Bagian 8

10.1K 1.3K 186
                                    

🌸🌸🌸

Byur!

"Haaah! Haaah! Haaah!"

Suara napas berat menggema ketika Agung berenang dengan gaya bebas. Kedua tangannya mengayuh kuat agar tubuhnya terdorong dan tidak tenggelam. Suara keciprak air seperti dipukul-pukul terdengar nyaring di halaman belakang rumah Arlan.

Agung bebas! Hari liburnya ia habiskan untuk bersantai seharian di rumah saja, setelah beberap hari yang lalu ia menghabisakan tenaga menjaga adik-adiknya. Dan sekarang lah waktunya untuk balas dendam. Menikmati waktu santai tanpa gangguan siapa pun. Kebebasan yang sangat indah, hari libur-besantai-bebas dari tugas, bebas dari kerjaan-bebas dari para perusuh dan bebas dari ....

Duk!

Kepala Agung yang sedang menyelam dengan mata tertutup menabrak benda bergerak di depannya. Agung segera menegakan tubuhnya, mengusap wajah, untuk menormalkan pandangan dari sisa air. Hal pertama yang ia lihat adalah sebuah ban pelampung bundar warna kuning dengan bentuk bebek. Agung semakin menegakan tubuhnya, di depannya dua makluk menggemaskan dengan gigi susu yang sering menggigitnya berdiri di dalam ban pelampungnya masing-masing. Agung menatap kesal wajah innocent mereka yang sangat-sangat menipu.

"A Agung jangan belenang di sini! Ini tempat kita!" Darren memukul air dibantu oleh Darrel hingga menyiprati wajah Agung.

"Aa tolong angkat Dedek, Dedek mau pindah ke situ!" teriak Illa menunuk sisi di sebelahnya.

Bibir Agung berkedut, lubang hidungnya kembang kempis sempurna. Ini lah hal yang paling menyakitkan yang menimpanya.

Ketika realita tak seindah ekspektasi, semua keindahan itu langsung sirna digantikan dengan kehancuran berkeping-keping. Di kolam renang yang luas ini ia tidak sendirian. Ada dua adik kembar laki-lakinya yang sudah menghancurkan ekspektasi Agung. Yang sedang berenang di pantai, di bawah sinar matahari pagi yang hangat dengan ombak tenang dan suara kicauan burung yang merdu bersahutan dengan suara ombak.

Namun, kicau burung dan suara ombak tenang itu langsung sirna digantikan suara cempreng anak duyung yang sedang duduk di pinggir kolam sambil mengepakkan ekornya yang berwarna hijau keemasan.

"Aa! Cepetan ih!" Illa merajuk. Kakinya yang terbungkus kostum renang mermaid itu mengentak.

Agung segera berdiri, air yang hanya sebatas lututnya itu menimbulkan gelombang kecil saat ia bergerak secara kasar. Membuat Darren dan Darrel berseru senang. Bahwa ada ombak besar yang menerjang mereka, pelampung yang dianggap kapal laut itu mereka tekan-tekan di bagian kepala bebek. Seperti seorang nahkoda kapal yang profesional dengan suara mereka yang waspada.

Agung membenarkan celana treningnya, menghampiri Illa yang sudah mengangkat tangan.

"Ganggu aja sih, anak dugong." gerutu Agung. Mengangkat tubuh Illa memindahkannya ke sisi lain yang terdapat minuman dan camilan.

"Dedek itu putli duyung! Bukan dugong!" protes Illa. "Putli duyung haus sama lapal, jadi Fungus halus pindahin putli duyung." jika dalam film Barbie, Fungus menjadi musuh. Di cerita yang Illa ciptakan dengan imajinansi jeniusnya, Agung yang menjadi Fungus adalah pengawal yang setia dan patuh padanya.

Agung mencebik. Ia sudah sangat hapal dengan karakter si Fungus-Fungus itu, bahkan dialognya pun Agung hapal karena ia selalu menemani Illa menonton film Barbie yang sudah ditonton ratusan kali namun anak itu seakan tidak pernah bosan. Makhluk aneh yang telinga dan hidunya yang panjang dan besar, belum lagi jerawat batu pada seluruh wajah si Fungus itu dan gigi yang tidak pernah di gosok. Menyempurnakan karakter jahatnya.

Menyebalkan sekali, ia yang tampan disamakan dengan makluk aneh yang tinggalnya di rawa bersama ratu yang disihir menjadi katak hijau yang buruk rupa. Hanya karena telinganya yang caplang dan hidungnya yang mancung, Illa seenak jidat ayahnya menjadikan ia sebagai si Fungus jelek itu! Untung saja Illa adik perempuan satu-satunya, ratu kedua setelah Alya. Jika bukan, sudah pasti anak itu Agung lempar sampai dasar kolam renang.

Bule KW(Agung doang)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang