Selesai mengobrol Puteri menuju Pavilliun dekat taman di belakang Istana Timur. Pavilliun ini sangat kecil namun terlihat tenang dan damai serta terlihat begitu menyegarkan karena disampingnya terhampar taman bunga kecil dan kolam ikan yang airnya gemericik.
"Mama, Saya dengar anda sangat pandai melukis saat berada di luar Istana?" Dayang Nam yang tengah mengosok tinta bertanya.
"Hanya sebagai pengisi kekosongan waktu saja, Dayang Nam kau bisa berhenti mengosoknya dan ambilkan aku beberapa makanan manis."
Dayang Nam berhenti mengosok tinta dan berdiri tegak mendengarkan perintah. Wanita paruh baya tersebut kemudian pamit di ikuti beberapa Dayang lain untuk menyiapkan permintaan Puteri.
Melihat Dayang Nam menjauh—kapten Jung mendekatinya.
"Apa Putera Mahkota mencurigaimu?" tanya Bo-Min.
"Mungkin tidak—" Jawabnya seraya menyapukan tinta pada kertas kosong didepannya "—atau bisa saja iya, pandangan matanya terus saja melihat kearahku dengan penasaran—" Byul meletakkan kuasnya dan mengamati lukisannya kemudian pandangannya teralihkan kearah Bo-Min "—Orabeonim—haruskah kita melakukan apa yang ibu sarankan?"
Bo-Min kemudian menatap Byul dengan raut kecemasan di wajahnya "Apa kita harus melakukannya? Bukankah itu terlalu berbahaya?"
Haah—Byul menghela nafas, tangannya kemudian meraih kuas bersih dan mencelupkannya pada tinta berwarna merah dan mulai membentuk bunga di atas rumputnya "—Kita belum mencobanya,-'kan?? Lagipula aku tidak tahu apakah aku bisa melakukannya?"
"Byul—"
Byul mengangkat lukisannya dan memperhatikannya "Bagaimanapun aku adalah seorang gadis yang memilik perasaan didalam hati—" gadis itu kemudian menoleh kearah Bo-Min "—Bagaimana jika hatiku berkhianat dan berpaling dari tubuhku?"
Kapten Jung terdiam sejenak sebelum menjawab pertanyaan dari Byul, ia mengenggam erat pedang digenggamannya "Maka aku akan membunuhnya!!"
Byul tersenyum sinis mendengar jawaban Bo-Min tersebut.
"Gungjo!!!!! BYUL!!!!!" suara cempreng Puteri Mahkota terdengar dari kejauhan.
Mereka berdua menoleh bersamaan.
"Haaah—" Byul mendesah. Bagaimanapun ia tidak menyukai Puteri Mahkota karena terlalu merepotkan dan berisik. Sangat merepotkan kini karena ia membawa para ongju bersamanya.
Karena membawa banyak pasukan mereka akhirnya pindah ke Pavilliun yang lebih besar.
Wajah mengkerut Byul melihat pemandangan didepannya, para gadis itu tengah meributkan tentang sulaman mereka dan Byul yang tidak bisa menyulam terlihat hanya memandangi kain sulaman didepannya.
"Ini untukku bukan?!" Puteri Mahkota memperhatikan lukisan Byul yang indah "—Byul, ajari aku melukis lain kali?!!!" Puteri Mahkota mendekatinya bahkan sangat menempel padanya membuat Byul merasa tidak nyaman.
"Ye-Yee," Byul agak menghindar.
Byul melihat kearah Kapten Jung yang berdiri tak jauh darinya, ekspresi wajah Byul seperti meminta tolong dan reaksi pemuda itu hanya tersenyum.
Haaah—hembusan nafas Byul yang terdengar Lelah.
****
~Huijeongjeon~
Raja tengah berbincang dengan Putera Mahkota. Putera Mahkota tak bicara banyak tentang kejadian tadi malam karena ia sendiri belum yakin dengan apa yang dicurigainya bisa jadi mungkin saja Dayang Nam kurang rapat menutup jendela ataupun bisa saja Puteri sengaja membukanya karena merasa panas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evening Sky (TAMAT)
Ficción históricaHan Byul memasuki Istana setelah Ibunya--Ratu Joseon memberinya titah. masuknya Byul bukan untuk membuatnya hidup bak cinderella namun Ratu punya misi tersendiri bagi putrinya tersebut. masuknya Byul juga menjadi kecurigaan tersendiri bagi Putera Ma...