***
Saga mengernyitkan dahi seakan terusik kala sinar matahari yang tiba tiba masuk menyerang inderanya. Iya sudah tahu itu ulah Mama nya yang menyibak gorden, apalagi AC yang ada di kamarnya pun turut dimatikan. Oke ini adalah cara paling ampuh membangunkan Saga. Mau tak mau karena merasa risih Ia terduduk dengan wajah bantal nya.
cup
"Morning sayang."
Saga hanya bergumam, setelah Mama nya keluar barulah Ia beranjak ke kamar mandi. Tak butuh waktu lama untuk mandi, Saga kini tengah berdiri di depan sebuah cermin tengah menyisir rambut nya dengan jari jarinya. Ia sudah memakai celana, sekarang tinggal kemeja sekolah. Ia menarik handuk yang tersampir di bahunya.
Ia terdiam sejenak kala sebuah bekas luka yang cukup jelas bisa Ia lihat dari cermin itu. Sebelum pikirannya kemana mana Saga dengan cepat memakai seragam, membawa waist bag nya dan turun ke lantai bawah.
"G, makan nasi goreng dulu ya? Mama lupa deh selai cokelat nya habis."
Saga mengangguk menghampiri Mama nya lalu mencium pipi Kara. "It's okay, Mam. Nasi goreng aja."
Saga menoleh pada Papa nya yang sudah makan duluan. Arvin yang merasa di perhatikan pun ikut menoleh. Saga mengedikkan dagu. "Aman?"
Arvin mengangkat bahu. "Always."
Mereka sarapan dengan santai dengan sesekali Kara menanyakan perihal sekolah Saga. Dan Saga yang masih berusaha untuk kerja di perusahaan papa nya, seperti saat ini
"Lo belum tujuh belas tahun ngerti ga? Sok mau kerja, perbaiki dulu nilai sana." Arvin berujar kesal.
"Sok pinter, padahal nilai juga dua puluh."
Arvin melirik sinis. "Jangan ngarang."
"Bacot, di gudang ada kertas ujian di laminating nilainya dua puluh."
"Papa congkel ya matamu pakai sendok ini." Arvin mengangkat sendok di tangannya ke arah Saga.
Kara menghela nafas. "Udah udah masih pagi loh ini udah ribut. Cepetan makannya nanti telat semua," ujar Kara dengan nada kesal.
Arvin menatap Saga tajam lalu menggenggam erat tangan Kara, mengelus nya agar Kara tak kesal lagi. Saga pun turut meminta maaf yang di angguki Mamanya.
Sudah selesai semua, Saga pun berangkat ke sekolahnya.
***
Embun mematut dirinya di cermin. Sedikit merapikan rambutnya yang baru saja Bunda nya kepang dua dengan hanya setengah bagian rambutnya. Ia tersenyum - senyum melihat dirinya yang tengah memakai seragam Dalton. Tampak imut untuk gadis polos yang hidup dalam kejamnya dunia.Ia beranjak ke arah nakas, mengambil sebuah figura foto keluarganya. "Aku sekolah dulu, miss you." Setelah memastikan tak ada yang kurang Embun pun keluar dari kamar untuk sarapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saga's Favorite
Novela JuvenilPerempuan sempurna seperti Embun tidak mungkin mencintai monster sepertinya. Tidak. Mungkin saja... jika ia tidak punya pilihan?