10 : LAMARAN

2.4K 330 35
                                    

"RIVAN BANGUN ANJIR, LO LUPA HARI INI MAU NGELAMAR ANAK ORANG?!" Teriakan membahana yang keluar dari mulut Dewi -- Mama Rivan, membuat Rivan kaget dan refleks terbangun dari tidur nyenyaknya.

"Kenapa jerit jerit sih Ma? Kuping Rivan sakit nih dengerin suara mama yang ngalahin Toa," Ucap Rivan dengan raut wajah kesal. Rivan kembali duduk di tepi kasur, sambil memijit kepalanya yang tiba tiba sakit.

Dewi berkacak pinggang di depan Rivan, "Anak kurang ajar ya lo, sekarang mandi! Siap siap, lo lupa? Kalau lo bakalan ngelamar anak orang?" Cerocos Dewi sambil menggunakan bahasa gaulnya, Rivan yang mendengar penuturan Dewi langsung tersadar dan lari pergi ke kamar mandi.

Dewi mengangguk anggukan kepalanya melihat tingkah Rivan. "Oh, jadi anak gue kenapa bisa lari cepet itu karena refleks to? Okey okey gue tau rahasianya." Setelah mengatakan itu Dewi membantu menyiapkan perlengkapan Rivan, lalu berlalu pergi dari kamar Rivan untuk menyiapkan keperluan yang lain.

Rivan di dalam kamar mandi bergerak dengan gelisah, apalagi ini saat yang ditunggu tunggu bagi Rivan. Bukan, bukan karena Rivan tidak siap dan ragu dengan pilihannya. Tapi, karena Rivan takut akan tolakan yang akan ia terima.

Setelah berdebat dengan batin dan pikiran, Rivan bergegas untuk mandi. Tak perlu membutuhkan waktu yang lama akhirnya kini Rivan selesai dengan ritual mandinya.

Rivan berjalan kearah kaca untuk memastikan penampilannya, dirasa sudah keren dan bener Rivan langsung memutuskan untuk keluar dari kamarnya.

Baru saja turun dari tangga, Rivan sudah mendengar suara ceramahan mamanya.

"Aduh duh anak bujang, yang bentar lagi mau ngelamar anak orang. Jam segini bukannya udah siap siap eh malah molor tadi," Cerca Dewi menatap sebal kearah anaknya. Tristan hanya diam saja sambil menyeruput kopinya.

"Gak usah nyinyir Ma, yang penging kan Rivan udah disini. Mending Mama diem deh, nyinyir mulu kerjaanya." Balas Rivan dengan nada sengitnya, Dewi melototkan matanya saat mendengar ucapan anaknya.

"Wah ngajak berantem lo? Mau lo kualat sama emak sendiri? Mau lo gue kutuk?" Rivan hanya menyengir saja mendengar serentetan kalimat yang diucapkan Mamanya. Tak apalah, setidaknya berkat sang Mama. Rivan jadi tidak terlalu gugup.

"Enak aja main kutuk kutuk, percaya deh Ma. Kalau gak ada Rivan, Mama pasti kesepian," Ucap Rivan sambil mengambil makanan yang sudah ada di meja makan.

"Kan ada Papa Van." Celetuk Tristan dengan nada tak terima.

"Papa mah kerjaannya cuman selingkuh, jadi pasti Mama bakalan sering kesepian." Kata Rivan menatap Papa nya dengan tatapan mengejek, Dewi yang mendengar penuturan anaknya. Menatap kearah Tristan dengan tatapan menyelidik.

"Selingkuh sama siapa lo? Cewek bohay, cewek seksoy, atau cewek janday?" Tanya Dewi dengan sinis, wajahnya ia majukan. Membuat Tristan tersentak kaget melihat gerakan tiba tiba Dewi.

"Enggak Ma, Papa enggak selingkuh. Rivan bohong Ma, percaya deh sama Papa." Jujur Tritan sambil memberikan tatapan sinisnya kepada sang anak. Rivan hanya menyengir kuda melihat tatapan maut sang papa.

"Kalau sampai Papa bohong, siap siap anunya Mama potong." Ketus Dewi sambil memperagakan gerakan pisau yang siap untuk memotong. Teryata, bukan hanya Tristan saja yang bergidik ngeri. Melainkan Rivan pun sama.

"I-iya Ma, kejem banget sih," Ucap Tristan sambil bergidik ngeri. Tangannya ia gunakan untuk menutup asetnya.

"Kejam? Kalau suaminya tukang selingkuh sih bagi Mama b aja, kagak ada tuh kata kejam." Kata Dewi dengan wajah songongnya, lalu Dewi mulai mendudukkan bokongnya di kursi.

RIVANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang