Fourth Cup

238 63 10
                                    

Simon duduk di bangku taman yang berada di bawah pohon begonia besar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Simon duduk di bangku taman yang berada di bawah pohon begonia besar. Dia mengambil segenggam biji-bijian yang berada dalam satu wadah di dekat bangku dan menaburkannya sembarangan, mengundang belasan burung merpati. Mahluk-mahluk putih bersayap itu mengeluarkan suara riuh dan kepakan sayap saling bersahutan, mereka saling berebut mematuk biji-bijian yang tersebar di tanah berumput.

Simon memandangi kawanan merpati itu dengan terpesona.
Paman Zhao terlihat berjalan menghampirinya dengan nampan di tangan. Rutinitas minum kopi di pagi hari tidak boleh terlewatkan.

Paman Zhao sudah bekerja di rumah ayahnya sejak Simon masih sangat kecil. Pria yang nyaris seusia dengan Tuan Gong itu memiliki seorang putra bernama Yang Zhen. Mereka pernah sangat akrab di masa kecil.

Samar-samar sekali ingatan Simon tentang masa kecilnya di rumah ini. Ayah dan ibunya berpisah saat ia menginjak usia sepuluh tahun setelah itu ia meninggalkan Chengdu, mengikuti sang ibu ke Shanghai.

Satu tahun lalu ibunya meninggal karena kanker setelah berjuang seumur hidup menjadi orang tua tunggal dan menjadikan Simon seorang pria sukses dan memiliki persyaratan yang bagus.

Tahun itu ketika sang ibu meninggal, ayahnya tidak bisa datang ke Shanghai karena dia juga jatuh sakit. Agak menyedihkan memang. Peristiwa dramatis seperti itu tidak mudah dilalui seorang anak muda. Tetapi meski usia Simon baru dua puluh lima, dia berpikir sangat dewasa dan bijaksana.

Dia tidak membenci sang ayah atas ketidakhadirannya dalam masa-masa remaja yang penuh pergolakan. Mereka masih sesekali bicara di telepon dan sang ibu tidak pernah memprovokasi Simon untuk membenci sang ayah.

Di saat satu hubungan tidak bisa berjalan baik, apalagi yang bisa dilakukan? Tidak ada gunanya saling menyalahkan satu sama lain.
Apapun yang terjadi, Simon tidak bersalah dan tidak perlu dilibatkan dalam urusan orang tua yang membingungkan.

Jadi, atas pemikiran itulah akhirnya Simon berada di sini.

"Mana ayah?" Simon menatap pada paman Zhao.

"Sebentar lagi ia akan bergabung denganmu. Tuan sangat senang menghabiskan waktu pagi di taman bersama kawanan burung merpati."

Setengah jam kemudian, sang ayah bergabung di taman dengan Simon dan kawanan merpati. Dia bejalan tertatih dibantu sebuah tongkat.
Simon menghampirinya dan membantunya duduk di bangku taman.

Tuan Gong tidak minum kopi akhir-akhir ini. Dokter melarangnya atas berbagai alasan kesehatan. Paman Zhao telah mengganti minuman pagi hari dengan secangkir teh lemon hangat. Teh itu sudah disiapkan oleh paman Zhao di meja taman sementara ia melanjutkan aktivitas dengan menyiram bunga.

Ayah Simon mengenakan kaca mata baca, ia terbiasa membaca koran pagi yang diantar loper koran setiap pagi. Dia menghirup teh sedikit demi sedikit dan membetulkan letak kaca matanya.

"Bagaimana keadaanmu pagi ini?" tanya Simon.

"Sangat baik," Tuan Gong tersenyum.

"Segalanya membaik setelah kedatanganmu."

𝐅𝐫𝐚𝐩𝐩𝐮𝐜𝐜𝐢𝐧𝐨 𝐢𝐧 𝐋𝐨𝐯𝐞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang