Part 03
"Maksudnya meniduri?" Allucard bertanya dengan nada tak yakin, karena ucapan Sheina terdengar ambigu di telinganya. Namun wanita itu justru tampak kesal mendengar pertanyaan Allucard, wajahnya yang memerah ia buka dari balik jari-jarinya.
"Jangan pura-pura enggak tahu, jelas-jelas kamu yang paling jago kalau soal begituan?" sungut Sheina kesal, yang berhasil menyunggingkan senyuman di bibir di Allucard. Lelaki itu bahkan mengangguk paham sekarang, seolah ia sudah mengerti maksud dari ucapan Sheina.
"Oh aku yang paling jago kalau soal begituan? Berarti kamu enggak lupa ya rasanya?" tanyanya jahil, berbeda dengan Sheina yang tampak terkejut dan menyesali ucapannya sendiri.
"Apa sih? MESUM." Sheina melempar bantal sofa ke arah Allucard, yang tampak tak percaya dengan kelakuannya.
"Aku yang mesum? Kamu lupa ingatan atau apa? Baru beberapa detik yang lalu kamu meminta itu ke aku, berarti kamu yang mesum." Allucard menjawab tak terima, sedangkan Sheina hanya terdiam dengan wajah memerah, ia tak tahu lagi harus bersikap bagaimana di hadapan Allucard.
"Maaf ...."
"Aku hampir muak mendengar ucapan maaf mu, kamu sudah mengatakannya berulang kali. Sekarang kamu katakan dengan jelas, sebenarnya apa yang kamu inginkan?"
"Aku sudah bilang kan, aku ingin meminta bantuan ke kamu untuk meniduriku?" Sheina memperjelas keinginannya, ia benar-benar terlihat seperti wanita tidak tahu malu sekarang, namun ia harus menyampingkan rasa egoisnya itu.
"Kamu memintaku untuk meniduri mu? Apa menurutmu itu semacam bantuan?" tanya Allucard tak mengerti, sebenarnya apa yang sedang Sheina rencanakan saat ini.
"Menurutku iya," jawab Sheina serius karena ada nyawa yang harus ia selamatkan.
"Apa kamu bilang?" Allucard bertanya tak percaya, merasa tak menyangka dengan jawaban Sheina, bagaimana mungkin hal itu bisa dikategorikan bantuan.
"Aku tahu kamu bingung, tapi enggak ada cara lain selain dengan cara ini, aku harap kamu bisa mengerti dan mau membantuku tanpa harus memikirkan alasanku apa." Sheina menatap serius, sorot matanya tampak begitu tulus seolah ia benar-benar putus asa dan tidak tahu harus berbuat apa.
"Kita hanya perlu melakukannya sekali, setelah itu aku akan pergi dan aku enggak akan pernah mengganggu kamu lagi. Tapi tolong bantu aku sekali ini saja, aku mohon?"
"Setelah sekian lama kamu pergi, kamu datang cuma untuk alasan yang enggak jelas ini? Kamu enggak datang karena ingin menemuiku, apa kamu enggak pernah merindukanku selama ini?" tanya Allucard yang sempat Sheina diami.
"Aku juga merindukanmu, Al. Tapi alasanku datang juga bukan ingin kembali bersama kamu." Sheina menjawab jujur, ada rasa bersalah di dalam hatinya.
"Bohong. Sekarang aku tanya sama kamu, kenapa kamu meminta bantuan ku? Kenapa harus aku?" tanya Allucard serius, ia masih penasaran dengan apa yang sedang Sheina rencanakan.
"Karena cuma kamu yang bisa membantuku, Al. Andai aku bisa melakukannya dengan lelaki lain, aku pasti enggak akan ke sini." Sheina menitikkan air matanya, seolah apa yang diucapkan Allucard begitu menyakiti hatinya.
"Maksud kamu, kalau ada pilihan lain, kamu akan tidur dengan sembarang lelaki?" tanya Allucard tak terima, sedangkan Sheina berusaha mengalihkan tatapannya sembari sesekali menghapus air matanya.
"Iya ...." Sheina menjawab ragu tanpa mau menatap ke arah Allucard yang kecewa dengan jawabannya.
"Untuk siapa kamu sampai mau melakukan ini? UNTUK SIAPA?" sentak Allucard marah yang kian membuat Sheina menangis di tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Istri Meminta Nafkah Batin (TAMAT)
Romance"Kamu sudah berani kembali, itu artinya kamu enggak bisa berharap aku akan membiarkan kamu pergi lagi." Allucard. Empat tahun yang lalu, Sheina meninggalkan Allucard dengan surat perceraian di atas ranjang kamar. Namun entah bagaimana, tiba-tiba wan...