.
.
Mataku sibuk memandang hamparan bukit yang menakjubkan. Memang Merapi selalu bisa menarik hati wisatawan untuk terus berkunjung. Actually, aku baru pertama kali jalan-jalan ke Gunung Merapi. Yep, beautiful place, beautiful view.
"Na, salat dulu sana. Yang cowok juga udah pada keluar masjid." Hamam menepuk pundakku dan mendudukkan dirinya di pelataran masjid.
Aku memang sedang menunggu para jama'ah laki-laki selesai menunaikan salat Jum'at dengan duduk di tangga masjid ini. Sesekali aku juga membuka ponsel untuk mengecek kalau-kalau ada pengumuman penting dari sekolah.
"Oke, aku titip tas ke Ibuku dulu."
Baru akan beranjak untuk menyusul ibu, Hamam malah menarik tali tas yang aku kenakan. Dia sudah selesai memakai sepatu dan kini beralih pada ponsel Vivonya yang begitu mahal. Ya, namanya gamers, ponsel pun harus canggih.
"Aku, 'kan di sini. Titipin ke aku aja," ujarnya. Tumben sekali dia ramah.
"Emang boleh?" Hamam mengangguk sekilas.
"Aman pokoknya."
Aku hanya menurut dan meninggalkan tasku pada lelaki ini. Sebenarnya Hamam memang tidak memiliki wajah layaknya pencuri, dia kan anak baik-baik.
Masuk masjid, aku langsung melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim. Sehabis ini rencananya kami akan berpetualang menggunakan Jeep yang sudah disediakan pihak tempat wisata.
"Udah, Mam. Ayo kumpul lagi." Kukatakan itu selepas selesai memakai kaos kaki dan sepatu.
Sepertinya dari tadi Hamam hanya berdiri bermain ponsel sambil terus memegangi tas warna biru milikku. Apa dia tidak malu, ya? Aku mengulum senyum melihat tingkah teman sekelasku ini.
"Eh, Mbak Dana sama Mas Hamam udah selesai salat, ya? Kalo udah, sekarang langsung naik Jeepnya aja. Itu Amel sama Gina dari tadi udah nungguin," ucap ibunya Hamam.
Aku melirik ke arah Hamam dan dia juga balik melirikku. Jadi, kami akan naik Jeep berempat bersama Gina dan Amel. Kapasitas Jeep ini sendiri hanya cukup untuk 4 orang. Sementara bapak dan ibu sudah bersiap menaiki Jeep yang sama dengan orang tua Hamam.
"Gimana?" tanyaku pada Hamam yang sedari tadi berdiri tepat di sebelahku.
"Ya udah, ayo naik!" Dia melangkah lebih dulu ke arah Amel dan Gina yang sedari tadi sudah duduk manis dalam Jeep.
"Ah, Mbak sama Mas lama. Padahal kita udah duduk di sini dari tadi," gerutu Amel.
"Kan harus salat dulu. Kalo nggak salat nanti Gusti Allah marah." Sepertinya mereka paham, buktinya dua gadis ini mengangguk-anggukan kepala.
"Emang kalian udah boleh naik ini?" Hamam bersuara.
"Kata Bapaknya, ini boleh dinaikin anak kecil kok, Mas," Gina menyahut.
"Alhamdulillah, berarti kamu juga boleh ikut, Na." Dia menoleh padaku dengan tampang tak berdosanya.
"Aku bukan anak kecil, ih."
"Halah, orang pendek gini." Apa dia bilang? Wah, minta dipukul rupanya.
"Kamu-" Aku mencebik seraya membuang muka. Bikin kesal saja.
"Nggak usah banyak omong, naik!" Bossy sekali.
Dengan terpaksa, aku akhirnya naik dalam Jeep berwarna biru ini. Aku duduk di sebelah Gina berniat menjaganya supaya nggak jatuh. Sementara Hamam duduk di sebelah Amel, dengan tangan yang masih memegang ponsel. Biarkan saja, kalaupun jatuh dia yang rugi.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLOW (Complete)
Short StoryMenyukai Sadana Prameswari adalah rencana tak terduga yang dialami Hamam Prayoga. Ragu pun hadir tatkala menyadari keduanya belum sedekat itu untuk bisa saling menyukai. Kedua insan yang tidak pernah menyangka liburan bersama ke Jogja membawa awal b...