Story 17

41 9 1
                                    

Pagi hari-nya Putera Mahkota bangun lebih awal untuk berburu sesuai dengan apa yang di niatkannya ketika datang menghampiri Byul. Beberapa orang terlihat membantu Putera Mahkota untuk bersiap, Byul yang baru keluar dari kamarnya melihat kearah halaman dan memutuskan untuk mendekat.

"Kau akan ikut berburu?" tanya Putera Mahkota.

Byul melihat kearah kakinya yang masih sedikit terasa berdenyut "Apa saya harus ikut?" tanya-nya ragu.

"Geurom!! Ini akan sangat menyenangkan!! Ikutlah!!! Akan ku ajarkan caranya memanah nanti."

Byul melihat kesekeliling, beberapa orang terlihat mulai menyiapkan perbekalan, Byul tidak tahu apa yang Putera Mahkota rencanakan dalam perburuan nanti, apakah itu murni sebuah perburuan atau ada maksud lain didalamnya.

.

.

.

Di Bawah kaki gunung—di Hutan yang tak jauh dari Desa mereka mulai mengamati.

"Perhatikan Byul, aku akan mendapatkan kijang yang besar hari ini!!" ucapnya lirih sambal mengamati sekitar.

Mereka mulai bergerak, begitupula Byul yang bergerak berlawanan arah dengan Putera Mahkota. Putera Mahkota memang sengaja melakukannya, saat Byul bergerak agak jauh darinya pemuda itu mencabut anak panahnya dan mengarahkannya ke Byul. Saat pertarungan di Daegu Byul punya reflek yang luar biasa dengan sebuah serangan dan kali ini jika apa yang di yakini-nya benar bahwa yang menyerangnya adalah Byul maka gadis itu akan menghindar.

Geumsang mengarahkan panahnya tepat di punggung Byul, di tariknya busurnya dalam tangannya terlihat gemetar, sebuah keraguan tiba-tiba melintas di benaknya. Bagaimana jika Byul tidak bisa menghindarinya, bagaimana jika Byul terkena panahnya dan bagaimana jika Byul menghindarinya maka apakah ia harus menjadikan Byul musuhnya kini? Begitu banyak pertanyaan yang muncul di benaknya.

Putera Mahkota menghela nafas dan hendak menurutkan panahnya namun tiba-tiba sebuah ranting patah mengenai tangannya dan membuatnya terkejut hingga ia reflek melepaskan panahnya mengarah pada Byul.

"Tidak! BYUL!!!!" Putera Mahkota berteriak sambal berlari.

Byul menoleh dan SLEEPPPP!!!! Bahu kirinya menancap anak panah tajam milik Putera Mahkota membuat gadis itu langsung tersungkur ke tanah sambal meringgis kesakitan.

"BYUL!!!!" Putera Mahkota membuat busurnya dan menghampiri Byul yang terluka.

Mereka semua juga mengerumuni Byul dan melihat keadaan Puteri Raja tersebut.

"Byul!!—" Geumsang terlihat cemas, ia memeriksa keadaan sang adik dengan raut wajah kwatir.

"Jeoha,"

"Aigooo-ya—maafkan aku—aku—aku benar-benar—" Putera Mahkota tak bisa berkata apa-apa lagi kini. Rasa sesal, marah bercampur menjadi satu.

.

.

.

Dayang Kang terkejut ketika melihat bahu Byul berdarah ketika kembali kerumah, Putera Mahkota meminta maaf dan menjelaskan semuanya.

Byul yang tengah di obati menatap kearah Putera Mahkota yang menunduk ketika nenek Beom mengomel. Byul sebenarnya tahu sebuah anak panah mengarah padanya, ia bisa saja menghindar namun ia hanya ingin memastikan bahwa dugaannya selama ini benar, bahwa Putera Mahkota mecurigainya.

"Apakah dengan begini... saya bisa mempunyai alasan untuk tidak ragu lagi, Yang Mulia?" Batinnya.

Byul benar-benar terombang-ambing dengan perasaannya kini, dua orang lelaki yang membuatnya merasakan sesuatu yang tak pernah ia dapatkan sebelumnya. Kasih sayang seorang ayah dan sebuah rasa hangat yang menjalar di hatinya.

Namun ketika mengingat bagaimana luka hati yang Ratu rasakan maka rasa yang ia rasakan kini adalah sebuah pengkhianatan.

Apa yang harus Byul lakukan kini??

*****

Sementara itu Tuan Han terlihat mengadakan pertemuan di kediamannya. Hari masih pagi untuk sebuah pertemuan namun kediaman Tuan Han terlihat ramai pagi ini oleh para pengikutnya.

Pintu geser ruangan utama di buka dan muncullah Tuan Han di sana, mereka semua memberi hormat namun tiba-tiba ekspresi keterkejutan begitu jelas terlihat ketika di belakang Tuan Han, Pangeran Agung muncul.

"Pangeran Agung?!" mereka saling memandang dan berbisik.

"Apa yang kalian lakukan? Kenapa tidak memberi hormat pada Pangeran Agung?!" Tuan Han berbicara.

Mereka semua kemudian menunduk namun dengan wajah yang tidak puas dan terpaksa. Tuan Han kemudian berjalan dan duduk di belakang mejanya di sertai Pangeran Agung yang duduk disampingnya.

"Tuan, apa yang anda bicarakan? Bukankah kita—"

"Pangeran Agung adalah jalan kita yang lainnya, apakah kalian masih mau mendukung Pangeran? Puteri Selir Yun yang berkhianat? Apa kalian tidak berpikir jika pemuda itu naik Tahkta maka ia tidak akan berkhianat?? Tuan-tuan?!" Tuan Han mulai mencuci pikiran mereka, memprovokasi pikiran dan mengubah sudut pandang mereka kini.

"Tapi tuan Pangeran Agung adalah—"

"Pengkhianat? Pemberontak? Lalu—kenapa jika Pangeran Agung seperti itu? Bukankah itu semua tidak terbukti?? Raja bahkan mengusirku yang telah membantunya menduduki takhta-nya kini, mengantung mendiang Putera Mahkota didepan takhtanya dan melindungi mereka yang terlibat!!!" ada nada marah dalam orasi yang disampaikan ayah angkat Ratu tersebut.

Para pengikutnya diam dan hanya saling berpandangan, mereka sebenarnya tidak akan berani menentang semua keputusan yang dibuat oleh tuan Han, karena tuan Han memegang rahasia serta tuan Han adalah gerbang kesuksesan mereka.

Tuan Han tersenyum kemudian menoleh kearah Pangeran Agung yang tertunduk takut-takut di belakangnya. Benar-benar menyedihkan kelihatannya. 

Evening Sky (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang