17 : "Still Beautiful"

1.2K 181 10
                                    

.

.

"Paling yang keluar pengertian teks editorial sama struktur kebahasaannya."

Lawan bicaraku hanya mengangguk-angguk paham. Aku tahu dia nggak benar-benar mendengarkanku. Lihat saja, pandangannya terus mengarah pada cowok kulit putih dengan tinggi semampai yang tengah bermain sepak bola.

"Mas Rian ganteng ya, Rah?" Aku mencoba menggodanya.

"Pake ditanya, Mas Rian emang ganteng banget lah. Eh, upss." Tangan Farah langsung menepuk-nepuk bibirnya. Dia keceplosan.

"So, daritadi kamu nggak dengerin aku ngomong?" tanyaku sambil bertopang dagu.

"Hehe, pesona Mas Rian bikin salah fokus."

Mas Rian memang segitu famousnya. Ibarat dalam drama Korea, dia itu tampan seperti Han Seo Jun. Itu loh, yang di drama True Beauty. Wajah tegas dan penampilan yang sedikit berantakan membuat mata para perempuan tidak pernah lepas memandanginya.

"Kamu naksir Mas Rian?" Tampaknya aku memang berniat mengintrogasi Farah ketimbang melanjutkan belajar Bahasa Indonesia.

Wajah merah merona Farah membuatku ingin tertawa lepas. "Siapa, sih yang nggak naksir sama dia," cicitnya.

"Mungkin...aku."

Ya, kuakui aku nggak tertarik pada Mas Rian. Disaat anak lain menikmati masa SMAnya berpacaran dengan kakak kelas, aku malah sibuk dengan pelajaran. Aneh, but this is fun too. Aku nggak perlu menangisi lelaki playboy diluaran sana. Dan yang paling penting aku happy.

"Kalo kamu emang nggak mungkin naksir Mas Rian. Orang kamu naksirnya sama Hamam," kata Farah dengan tubuhnya yang condong padaku.

"Nggak lah, aku lagi nggak naksir siapa-siapa."

Oke, aku bohong. The fact is Hamam beberapa hari belakangan ini intens mengirimiku pesan. Isinya menurutku juga tidak terlalu penting. Pernah dia chat aku malam-malam hanya untuk menyuruhku nonton film xXx : Return of Xander Cage yang sedang tayang di televisi.

Hal-hal itu yang beberapa hari ini mengangguku. Hamam seperti sedang mencoba akrab denganku. Walaupun  aku tak menampik kalo Hamam itu asyik bila sedang chat. Tapi entah kalo sedang dalam real life. Padahal sudah lebih dari 3 pekan yang lalu kami pulang dari liburan ke Jogja.

"Terserah deh, tapi dari yang aku liat, Hamam tuh yang naksir ke kamu. Waktu itu aku juga pernah nguping obrolan Hamam sama Aldi, dan kayaknya mereka lagi bahas cewek. Yang paling parah, si Hamam mukanya langsung merah. Ngakak asli."

Aku tersenyum masam. Pembicaraan seperti ini saja membuatku nggak terlalu nyaman. Apa Hamam terlalu terang-terangan mendekatiku? Atau aku yang geer?

"Oke, stop. Kita lanjut belajar aja."

Farah sontak menggerutu kesal. Tanganku mulai membolak-balikkan buku tulis berisi catatan rangkuman Bahasa Indonesia. Siang ini kami akan melakukan penilaian harian Bahasa Indonesia bab ketiga.

Hari sudah siang dan aku benar-benar lelah. Energiku seakan terkuras habis sejak satu jam yang lalu karena berolahraga. Dan mungkin aku akan benar-benar kehabisan energi setelah membaca pesan yang bapak kirim.

Bapak : Mbak, nanti pulang mampir ke SMP dulu, nggih? Bawain tas Bapak pulang sekalian. Ini mau silaturahmi ke rumah Pak Teguh dulu.

Helaan napasku terdengar kasar. Rasanya aku ingin langsung berbaring di kasurku yang empuk dan tidur hingga berjam-jam. Hari ini ibu akan membantu Lik Intan menyiapkan acara arisan RT untuk nanti malam. Otomatis aku harus pulang jalan kaki atau naik angkot.

FLOW (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang