.
.
Suara deburan ombak pertama kali menyapa pendengaranku. Perjalanan panjang yang aku tempuh terbayar sudah saat menyaksikan hamparan pasir putih dengan tebing indah menjulang. Ciptaan Tuhan memang yang terbaik.
"Yang paling kanan coba geser lagi. Mas yang tinggi itu tolong lebih merapat."
Badanku turut bergeser saat tangan Hamam mulai bersentuhan dengan lengan bajuku. Iya, kami sedang berpose bersama anak-anak guru tepat di depan plang bertuliskan 'Pantai Kukup'. Aku dan Hamam memang lebih tinggi dari pada anak yang lainnya. Sehingga kami berada dibaris paling belakang.
Di samping kiriku terdapat Mbak Nurul yang tampil cantik dengan kerudung pasminanya. Dia tampak menawan nggak lupa juga tas selempang yang aku ketahui berharga ratusan ribu rupiah itu. Mbak Nurul lebih terlihat seperti artis Fatin Shidqia Lubis.
"Oke, pas semua. Satu...dua...tiga."
Ckrek
Ini foto ke empat yang diambil sesudah aku tiba di pantai. Rasanya melelahkan bahkan hanya untuk berfoto. Terlebih lagi tadi Mas Khalid dan Mas Putra berencana mengajakku naik ke tebing untuk melihat keindahan laut dari atas. Pupus sudah rencanaku untuk bermain pasir.
"Yok, yang lain kita siap-siap mau naik ke tebing sebelah sana, ya!" seru Mas Putra dengan pengeras suara yang ia bawa.
"Kamu ikut naik?" tanya Hamam padaku.
Aku mengangguk singkat. "Tadi diajakin Mas Putra sama Mas Khalid. Kamu ikut ndak?"
Setelah insiden yang katanya dia kangen aku, Hamam tampak biasa saja. Nggak mencoba menghindariku sama sekali. Oleh sebab itu, aku yakin kata-kata Amelya hanyalah sekedar gurauan.
"Ikut kok."
"Aku kira kamu mau main pasir, hehe," gurauku untuk mencairkan suasana.
Kalau aku ingat kembali, selama di Jogja ini kami tidak pernah saling melontarkan candaan. Makanya Hamam ini perlu diberi humor receh agar hidupnya nggak flat-flat amat. Life is never flat, right?
"Nggak lah, emang cewek main pasir." Baru kali ini aku melihat wajah Hamam yang tidak begitu datar.
"Iyain, deh. Nanti Amel sama Gina juga ikut?"
"Kayaknya, sih ikut."
"Oh, oke."
Kami melanjutkan perjalanan yang dipimpin oleh Mas Putra. Sebenarnya ini bukan panjat tebing yang menggunakan tali. Sudah disediakan rute khusus untuk para pengunjung. Jadi, kita hanya akan berjalan agak menanjak, nggak perlu menggunakan pengamanan khusus.
^_^
"Dana, ya? Kenalin aku Nurul, kalo ini Lia."
Tangan Mbak Nurul terulur ingin menyapaku. Sebenarnya nggak perlu berkenalan, sebab aku sudah lebih dulu tahu namanya. Tapi sebagai formalitas aku membalas salam gadis ini saja.
"Iya, Mbak. Salam kenal, ya." Langkahku pun turut melambat mensejajarkan dengan Mbak Nurul.
"Maaf ya, baru bisa kenalan. Aku sibuk sendiri jadi lupa kenalan, deh," ujarnya seraya mengembangkan senyum ramah.
"Nggak apa-apa, Mbak. Aku juga orangnya susah buat diajak ngobrol, aku yang harusnya minta maaf."
"It's okay, kok. Eh, cowok sebelah kamu itu siapa?" Pandangan Mbak Nurul jatuh pada lelaki robot sebelahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLOW (Complete)
Short StoryMenyukai Sadana Prameswari adalah rencana tak terduga yang dialami Hamam Prayoga. Ragu pun hadir tatkala menyadari keduanya belum sedekat itu untuk bisa saling menyukai. Kedua insan yang tidak pernah menyangka liburan bersama ke Jogja membawa awal b...