Seperti yang Alysa katakan kemarin, kini Rivan dan Alysa benar benar sedang dipingit.
Rivan hanya pasrah saja saat Mama nya, dengan seenak jidat mengambil ponselnya.
"MAMA, RIVAN GALAU NIH?! ADA SARAN GAK MA?" Teriak Rivan dengan kesal, Rivan berharap Mama nya itu akan memberikan dirinya saran. Namun, sepertinya harapan Rivan harus pupus saat yang ia dapatkan hanyalah lemparan wajan yang akan Mama nya gunakan untuk masak.
"Astaga punya Mama gini amat, kapan Mama gue bisa diajak kerjasama?" Gerutu Rivan dengan mulut yang terus berkomat kamit.
Karena merasa bosan dan kesal, Rivan memutuskan untuk berjalan keluar rumah. Pandangan Rivan jatuh kepada anak anak kecil laki laki yang kini sedang berkumpul, karena sedang gabut jadi dengan senang hati Rivan berjalan kearah mereka.
"Hallo para Boke." Sapa Rivan dengan mata yang berbinar, mereka dengan serempak menoleh kearah Rivan, menatap heran kearah Rivan yang kini sedang berjongkok di depan mereka.
"Boke? Wat pen?" Tanya anak kecil laki laki dengan wajah songongnya, rambutnya yang ia warnai membuat seorang Rivan terkekeh kecil.
"Bocah kece cil, btw any way baswey. Rambut lo mirip anak ayam yang biasanya nangkring di post ronda cil. Persis sis sis, jangan jangan itu anak ayam kembaran lo yah?" Tuding Rivan dengan wajah yang ia buat seserius mungkin, untuk menyakinkan para bocil.
Anak kecil itu menatap kesal kearah Rivan. "Oh no, I not yam. U now?!" Balas bocah itu dengan tampang songongnya. "I Name is Ron." Lanjutnya.
Rivan melongo mendengar penuturan bocah itu. "Apa cil? Nama you kolor?! Buset tuh nama aestetik bener. Mak lo pasti bangga namain lo kolor, karena nama lo pasti bakalan di sebut sebut terus." Jelas Rivan dengan tersenyum bangga, bahkan kini posisi Rivan berubah menjadi duduk karena dirinya tadi berjongkok.
Bocah yang baru diketahui bernama Ron itu makin kesal dengan balasan Rivan. Ia menabokkan tangannya di pipi Rivan yang sedang duduk di aspal, walaupun tidak terasa sakit tapi tetap saja Rivan tidak terima. "Heh bocah, ngapain lo nampar gue. Asal lo tau yah, wajah gue tuh wajah limit edition, ngerti gak?!" Kata Rivan dengan nada ngegas, bukannya merasa takut, bocah itu malah tersenyum miring.
"Salah om ndili ulid ama I, yaw I ndak telima, and yaw. My name is Balon." Kata bocah itu dengan senyum puasnya, para sahabat bocah itu mencibir bocah kecil itu.
"Oh balon toh, tak kira kolor." Balas Rivan santai, dan lagi. Wajah Rivan menjadi sasaran empuk tamparan bocah kecil itu.
"Name is baron om, ia mang ndak isa mong Rrrr." Celetuk bocah kecil yang terlihat dari wajahnya sudah menunjukkan ekspresi kesal.
Rivan terkekeh kecil mendengar celetukan bocah itu. "Oh baron toh, tapi tadi bukannya kamu bisa ngomong huruf R ya? Kok serang gak bisa?" Tanya Rivan sambil menatap aneh kearah Baron.
"Leplek adi om, aklumin ja." Balas Baron dengan santai, Rivan yang mendengar itu melebarkan matanya.
"Like like bocil lah." Kata Rivan dengan mengelus dadanya. "Eh ini namanya siapa aja nih?" Lanjut Rivan sambil menatap kearah para sahabat sahabatnya Baron.
"Angsa, okep, cileng, ondom and I balon." Balas Baron dengan senyum bangganya, Rivan? Jangan tanyakan ia, karena kini ia sedang benar benar melongo mendengarnya.
"Coba jelasin." Kata Rivan menatap kearah lima orang laki laki yang tengah menatap dirinya polos.
"Okey om, saya akan jelaskan." Detik itu juga senyum Rivan merekah, karena ada salah satu dari anak kecil itu yang bisa berbicara dengan lancar. Tanpa pikir panjang Rivan langsung menganggukkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIVANDRA
Teen Fiction"Lo kenal cowok itu? Sa?" Tanya seorang gadis cantik sambil menunjukkan kearah seorang cowok tampan. "Enggak, memangnya cowok itu kenapa Lea?" Tanya balik Alysa sambil menatap kearah sahabatnya. "Dia ganteng banget Sa, gak ada niatan buat diajak nik...