Story 9

95 17 0
                                    

~disebuah gubuk di pinggir hutan~

Seorang lelaki tua terlihat mengamati kertas didepannya. Tangan kanannya buntung dan mata kirinya juga terlihat bekas sayatan dialah mantan Komandan terhebat Joseon—Bong Tak-Jin.

Setelah selesai membaca pesan tersebut, lelaki itu meremas kertas ditangannya tersebut dan memandang garang kearah pemuda si pengantar pesan "Ratu sepertinya memulai rencananya lebih cepat dari dugaanku—" Tak-Jin berdiri "—Hubungi Kenji dan katakan padanya untuk mengirimkan kesayanganku segera!"

"Baik, guru!!!" seorang pemuda cungkring bergegas keluar dari ruangan tersebut.

Bong Tak-Jin adalah seorang Komandan hebat tadinya. Keluarga Selir Agung mulai menfitnahnya dan menjebaknya dengan mengatakan bahwa dia berkoalisis dengan tentara jepang dan suku Chen di Utara untuk mengambil wilayah Joseon dan menjadikannya daerah kekuasaan Jepang.

"Katakan pada Ratu, Sayangku akan segera datang dengan cepat! Katakan juga pada Byul agar ia berhati-hati dengan pergerakan yang cepat ini! Gadis kecil itu akan bertindak gegabah nantinya!"

"Baik tuan!!!"

Tak-Jin memandang kearah langit dari atap rumahnya yang sedikit terbuka, langit malam itu begitu cerah.

"Mendiang Raja—" Mata Tak-Jin mulai berkaca-kaca "—Hamba akan mengembalikan Joseon pada jalan kebenaran!!"

Bong Tak-Jin sebenarnya sangat setia pada Joseon—ia tidak akan mungkin menjual Joseon kepada pihak lain baik jepang sekalipun. Namun ia sadar bahwa jika ia tak meminta persenjataan dari jepang maka mereka akan kalah jumlah dalam penyerangan nantinya.

Semua sudah mulai bergerak sekarang, lalu apakah Putera Mahkota hanya akan diam dan mengamati??

****

~Aula Daejeongjeon~

Putera Mahkota tak bisa tidur, Yul melaporkan tentang pergerakan orang-orang Ratu yang lebih agresif dari biasanya dan yang paling mencolok adalah pergerak Yeon-Beom di perbatasan Utara. Suku Chen dikabarkan turun gunung bersama Yeon-Beom—Penjaga perbatasan sekaligus orang kepercayaan Ratu.

Putera Mahkota menyangka kepalanya dengan tangan kanannya kini, otaknya harus berpikir keras setelah semua kekuatan yang dimiliki Ratu bergerak menyerangnya dari segala arah. Putera Mahkota tak berpikir jika Ratu akan mengerahkan kekuatannya sekaligus.

Putera Mahkota bisa saja menyerahkan Takhta yang memang tak diinginkannya tersebut pada Ratu namun ada yang lebih penting dari itu semua.

"Kau adalah calon Raja berikutnya, tugasmu bukan hanya memastikan Dinasty tetap berdiri tapi juga keamanan Rakyat Joseon. Kau tidak punya pilihan untuk tidak menerimanya. Jangan pernah memandang takhtamu karena itu akan membuatmu serakah pandanglah rakyatmu itu akan membuatmu mengingat semua tanggung jawabmu sebagai seorang pemimpin!"

Putera Mahkota teringat ucapan Raja padanya, yang memintanya untuk bertahan di Istana. Bukan untuk melawan Ratu tapi untuk menjaga Ratu. Selama ini pergerakan Putera Mahkota bukan untuk melawan Ratu seperti yang Selir Agung-Ibunya pikirkan tapi untuk menjaga Ratu. Jika Ratu terlihat mulai bergerak maka Putera Mahkota juga akan bergerak mencegah penyerangan itu terjadi untuk melindungi Ratu—wanita yang ayahnya sangat cintai didunia ini.

Kepala Putera Mahkota semakin berdenyut memikirkannya kini. Jika ia tak bisa memecahkan kasus ini maka perang tidak akan bisa lagi ditahannya.

Karena tidak bisa tidur dan kepalanya terasa pusing ia memutuskan untuk keluar sedikit mencari udara untuk melonggarkan paru-parunya.

Kakinya tanpa ia sadari melangkah kearah kediaman Puteri, ia baru sadar ketika hendak melewati taman.

"Yaa?? Kenapa aku disini?" gumamnya "Aku bisa gila!!!"

