu? Sa?" Tanya seorang gadis cantik sambil menunjukkan kearah seorang cowok tampan. "Enggak, memangnya cowok itu kenapa Lea?" Tanya balik Alysa sambil menatap kearah sahabatnya. "Dia ganteng banget Sa, gak ada niatan buat diajak nik...