Orang bilang seribu bangau kertas akan mengabulkan satu permintaan. Seribu bangau kertas untuk seribu cangkir kopi, menggapai cinta yang lama dinanti. Kala satu cinta pergi, mudahkah untuk mencari pengganti?
Orang bilang cinta tidak akan meninggalkan mereka yang selalu mempercayainya. Jika kau tidak menemukan cinta maka cinta akan menemukanmu. Hanya serahkan semua kepada takdir dan biarkan ia menentukan jalannya.
☕☕☕
Simon menyelesaikan diskusinya bersama Li Daikun dan mengambil tempat duduk di satu kursi pojok dekat jendela. Muda-mudi bercengkerama di luar sana, ditingkahi aroma memikat dan denting cangkir. Musik mengalun lembut menghangatkan suasana, tak ada alasan untuk bersedih atau merasa sepi di tempat ini.
Diam-diam Simon mengawasi tamu yang menarik hatinya, dia larut dengan ketenangannya sendiri. Lama Simon menghabiskan waktu hanya dengan termenung, berdalih mempelajari banyak hal.
Dia tersenyum manis mengamati keindahan bunga-bunga, tidak terganggu oleh suara-suara di sekitar.
Itu bukan akhir dari semuanya, tak lama kemudian mejanya dihampiri seorang pelayan yang menawarkan menu tambahan lain. Pemuda cantik itu tersenyum, menggeleng, memutuskan untuk menghabiskan sisa kopi lalu berbicara sesuatu yang tak bisa Simon dengar. Terpana oleh pesonanya. Senyuman, caranya memandang, kelembutan wajah dan gerak geriknya, semuanya -- menawan dengan caranya sendiri.Apakah dia akan segera pergi?
Tidak.
Simon tidak ingin dia pergi secepat ini. Sang manager bangkit dari kursinya bergegas keluar menuju patio. Hanya selisih semenit ketika tamu itu berjalan meninggalkan meja. Bagaikan ilusi yang terlalu sempurna untuk jadi kenyataan, mereka berpapasan dalam detik demi detik yang tak terlupakan. Simon dengan pandangan penuh minat dan kekaguman, sang tamu membalas dengan sorot hangat dan sedikit terkesiap. Semuanya berlalu begitu cepat, bagaikan satu helaan nafas yang sulit. Tak ada senyuman mau pun sapaan. Momen ini terlalu singkat dan menegangkan, namun meninggalkan kesan yang mendalam bagi keduanya.
Simon segera menghampiri si pelayan yang masih berdiri di dekat meja bekas si tamu cantik.
"Apa yang kau katakan padanya? Kenapa dia langsung pergi begitu kau tiba?" usik Simon. Sesekali ia masih melihat ke punggung tamu yang makin menjauh.
"Aku hanya menawarkan apakah dia ingin menambah cake atau sesuatu," jawab pelayan yang masih termangu.
Simon mendecakkan lidah, dia melihat bahwa tamu itu hanya memesan satu cangkir kopi tanpa tambahan lain. Cangkirnya sudah kosong. Satu yang menarik perhatiannya adalah selembar uang kertas dua puluh yuan yang dilipat dalam bentuk bangau.
"Origami?" ia bergumam tak percaya akan apa yang dilihatnya.
Lelucon apa ini?"Ya. Dia selalu membayar dalam uang pas dan dibentuk burung bangau," pelayan berkata penuh pengertian. Itu menjelaskan bahwa kebiasaan ini sudah berlangsung cukup lama hingga dia tidak terkejut lagi.
"Ta--pi kenapa?" Simon menggaruk dagu. Benaknya terusik. Sungguh satu cara yang imut untuk mudah dikenang oleh seseorang. Tamu cantik itu kini benar-benar telah menarik seluruh minatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐅𝐫𝐚𝐩𝐩𝐮𝐜𝐜𝐢𝐧𝐨 𝐢𝐧 𝐋𝐨𝐯𝐞
FanfictionCOFFEE SERIES BOOK 1 Satu permintaan terakhir dari sang ayah membuat Simon kembali pulang ke kota kelahirannya di Chengdu. Di sana ia mewarisi bisnis coffe shop milik keluarga dan mengelolanya. Di kafe itulah ia bertemu dengan seorang pelanggan mist...