Pemuda itu hendak berbalik namun tiba-tiba ia melihat sekelebat bayangan hitam berlari cepat menuju belakang kediaman Puteri.

"SIAPA!!!!" teriaknya.

Para pengawal segera bersiap dan waspada. Putera Mahkota berlari di susul pengawal dan Kasimnya. Mengejar bayangan tersebut namun bayangan itu menghilang dengan cepat. Karena cemas Putera Mahkota kemudian masuk kedalam Aula kediaman Puteri.

"Pastikan jangan lengah dan tetap berjaga!" pesan Putera Mahkota pada Dayang penjaga Puteri.

Didalam kamarnya Byul memasuki ruangan tersebut dengan berhati-hati, sialnya dia ketika meletakkan pedangnya ia tak sengaja menjatuhkan buku dan menimbulkan suara berisik.

Putera Mahkota yang mendengarnya dari luar langsung bergerak masuk kedalam ruangan adiknya. Para Dayang langsung membawa lilin yang diperintahkan Putera Mahkota dan menerangi kamar Puteri.

Gadis itu terlihat terbaring dengan damai ditempat tidurnya. Ia kemudian membuka matanya karena suara berisik.

Puteri duduk dari tidurnya dan ditolehkannya kepalanya memandang kearah Putera Mahkota yang berdiri disana memandangnya "Ada apa ini?" tanyanya.

"Apa kau mendengar seseuatu?"

"Sesuatu?—" gadis itu mengedarkan pandangannya kesekitar "—memangnya ada apa?"

"Aku melihat sekelebat bayangan berlari menuju belakang kediamanmu lalu suara berisik terdengar dari dalam kamarmu aku kira sesuatu terjadi padamu makanya aku memutuskan untuk melihatnya," Putera Mahkota menjelaskan.

Bo-Min datang "Jeoha!" ia memberi hormat pada Putera Mahkota "—saya sudah memeriksa sekeliling dan tidak menemukan apapun, jika memang benar ada penyusup di Istana maka saya akan memberikan pengamanan yang lebih!" Bo-Min melapor.

Putera Mahkota melihat kesekitar ruangan Puteri dan ruangan tersebut terlihat rapi "Baiklah, hanya untuk berjaga-jaga saja tetaplah disini!" Putera Mahkota berkata pada Bo-Min.

"Yee! Saya mengerti!"

Putera Mahkota kemudian pamit dan melangkah pergi namun tiba-tiba langkahnya terhenti ketika melihat jendela kamar Byul tidak menutup dengan rapat dari sini kecurigaannya muncul namun ia berusaha untuk tetap diam dan tidak ingin berprasangka terlebih dahulu.

Putera Mahkota pergi dan Kapten Jung masih disana—ia melihat kearah Byul kemudian menundukkan kepalanya, Byul membalasnya dengan anggukan kepala pelan.

Para Dayang keluar dari dalam kamar Puteri dan kamar yang terang itu meredup kembali. Byul menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya, ia masih menggunakan baju serba hitam dan secepat mungkin berganti.

****

Kejadian malam tadi ternyata menyebar dengan cepat dan membuat Raja merasa cemas akan keselamatan putrinya tersebut.

"Lalu—apa Puteri merasakan sesuatu yang aneh?" tanya Raja.

"Saya minta maaf karena tidak mengetahui apapun tentang kejadian malam tadi, ayah," jawab Puteri.

Haah—Raja menghela nafas, gurat kecemasan jelas sekali tergambar di wajah tuanya "Apa ayah perlu menambah penjagaan di kediamanmu?"

"Jeonha—" Ratu membuka suara "—Sebaiknya jangan membesar-besarkan masalah ini, jika benar sosok itu mengejar Puteri atau—mungkin saja dia hanya melakukan pengalihan."

"Kita batalkan saja malam penyambutan untuk Byul, aku sangat mengkwatirkan keselamatannya sekarang."

"Anda tidak perlu mencemaskannya, dia akan baik-baik saja," Ratu meyakinnya

Raja manggut-manggut kemudian melihat kearah Putera Mahkota—pemuda itu juga menatap ayahnya penuh arti. Putera Mahkota kemudian memandang kearah Puteri Hanmyeong yang tengah menyesap tehnya.

"Siapa sebenarnya kau ini?" batinnya. Kini rasa penasarannya terhadap Byul bertambah besar.

Gadis yang selalu diam, tak menunjukkan emosinya dan selalu menatap dengan pandangan kosong. Gadis itu benar-benar membuatnya penasaran dan begitu menarik baginya.

Evening Sky (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang