07 : BOLOS

3.1K 385 33
                                    

Rivan menarik tangan Alysa dengan lembut, ia berlari kecil agar bisa sampai di tembok belakang. Seperti yang Rivan bilang tadi, Alysa akan ikut membolos dengan Rivan.

"Rivan, kita beneran mau bolos?" Tanya Alysa dengan memegang erat tangan Rivan, ketika Rivan mengajaknya untuk berlari lari kecil.

Rivan menoleh sekilas kearah Alysa lalu mengangguk dengan senyum tipisnya. "Guru guru pada rapat Sa, jadi mendingan kita bolos aja." Alysa hanya tersenyum membalas ucapan Rivan. Mereka berlari hingga sampai di tembok belakang.

Alysa menatap polos kearah tembok yang menjulang tinggi, lalu menoleh kesamping untuk meminta pendapat Rivan. Rivan terkekeh kecil lalu membawa Alysa ke pojok tembok, dapat Alysa lihat di sana ada rerumputan yang terlihat sangat banyak dan kotor.

Alysa sempat berfikir jika Rivan akan mengambil tangga di balik rerumputan itu, tapi ternyata dugaan Alysa salah. Ternyata Rivan kesitu untuk membuka pintu yang mengarak ke luar sekolah. Ternyata dibalik rerumputan itu terdapat pintu keluar.

Alysa hanya bisa melongo melihat itu, Rivan menoleh sekilas. Lalu kembali menarik tangan Alysa.

"Udah Sa, jangan melongo. Ayok ikut, keburu ketahuan nanti." Alysa menoleh sekilas kearah Rivan, lalu mengangguk.

Akhirnya mereka berdua berhasil keluar dari dalam sekolah, sekarang tujuan mereka berdua menuju warung mang Bejo.

Sesampainya di warung mang Bejo, Rivan langsung menyuruh Alysa duduk. Sedangkan dirinya memesankan makanan untuk Alysa.

Tak lama setelah itu Rivan balik menghampiri Alysa, dan tak lama setelah itu juga. Para sahabat Rivan dan juga Lea sahabat Alysa datang.

"Huh, Capek gue Sa. Minta minum dong Sa," Tanpa menunggu jawaban Alysa. Tiba tiba saja Lea merebut minuman yang berada di tangan Alysa, yang tinggal setengah.

Alysa yang melihat kelakuan Lea hanya geleng geleng kepala saja, sedangkan Rivan mendelik melihat itu. Padahal kan niatnya mau modus. Mau minta minum Alysa, eh malah direbut duluan.

"Van, bagi minum dong." Januar menjulurkan tangannya berniat untuk meminta Rivan minum, tapi bukan minum yang Januar dapatkan, melainkan botol bekas air yang tadi baru saja dihabiskan Lea.

Januar melotot kearah Rivan, "Jangan sembarangan lo Van. Sahabat lo ini lagi butuh minum Van, bukan lagi butuh botol rongsokan." Genta yang melihat wajah Januar yang sepertinya memang kehausan pun, memberikan minumnya yang masih utuh. Januar yang melihat itu tersenyum sumringah.

"Genta emang yang terbaik, gak kaya ono noh," Ucap Januar dengan menatap sinis Rivan. Rivan pun membalas tatapan sinis Januar.

Rivan bangkit sambil berkacak pinggang di depan Januar. "Apa lo? Ngajak ribut? Sini! Gue jabanin, mau ribut dimana ha?!" Rivan menatap sengit kearah Januar. Begitupun dengan Januar.

"Oh lo ngajak ribut gue Van?! Ayok, siapa berani." Januar yang tadinya sudah bangkit dan akan melawan Rivan, seketika langsung diam. Januar menatap memelas kearah Rivan.

"Van, bagi duit. Gue laper lagi nih." Januar menatap penuh harap kearah Rivan, mau tak mau Rivan pun memberikan uang kearah Januar.

"Yes, dapet duit. Woi Nu, Thur, mau ikut gue jajan kagak?" Tanya Januar sambil menoleh kearah Danu dan juga Arthur. Dua sekawan itu mengangguk antusias, lalu langsung mengikuti langkah Januar yang sudah mulai menjauh.

"Rivan, mereka kenapa sih? Gak dikasih jatah bulanan yah?" Alysa menatap kearah manik mata Rivan. Rivan terkekeh kecil mendengar penuturan Alysa.

"Iya kayaknya, udah gak usah diurusin mereka. Trio DAJ emang gitu, agak agak." Kata Rivan sambil mengelus kepala Alysa, Alysa yang diperlakukan seperti itu seketika mengantuk.

RIVANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang