Bagian 3

13K 1.6K 267
                                    

"Selamat datang di Indosmart, selamat berbelanja."

"Selamat sore mas bule."

"Eh, calon mertua belanja, anaknya gak dibawa, Bu?"

"Mas bule bisa saja. Anak sayakan laki-laki semua. "

Tersenyum malu, Agung melanjutkan kembali aktifitasnya mencetak harga untuk produk yang promo di printer. Pintu kembali terbuka, Agung langsung menyapa namun kalimatnya tidak berlanjut, saat tahu siapa pelanggan yang datang.

"A Agung! Mau es klim!" teriak Darrel yang sudah berada di depan lemari es krim begitu masuk tadi.

"Ambil sendiri." balas Agung kembali melanjutkan kerjanya.

Arlan berdiri bersedekap tangan di depan meja kasir. Darren yang di sebelahnya juga sudah hilang, pasti anak itu berada di bagian makanan ringan.

"Nih, bayar air sama listrik." ucap Arlan dingin. Dua kartu berwaran biru ia serahkan. "Jangan korupsi." katanya lagi, lalu pergi menyusul Darrel yang hampir saja membuat lemari es krim jatuh karena anak itu menaiki bagian depan dengan berpegangan pada tutup lemari es krim.

"Medit." ucap Agung mulai memasukkan nomor rekening listrik dan air di komputer.

"Kalian jangan rebuatan dong. Ini kan masih banyak, kalau kurang nanti Ayah borong sekalian tokonya." suara bariton penuh kesombongan itu terdengar sampai mejanya.

Agung hanya berdecak kesal, untung saja temannya sedang keluar membeli makan. Pengunjung juga sepi, jadi tidak ada yang mendengar kalimat mengundang hujatan itu.

"Jangan yang itu Darrel, Darren jangan beli ini. Nanti Ayah kena marah bunda kalian, taruh lagi. Ambil yang lain aja." Agung menahan tawa. Pasti dua setan kecil itu mengambil jajanan ringan berperisa kuat, Alya memang sangat membatasi anak-anaknya dalam memilih camilan.

"Udah belanjanya?"

Sebenarnya itu bukan pertanyaan, melainkan ejekannya untuk Arlan yang menjinjing dua keranjang yang penuh.

"Udah, A, kata ayah besok toko ini mau dibeli. Iyakan, Yah?" ujar Darren.

"Hem. Cepetan bungkus."

Total ada empat plastik yang menampung semua belanjaan kedua anak kembar itu. Dengan wajah menahan kesal, Arlan mengajak kedua anaknya pulang.

"Kita pulang ya a Agung. Ini buat Aa, dadah ..." Darren dan Darrel melambaikan tangan.

"Dasar anak tuyul." balas Agung tersenyum. "Makasih adik-adiknya Aa yang ganteng."

Arlan hanya menatap tajam sambil mengiringi kedua anaknya keluar.

"Kang! Bilang teh Alya aku gak pulang!" teriak Agung.

Arlan yang akan masuk mobil menyahut. "Nggak usah pulang sekalian!"

"Ngakunya orang kaya, tapi belanja di sini."

...

Agung yang baru saja menemui dosen untuk menyerahkan tugasnya, berjalan santai di koridor kampus menuju perpustakaan. Karena beberapa bahan materi ada di sana. Dia juga harus ke fakultas Teknik menemui temannya yang jago memodifikasi kendaraan. Blu akan dimodifikasi di beberapa bagian.

"Masih tiga benua lagi, huft." ucap Agung lebay.

Memang Fakultas Teknik dan Fakultas Ekonomi berjarak jauh, yang dipisah oleh Fakultas Bahasa di tengah-tengahnya dan di belakangnya ada Aula, lalu gedung laboratoriun dan gedung olah raga. Belum lagi harus melewati lapangan yang super luas sehinggan banyak anak dari Fakultas Teknik maupun Fakultas Ekonomi yang jarang bertandang jika tidak ada keperluan yang mendesak.

