🌸🌸🌸Dari depan gerbang Panti, senyum Agung semakin berkembang ketika melihat anak kecil berbagai usia bermain di halaman Panti yang sudah disulap menjadi taman bermain anak-anak. Dulu ia juga bermain di taman ini, namun halamannya masih kecil dan wahananya belum banyak seperti sekarang. Setelah kepindahan Arlan ke Jakarta, Panti Asuhan tempat Alya dan dirinya didonasikan oleh Arlan dengan sangat besar.
Suara teriakan anak-anak itu mulai heboh saat motornya memasuki halaman. Mereka sudah sangat hapal dengan motor Agung, karena Agung sering menginap di Panti dan tidur di kamarnya dulu.
"Kak Agung itu apa?" gadis kecil berumur lima tahun dengan rambut kriwil lucu menunjuk plastik besar yang ada di atas motor Agung.
Agung tersenyum, lalu mengambil plastik itu dan membukanya. Anak-anak yang menghampiri Agung melihat isi plastik itu. "Ini sayur sama ikan, ada ayam juga. Nanti kita makan-makan."
"Yey!" sorak penuh kebahagiaan itu begitu saja keluar dari mulut kecil yang belum mengerti arti hidup itu. Agung hanya tersenyum melihat mereka saling bertos ria.
Nasib mereka sama sepertinya. Tidak mempunyai orang tua walau mereka dilahirkan dari orang juga. Kisah mereka sampai ke Panti ini juga beragam. Ada yang sengaja dititipkan, ada yang ditinggalkan, dibuang bahkan hampir dijual pun ada.
Bahkan lebih mirisnya ada beberapa anak yang mengalami tindak kekerasan sampai pelecehan seksual. Kenapa orang jahat lebih banyak dari pada orang baik, anak sekecil mereka tidak tahu apa-apa dan seharusnya mendapat perlindungan dari orang tua. Tapi kenapa seakan mereka adalah suatu beban yang beratnya milyaran ton. Rasanya Agung ingin marah kepada orang tua yang tega menelantarkan mereka dan pada orang tuanya. Tapi sayang, ingatan saat umur dua belas tahun ke bawahnya tidak ingat sama sekali.
"Agung, kok malah ngelamun?" Agung kaget. Segera ia merubah air mukanya yang tadi mungkin sempat murung. Ibu Rose menilik pada kantong plastik di depannya.
"Agung nggak ngelamun kok, Bu. Cuma tadi sempat mikir, kayaknya ada yang lupa. Tapi apa gitu ... Agung nggak ingat." kilah Agung. Ia sendiri tidak sadar jika melamun saat melihat wajah ceria anak-anak itu.
"Coba diingat lagi, nak. Siapa tahu itu hal penting." ucap ibu Rose. "Ayo ke dapur, biar langsung dimasak." Agung bangkit dan membawa belanjaannya mengikuti ibu Rose.
"Bu, masa ya kemarin Agung mimpi seram lagi. Padahal Agung nggak capek-capek banget." Agung yang sedang membantu mencuci wortel dan sayuran lainnya, menceritakan tentang mimpinya. Selain dengan Alya, ibu Rose tempat kedua yang menjadi tempatnya bercerita. Hanya kepada dua wanita penuh kasih sayang yang sudah dianggapnya ibu, Agung membagi keluh kesahnya.
Ibu Rose terdiam sejenak. Rasa khawatir meliputi perasaannya. Wanita paruh baya itu masih ingat saat kadatangan Agung pertama kali ke Pantinya. Alya yang berteriak waktu itu memanggilnya sambil membawa seorang anak dengan keadaan mempribatinkan. Dan ketika malam, anak itu terus mengigau merancau dengan teriakan ketakutan dan napas yang tersengal, dibangunkan pun susah. Semua ingatan itu membuat ibu Rose tidak tenang. Agung dan masalah mimpi buruknya adalah hal yang selama ini ia khawatirkan.
"Baru sekali apa sering?" tanya ibu Rose. Pekerjaannya ia tunda.
"Udah dua kali Bu. Yang pertama nggak tau karena apa, seingat Agung, Agung nggak kelelahan atau banyak pikiran. Kalau yang kedua gara-gara Agung kurang tidur. Tapi biasanya juga kalau kurang tidur, Agung nggak mimpi seram, Bu." tutur Agung. Bulu kuduknya samapi meremang jika ingat mimpi itu. Apalagi saat jeritan anak kecil dan cahaya monster itu datang. Bahkan kadang-kadang suaranya muncul saat dirinya sedang sadar.
"Astagfirullah." ibu Rose mengusap dada. "Jangan, jangan seperti dulu lagi nak. Hati Ibu sakit melihatnya." ibu Rose memeluk Agung. Menangis di dada anak asuhnya yang pernah menghilang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bule KW(Agung doang)
Fiksi UmumCowok dengan paras bule, mata yang biru jernih, hidung mancung, tubuh tinggi dan tegap serta sikap dingin ditambah irit bicara. Nyatanya itu semua cuma ada di cerita-cerita novel romance idaman para wanita. Namun, bagaimana dengan bule satu ini? Dia...