Bukan pilihannya

7 1 0
                                    

Zafran dan Sheila berjalan mendekat kearah teman-temannya, Sheila terpaksa harus terlihat untuk baik-baik saja.

"Lama banget lo ke toilet" ujar Daffin pada Sheila, Sheila mengangkat bahunya malas.

"Oliver mana lama banget" ujar Fabian menatap kearah teman-temannya.

"Apa jangan-jangan dia udah duluan lagi ke ruang dokter kandungan? Ayo susulin" ujar Jani disetujui oleh Daffin, Wira, Fabian,Ravin, Brandon dan Emma hanya ikut dengan yang lainnya saja, tentu Emma menyadari perubahan ekspresi Sheila namun ia menahan untuk langsung bertanya saat itu juga.

Sheila berjalan dibelakang teman-temannya, langkahnya terasa begitu berat saat ini. Zafran hanya diam dan menyamakan langkah kakinya dengan langkah kaki gadis disampingnya ini.

"Kalo lo gak mau kesana, kita bisa nunggu di mobil aja kok" ujar Zafran.

"Gak usah, lagian emangnya gue kenapa?" tanya Sheila berusaha untuk tegar.

"Gaktau" jawab Zafran, Sheila memutar bola matanya malas cowok ini memang selalu kaku.

Mereka sudah sampai di depan ruang untuk mengecheck kandungan, Zafran dan Sheila sengaja masih membuat jarak dengan teman yang lainnya, mereka datang tepat diwaktu Ola dan Oliver keluar dari ruangan tersebut.

"Gimana hasilnya?" tanya Jani pada Oliver.

"Anak gue hidup" jawab Ola, mengusap perutnya yang sudah mulai membuncit.

"Gue mau tanggung jawab atas anak yang ada dikandungan Ola" ujar Oliver, membuat semuanya shock dan menatap kearah Sheila.

Sheila hanya menatap lurus kedepan tanpa berekspresi apapun, Zafran menatap gadis disampingnya ini dan langsung merangkul pundak Sheila mendekatkan tubuh gadis itu padanya.

"Ya, ya. Yaudah kalo itu keputusan lo. Kita gabisa larang sih" ujar Fabian bingung harus berbicara apa.

"Selamat ya Ola, dikit lagi jadi mama" ucap Wira sambil mengusap belakang lehernya yang tak gatal.

"Duh, akibat pergaulan bebas jadi ribet gini ya" celetuk Daffin.

Jani menatap Oliver tak percaya, dan menatap sinis kearah adiknya.

"Lo beneran mau tanggung jawab kalo pun nanti anak yang dikandung dia bukan darah daging lo?" tanya Jani pada Oliver.

"Gausah gila lo, gausah sok sokan jadi pahlawan kesiangan, norak tau nggak" omel Emma.

"Gue serius, gue bakalan ngomong ke orang tua gue nanti, dan gua harap bisa nikahin Ola secepatnya" ujar Oliver serius, membuat semuanya hanya bisa terdiam.

"Gue izin ke toilet dulu ya" ucap Sheila kemudian ia langsung jalan begitu saja.

"Ck!" ujar Ravin mengacak-acak rambutnya.

Tanpa basa-basi Zafran menyusul kepergian Sheila, mengejar langkah gadis itu yang entah kemana perginya.

Emma menatap Oliver dan Ola dengan tatapan tak percaya,
"Puas lo? Puas nggak? Jangan ngarep kali ini lo bisa akrab lagi sama Sheila, najis tau nggak" ucap Emma kemudian ia pergi dari sana.

"Gue cuma mau ngingetin, kalo pernikahan bukan sesuatu yang bisa dimainin El. Selamat bertanggung jawab atas apa yang sudah lo pilih, semoga di masa depan nggak ada penyesalan setitik pun didalem diri lo" ujar Brandon ia segera menyusul kekasihnya Emma.

Sheila mengusap air matanya yang mengalir begitu saja, tak peduli dengan orang-orang disana menatapnya dengan tatapan aneh juga khawatir.

"Sheila, Sheila!" panggil Zafran sambil mengejar Sheila, namun gadis itu tetap saja enggan untuk berhenti berjalan.

She is SheilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang