"RIVAN, MAIN YUK. KITA MAIN PETAK UMPET, RIVANNN, JANGAN NGUMPET DULUAN DONG!"
"RIVAN, AYOK KELUAR. JANGAN KAYAK ANAK PERAWAN YANG SUKANYA SENDIRIAN DI KAMAR KAYAK JOMBLO, INGET RIVAN! LO UDAH PUNYA CEWEK, KAGAK JOMBLO LAGI."
"RIVAN, HALLO DIMANA KAH DIRIMU BERADA?"
"RIVAN."
"RIVAN."
"RI--"
"Diem anjir, berisik banget lo pada." Ketus Gara yang sepertinya sudah mulai kesal akan tingkah Januar, Danu dan Arthur. Tiga manusia hidup yang selalu meresahkan untuk diajak berteman, tapi sangat mengasyikan.
"Wesh, slow dong mas Gara. Kita teriak teriak gini juga ada manfaatnya tau, jangan salah. Kemarin gue kerumah Rivan, terus teriak teriak dia bangun tuh." Tutur Januar dengan menepuk dadanya bangga, Gara memutar bola matanya saat melihat tingkah Januar.
"Nah bener tuh apa kata Janu, jangan meremehkan teriakan kita Gar." Bela Danu, Genta hanya bisa tersenyum kecil melihat perdebatan para sahabatnya, sudah seperti seorang ayah yang sedang mengawasi anaknya bukan?
"Gak. Usah. Pada. Ribut!" Tegas Gala sambil menatap satu persatu para sahabatnya, tak lupa Gala berucap dengan penuh penekanan dan ketegasan. Sudah cocok jadi seorang tentara bukan?
Gara, Januar, Danu, dan Arthur yang di beri peringatan seperti itu. Seketika nyalinya menciut, mereka hanya bisa berdiam diri sambil menunggu sang tuan rumah membukakan pintu.
Tak lama kemudia pintu utama terbuka, dan nampaklah Rivan yang kini sudah berpenampilan ala badboy.
Mereka mendengus saat Rivan sudah rapi, jadi daritadi mereka teriak teriak seperti tarzan Rivan sudah bangun? Bahkan kini ia sudah mandi? Pikir mereka.
"Lah lo udah mandi Van? Gue pikir masih tidur." Kata Arthur dengan nada kesalnya, lalu berjalan mengikuti langkah para sahabatnya keluar dari pekarangan rumah Rivan.
Rivan menoleh sekilas kearah Arthur lalu menganggukkan kepalanya, Arthur yang melihat anggukan dari Rivan menjadi kesal sendiri lalu memukul pundak Rivan. "Kalau lo udah bangun, kenapa gak nyuruh kita masuk oneng!"
Rivan menggaruk lengannya yang tiba tiba saja terasa gatal, lalu menatap kearah para sahabatnya yang kini juga tengah menatap kearah dirinya dengan tatapan tajam.
"Maaf, gue yang nyuruh mereka buat gak bukain pintunya. Soalnya kalau gue buka pintunya, nanti kita gak jadi pergi karena kalian sibuk main di rumah gue." Jelas Rivan dengan santai, hal itu membuat semuanya melongo.
"Anjay, slebewww." Kata Danu dengan tatapan sinisnya, namun sepertinya tatapan Danu dan yang lainnya tidak di hiraukan oleh Rivan .
"Udah gak usah pada ribut, yuk sekarang kita berangkat ke markas." Ajak Genta.
Mereka ber enam akhirnya menaiki motor mereka masing masing dan melajukan motor mereka dengan kecepatan penuh.
Graventas.
Nama itu terpapang jelas di atas pintu masuk markas, Graventas adalah geng yang didirakan oleh Chiko. Pemimpin angkatan pertama.
Graventas, kelompok geng yang terdiri dari ratusan orang. Graventas sendiri bukan geng yang sukanya membuat masalah, geng itu sendiri bahkan menganggap musuh sebagai teman. Aneh bukan?
Bahkan geng Graventas sendiri di kenal sebagi geng pemersatu, bagaimana tidak? Karena setiap ada anggota geng bertengkar entah itu masalah pribadi atau masalah geng mereka pasti akan datang kearah geng Graventas untuk meminta bantuan, seperti sekarang ini.
Baru saja mematikan mesin motor nya, tiba tiba mereka berenam sudah di serbu oleh beberapa anak geng.
"Wah wah rame nih, ada apa'an? Bakar bakaran yah?" Tanya Januar dengan mata berbinar, Danu yang tadi sempat memberhentikan motornya di samping Januar langsung mengetuk kening Januar dengan gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
RIVANDRA
Teen Fiction"Lo kenal cowok itu? Sa?" Tanya seorang gadis cantik sambil menunjukkan kearah seorang cowok tampan. "Enggak, memangnya cowok itu kenapa Lea?" Tanya balik Alysa sambil menatap kearah sahabatnya. "Dia ganteng banget Sa, gak ada niatan buat diajak nik...