Bruk!

"Aduh!"

"Aww!"

Kedua tubuh itu sama-sama terjatuh. Entah siapa yang menabrak dan ditabrak. Karena keduanya sama-sama asik dengan dunianya sendiri, ketika sedang berjalan tanpa memperhatikan sekitar.

"Dam--jalan matanya lihat-lihat dong! Sleeping or ngelindur! Aduh my hand verry sakit." gadis yang bertabrakan dengannya berdiri dan langsung mengomel. Hampir mengumpat dengan bahasa yang campur aduk dan terbalik-balik.

Agung buru-buru bangun sambil mengibas bagian belakang tubuhnya. "Maaf atuh. Kan saya juga jalannya tadi hati-hati. Mbaknya aja yang nggak lihat kanan kiri." balas Agung tak mau disalahkan.

"Ish! Salah udah masih aja-- y-you!"

"Ka-kamu!"

Kedua manusia beda kelamin itu saling tatap dengan keterkejutannya masing-masing. Sampai beberapa detik sebelum Agung memutus pandangannya dan berdehem untuk menghilangkan rasa terkejut.

"Oh my god!" gadis itu menepuk pelipis mata kanananya. "You lagi." ucapnya terdengar bosan.

"Kamu yang pas itu?" tanya Agung memastikan. "Teu nyangka aing."

Sudah berapa kali Agung bertemu dengan gadis ini? Bermula saat tidak sengaja bertabrakn di koridor rumah sakit dulu, di pesta pernikahan Arlan dan Alya, di wahana permainan minggu lalu dan sekarang. Dengan keadaan yang tidak baik, mereka bertemu selalu diawali dengan insiden kecil. Apa ini bisa disebut kebetulan? Tapi kenapa sampai beberapa kali jika kebetulan?

"Hallo ..."

"Hah? Eh?" lamunan Agung buyar saat lambaian tangan di depan wajahnya hampir saja menampar aset paling penting tubuhnya yang terlihat.

"Dinda! Ayo cepat!" gadis yang dipanggil Dinda itu langsung pergi. Menyusul wanita yang memanggilnya.

"Ohh, jadi namanya Dinda,"

🏡

Rumah megah bergaya eropa itu masih sama seperti sepuluh tahun yang lalu saat ia meninggalkannya. Hanya saja, kini pohon mangga yang ada di samping garasi tidak ada dan digantikan dengan pohon serut yang berbentuk angsa sangat cantik. Padahal, pohon mangga itu salah satu objek yang sangat ingin ia lihat setelah lama tinggal di negara asing. Kenangan yang selalu menemaninya disaat tidur ada di pohon mangga itu.

"Sayang!" seorang wanita pertengahan kepala lima memeluk pria yang hanya berdiri di depan teras rumah megah tersebut. Dengan dua koper besar di sampingnya. "Kenapa nggak kabarin Mamah?" air mata begitu saja lolos saat wajah yang hanya bisa ia tatap lewat benda pipih itu kini nyata ada di depannya.

"Aku mau kasih kejutan untuk wanita tercantik di dunia ini." pelukan hangat itu dibalas dengan erat. Rasa tebalnya selimut mahal berbahan kain sutra kualitas super yang ada di apartemen mewahnya, tidak bisa menggantikan hangatnya pelukan seorang ibu.

"Anak nakal." dipukulnya bahu pria itu sayang. Rasa rindu kini sepenuhnya hilang digantikan rasa bahagia. "Ayo masuk, Mamah mau kasih tau papah kamu kalau anaknya yang nakal ini sudah pulang."

"Ampun Mah ..." ibu dan anak itu masuk dengan rengekan manja dari pria yang baru saja menempuh perjalanan jauh.

Bersambung

Hayooi siapa coba cowok itu?

Bule KW(Agung doang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang