part 32

2.2K 486 69
                                        

Kalo tembus seribu vote bakal up full

Versi ebook.

" Dia masih hidup dan kembali."

Wanita yang sedang menyusun bunga pada vas langsung terdiam. Meletakkan setangkai bunga mawar dengan sangat elegan. Lalu menoleh ke sumber suara.

"Siapa yang kamu maksud?" Ucapnya lembut penuh wibawa.

"Anak yang dianggap keluarga ini pembawa sial." Balas seseorang yang berdiri sambil melanjutkan menyusun bunga wanita tersebut.

Prang!

Vas dan bunga yang sudah tersusun rapi itu langsung berhamburan. Seketika wajah ayun nan lembut kini berubah tegang. Sorot matanya yang sayu menjadi tajam.

"Bukannya anak itu sudah mati." Ucapnya dengan nada menahan emosi.

"Orang yang aku suruh dulu, ternyata dia tidak membunuhnya. Malah membawanya ke sebuah panti asuhan."

Plak!

Kepala pria itu langsung menoleh ke kiri begitu mendapat tamparan keras yang tiba-tiba. Wanita itu berdiri dengan napas cepat sambil mengepal tangan. Lalu menampar pria di hadapannya untuk kedua kalinya.

"Dasar tidak berguna. Bodoh!" Umpatnya marah.

Pria itu hanya diam, menundukkan kepala sambil memegangi pipinya.

"Sebentar lagi. Hanya tinggal menunggu laki-laki tua itu mati. Aku akan menguasai semuanya!"

"Aku juga tidak menyangka akan seperti ini. Wanita itu bilang dia sudah membereskan anak itu."

"Lalu kamu percaya begitu saja?"

Pria itu mengangguk tanpa menjawab. Lagi, tamparan keras ia dapatkan.

"Cari dia, kamu pasti tau apa yang harus kamu lakukan."

"Tapi ... Anak itu sekarang ada di rumah Ayudhya."

"Bodoh! Bodoh! Bodoh!" Wanita itu benar-benar marah. "Dasar adik tidak berguna! Aku membayar mu mahal! Tapi apa yang aku dapat, hanya janji busuk! Nyatanya anak itu masih hidup dan sekarang dia tinggal bersama ibunya."

Hilang sudah kesan anggun yang melekat pada diri wanita berkebaya Salem itu. Apa yang didengarnya hari ini dari sang adik membuatnya kehilangan kontrol.

"Percuma saja selama ini aku mempengaruhi Ayudhya, jika nyatanya anak yang menjadi penghalangku masih hidup."

"Aku sudah menyelidikinya." Pria itu mendekat hati-hati. "Ayudhya masih sangat membenci anaknya."

"Apa benar?"

"Iya,"

"Besok, antarkan aku ke rumah Ayudhya." Segera senyum sinis terbit di bibir tipis berpoles gincu maroon. Lalu berubah manis kala seorang gadis cantik menghampiri.

...

Keadaan kini sudah kembali seperti semula. Dimana tidak ada lagi drama air mata Agung dan keluarganya. Rumah Arlan kini kembali ramai dengan kembalinya Agung.

Keluarga kaya itu kini tengah sibuk mempersiapkan keperluan untuk berlibur. Arlan mengajak keluarganya berlibur ke pulau pribadi miliknya.

"Jangan lupakan kaca mata dan bokser pantai. Hohoho!"

"Heh! Jangan norak deh. Kita mau liburan bukan pulang kampung."

Dari arah belakang Arlan mengejeknya dengan senyum khas pemeran antagonis. Agung hanya mencebik. Biar saja norak yang penting dia tidak meminta uang pada pria kejam itu.

"Gak minta uang apanya? Kamu itu liburan di pulau pribadiku, tanpa bayar pula. Ya otomatis aku rugi dong." Lanjut Arlan lagi. Lalu pergi ketika Alya memanggilnya.

"Haaa? Kok, bisa itu orang tau isi hati gue?"

Akhirnya dari tiga koper besarnya. Hanya tas ransel yang Agung bawa. Arlan benar-benar membatasi bawaannya Agung dengan banyak alasan konyol.

"Wuhuuuu! Akhirnya aing ke pantai Tangkil juga! Wuuu!"

Ini surga baginya. Pantai milik Arlan benar-benar indah. Desiran ombak yang tenang serta cuaca yang sedikit redup membuatnya sangat sempurna.

"Tiktokkan dulu ah!" Agung baru saja membuka aplikasi biru hitam tersabut. Namun, sebuah cubitan dari bawah kakinya membuat ia ingin berteriak lagi.

"A Agung ayo belenang!" Darren sudah siap dengan balon air berbentuk bebek.

"Haduuuh ini anak ayam ganggu aja. Hus! Hus! Hus! Sana. Aa mau sendiri dulu."

"Ya udah." Darren begitu saja pergi.

"Eh, tumben banget. Biasa itu anak ayam ngeyel." Tidak mau ambil pusing. Agung kembali memainkan aplikasi yang sedang hits itu.

Penasaran?

Bule KW(Agung doang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang