09 : "Let's Go Again"

1.5K 197 5
                                    

.

.

Tidurku terganggu oleh orang yang tengah mengetuk pintu kamar hotel. Entah siapa yang datang pada tengah malam begini. Rasanya aku tidak ingin beranjak dari hangatnya selimut yang menyelimuti tubuhku kini.

Tok tok tok

"Mbak Dana!" seru seseorang dibalik pintu. Aish, aku mengenal suara ini.

Cklek

"Eum, Amel kenapa malem-malem dateng ke sini?" ujarku seraya menguap lebar.

"Hehe, maaf ya, Mbak. Aku cuma mau bobo sini sama Gina. Boleh nggak?" Gadis dengan guling di tangannya ini sungguh menggemaskan.

"Loh, emangnya kenapa mau bobo sini? AC kamarmu mati?"

"Ndak kok, Mbak. Cuma kalo di kamar berisik sama Mas Hamam yang lagi nge-game." Bibirnya mengerucut lucu.

"Ya sudah, sekarang kamu masuk terus bobo sama Gina, gih." Kalau dipikir-pikir nggak ada ruginya juga Amel tidur di sini.

"Oh, iya, Mel. Udah bilang Mamasmu kamu bobo sini?" Amel yang sudah bersiap tidur menoleh padaku seraya mengacungkan jempol kanannya.

"Sampun beres, Mbak."

"Bagus, deh. Sekarang kita bobo, ya." Kami langsung berbaring dan mulai memejamkan mata.

Esok mungkin hari yang melelahkan sebab kami akan berwisata ke Goa Pindul. Ini first experience, sih untukku. Semoga akan menyenangkan.

^_^

Bus berhenti tepat di depan penjualan tiket untuk masuk goa. Rombongan kami mulai turun satu per satu dari bus. Pundak kananku terasa berat akibat membawa tas punggung berisi pakaian ganti untukku dan Gina.

Berwisata ke Goa Pindul mustahil nggak basah-basahan. Karena kami diajak untuk mengarungi sungai dengan sebuah ban. Sungai tersebut nantinya akan melewati goa dan kami langsung disuguhkan pemandangan yang menakjubkan.

Ban yang ditumpaki akan tersambung dengan ban pengunjung lainnya. Jadi, nggak perlu takut kita akan tertinggal oleh rombongan. Suasana yang sejuk ditambah ramainya objek wisata ini membuatku bertambah semangat.

Adikku Gina juga nggak kalah bersemangat. Sedari tadi dia terus mengoceh membayangkan asyiknya bermain air dalam goa.

"Kamu dari tadi ngomong terus, apa nggak capek?" tanyaku saat kami tengah berjalan menuju tempat keberangkatan.

"Ih, asyik tahu, Mbak. Nanti di sana bisa main-main air. Terus liat apa lagi, ya?" Telunjuk tangannya mengetuk-ngetuk dagu.

Aku tertawa kecil. "Liat buaya mau?"

"Huaa, ndak mau. Gina takut dicokot buaya." Kurasakan tubuh Gina menempel pada lenganku seolah benar-benar ketakutan.

"Makanya nanti jangan nakal kalo di sana. Ikuti peraturannya, dijamin nggak bakal ke makan buaya." Kembali aku tertawa geli melihat wajah pias Gina.

"Janji nggak nakal. Tapi emang bener ada buayanya?"

"Mmm, ya nanti coba liat aja," sahutku sembari memperbaiki letak pelampung Gina.

"Bohong terus," desis Hamam.

Dia berjalan di belakangku bersama Amel dan Ibu Bapak. Tangannya masih menggenggam tangan Amel seakan takut adik kecilnya itu hilang. Ya, aku akui hari ini Hamam terlihat sangat tampan. Pakaiannya yang sebatas memakai kaos berwarna hitam dengan garis putih dibagian pundak dan celana jeansnya itu mampu memberikan efek tersendiri.

FLOW (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang