~Tempat Latihan perang Istana~
"Tepat sasaran!!!" prajurit mengibarkan bendera mengabarkan anak panah yang dilesatkan Putera Mahkota tepat mengenai lingkaran merah yang berada ditengah.
Pemuda 19 tahun nampak puas terlihat dari ekspresinya yang begitu sumringah.
"Jeoha," Kasim Gong menyapanya.
Putera Mahkota menolehkan kepalanya sejenak kemudian meraih anak panah disampingnya "Ada apa? Aku masih ingin memanah katakan pada ibuku aku akan kembali saat malam!"
"Jeoha itu—" Kasim Gong terlihat ragu untuk mengatakannya "—Jeoha—Puteri Hanmyeong sudah memasuki Istana!"
SLAPPP!!! Anak panah Putera Mahkota melesat jauh dari sasaran karena terkejut dengan berita yang disampaikan Kasim Gong.
Pemuda itu kemudian meletakkan busurnya dan menghadap kearah Kasim utamanya tersebut "Maksudmu—putri Ratu? Secepat itu?"
"Yee, jeoha."
Putera Mahkota terdiam sejenak, kepalanya tengah memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan dilakukan oleh Ratu dengan memasukkan seorang gadis ke Istana. Putera Mahkota tak tahu siapa itu Han Byul, bagaimana gadis itu dan darimana asalnya. Ratu begitu tertutup tentang gadis yang menjadi "putri"-nya tersebut.
"Mungkinkah Ratu tengah Menyusun strategi??" gumamnya.
Istana terpecah menjadi dua kubu itu bukan rahasia lagi—kubu Noron Timur yang dikuasai Klan Penasehat ketiga—Paman dari Ratu dan Kubu Soron Barat yang mendukung Putera Mahkota dan Selir Agung.
Putera Mahkota adalah tipikal pemuda yang terlihat santai tidak seperti Selir Agung yang begitu kentara jika sedang panik menghadapi gempuran Ratu. Pemuda itu memilih menjadi pengamat dan berhati-hati dalam melangkah, mengamati sekeliling dan mencermati gerak-gerik musuhnya. Sebenarnya Putera Mahkota tak pernah memandang Ratu sebagai musuh—pemuda itu hanya tertarik dengan kecerdasan dan kecermatan serta kejutan-kejutan yang diberikan Ratu.
Baginya melawan Ratu adalah hiburan tersendiri baginya untuk Istana yang menurutnya begitu membosankan.
"Sepertinya aka nada permainan baru," gumamnya Putera Mahkota seraya menyunggingkan senyumnya.
****
~Huijeongjeon (Aula kediaman Raja)
Han Byul yang baru tiba di Istana segera memberikan salam penghormatan kepada ayahnya—Raja dan Ibunya—Ratu Joseon. Gadis itu terlihat begitu lues dalam memberikan salam penghormatan—tentu saja sangat luwes karena Dayang Kang begitu cerewet tentang etiket Istana pada nona mudanya tersebut.
Han Byul kemudian duduk dihadapan Raja dan Ratu.
"Jadi kau Han Byul?—" Tanya Raja.
"Yee, Jeonha hamba Han Byul," jawab Han Byul, gesturnya begitu kaku dan wajahnya terlihat begitu tegang. Tentu saja Han Byul pasti gugup, 17 tahun hidup diluar Istana—ia hanya punya "Ibu" yang berdiri didepannya tanpa sosok ayah, hanya Paman Kim—Kakak dari Ratu yang menjadi sosok ayah baginya dan mengajarinya banyak hal.
Raja tertawa renyah mendengar jawaban Han Byul, lelaki itu kemudian menoleh kearah Ratu "Han Byul memanggilku Jeonha—" kata Raja, lelaki paruh baya tersebut kemudian mengalihkan pandangannya kearah Han Byul yang masih menundukkan kepalanya. Raja kemudian mengeser duduknya mendekati tempat Han Byul duduk kemudian mengenggam tangan gadis itu "Han Byul-ah—" Raja memanggil Namanya dengan lembut.
Han Byul yang merasa tersentuh dengan tindakan Raja berusaha sekuat tenaga menahan airmatanya untuk jatuh.
"—Apa kau akan terus menunduk dan tidak ingin melihat wajah ayahmu ini??" tanya Raja
"Han Byul pasti malu karena selama ini hidup jauh dari anda, Yang Mulia," tukas Ratu.
"Kau benar, Han Byul-ah—Ayah minta maaf karena tidak tahu tentang keberadaanmu, sekarang kau sudah disini dan ayah akan menjagamu dengan sepenuh hati, panggil ayah dengan sebutan Abba-Mama bukan Jeonha."
Ratu tersenyum sinis dibalik cawan yang menutupi mulutnya mendengar kata-kata Raja, ekspresinya terlihat jelas begitu meremehkan suaminya tersebut, namun sesaat kemudian setelah menyesap tehnya ekspresi Ratu berubah kembali menjadi lembut.
Jantung Han Byul langsung berdegup kencang mendengar ucapan Raja. Han Byul menegakkan kepalanya dan memandang kearah Raja, tatapan lembut Raja terlihat begitu tulus pada Han Byul.
"A—" Han Byul membuka mulutnya dengan ragu "—A—" Han Byul berusaha untuk mengeluarkan kata-kata yang begitu sulit di ucapkannya "Abba-Abba-Mama."
"Benar!—" Mata Raja berkaca-kaca "—Abba-Mama, ayahmu."
Raja kemudian memeluk Han Byul. Raja begitu senang, ia tak bisa melindungi anak lelakinya dimasalalu karena kebodohannya dan kini seorang anak gadis datang kekehidupannya bersama wanita yang dicintainya tak peduli apakah gadis itu anak kandungnya ataupun anak angkatnya atau anak apapun selama gadis itu memanggil Ratu dengan sebutan ibu dan memanggilnya dengan sebutan ayah maka ia tidak ingin melepaskan mereka lagi untuk yang kedua kalinya.
Raja ingin memperbaikisemua kesalahannya dimasalalu dan menyembuhkan luka Ratu dengan sikap sabarRaja, ia tak percaya jika Ratu benar-benar sudah membencinya sepenuhnya, Rajayakin pasti masih ada sedikit cinta dihati Ratu untuknya dan Raja ingin meraihitu dan menyimpannya dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evening Sky (TAMAT)
Historical FictionHan Byul memasuki Istana setelah Ibunya--Ratu Joseon memberinya titah. masuknya Byul bukan untuk membuatnya hidup bak cinderella namun Ratu punya misi tersendiri bagi putrinya tersebut. masuknya Byul juga menjadi kecurigaan tersendiri bagi Putera Ma...