04 : "Don't Want To Meet Him"

2K 238 0
                                    

.

.

"Nan, aku punya berita yang mengejutkan nih? Mau denger nggak?"

Bisa ku tebak kalau Rita ini akan membicarakan mengenai drama Korea yang sedang booming di kelasku. Karena ini jugalah, aku kadang mengisi waktu dengan marathon drama Korea.

Kalau teman-teman perempuanku sudah sangat heboh membahas Korea, maka lain lagi dengan teman lelakiku yang hanya sibuk dengan gamenya masing-masing.

"Joo Seok Hoon sama Joo Seok Kyung bukan saudara kembar, lho," tutur Rita dengan senyum jumawa. Seakan dia adalah orang paling tahu tentang drama Korea berjudul Penthouse 3 : War In Life ini.

"Hah? Yang bener, Rit? Nggak percaya aku." Nanda menunjukan ekspresi kagetnya.

"Ini udah fix, ya. Kemaren aku udah nonton di Viu jadi bisa spoiler deh," kekeh Rita.

"Terus gimana ceritanya? Kok mereka bukan saudara kembar sih?" Lisa ikut-ikutan nimbrung. Karena namanya yang mirip salah satu personel BlackPink ini, dia telah menyatakan dirinya sebagai pecinta Korea sejati.

"Nih, ternyata Seok Kyung tuh kembaran Min Seol A. Jadi, otomatis anak kandung Bunda Sim juga."

"Gila, tuh drama plot twistnya bukan main deh banyaknya," ucap Nanda seraya menggeleng gelengkan kepala tak percaya.

"Iya, terus kayaknya Oh Yoon-" Ucapan Rita terpotong oleh umpatan anak laki-laki di pojok kelas.

"Kamu jangan nyerang dulu dong, Mam. Ah, aku kalah dulu jadinya."

Tanpa perlu dijelaskan kami sudah tahu apa yang mereka ributkan di pojok sana. Beginilah risiko mempunyai teman seorang gamers. Tiada hari tanpa bermain game. Mungkin itu moto yang pas untuk semua teman laki-lakiku.

Hari ini jadwalnya hanyalah classmeeting saja. Mungkin nanti akan diadakan beberapa lomba untuk mengisi kegiatan yang kosong ini. To be honest, aku paling malas dengan lomba-lomba selama classmeeting.

Aku lebih suka menghabiskan waktu dengan novel di ruang perpustakaan. Tak perlu risau, sebab namaku sangat jarang dipilih untuk mengisi lomba yang sebagian besar memerlukan kekuatan otot itu.

"Berisik banget," gumam Farah yang masih bisa ku dengar. Dia sedang kesakitan karena dismenore.

Terkadang aku juga merasa nyeri saat haid. Namun, itu nggak berlangsung lama. Mungkin akan sakit saat hari pertama saja. Selebihnya aku tak pernah merasakan sakit.

Tetapi aku sangat mengkhawatirkan Farah. Dia ini akan merasa sangat kesakitan bila sedang haid, bahkan sampai tidak bisa berdiri. Yang aku takutkan, mungkin Farah punya kista.

"Kan udah aku bilang, kita ke UKS aja. Di sini berisik, Rah." Aku bisikan kalimat itu di telinga Farah yang saat ini sedang menelungkupkan kepala pada meja kelas.

"Nggak mau, sebentar lagi juga pulang." Farah ini keras kepala. Bilang tidak apa-apa tapi nanti dia akan merengek seperti bayi.

"Ya sudah, kamu bobo aja." Dia hanya mengangguk kecil.

"Giliran kelas kita nih, buat E-Sport. Yuk, semangat!" seru Aldi yang baru saja mendapat pengumuman bahwa giliran kelasku untuk bertanding.

"Hamam sama aku doang yang ikut nih? Kamu ndak mau, Di?" tanya Rio yang sudah bersiap sambil memegang ponselnya. Sementara di sebelahnya Hamam masih fokus bermain game.

"Hehe, aku nonton aja. Yuk, yang mau ikut nonton, kita ke aula." Aldi menggaruk pelipisnya sambil tersenyum girang.

Hampir semua teman-temanku ikut ke aula untuk menyaksikan sengitnya pertandingan E-Sport kali ini. Hadiah untuk pemenang lomba juga tak main-main. Yang beruntung bisa mendapatkan uang tunai sebesar tiga ratus ribu rupiah. Itu nominal yang lumayan untukku ini.

FLOW (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang