***Embun menuruni undakan tangga menuju lantai bawah. waktunya makan malam. Matanya menangkap sosok lain di samping Bunda tengah memegang gelas berisi jus apel. Seketika sudut bibir nya tertarik ke atas membentuk senyuman.
"Lucy? Kamu disini."
Sosok perempuan berambut hitam lurus dengan badan proporsional itu akhirnya menyadari kehadiran Embun, namun hanya seperkian detik Ia membuang muka berlalu ke meja makan tanpa menyahuti gadis itu.
Embun menaikkan alis kemudian berjalan ke arah meja makan juga. Disana sudah ada Bunda yang baru saja meletakkan lauk. Ia tersenyum menatap kedua gadis di depannya.
"Akhirnya ngumpul juga ya, Bunda kagen banget sama Lucy. Ayo langsung makan dulu. Bunda masakin makanan kesukaan kalian."
Mereka duduk mulai menikmati makanan, sesekali Embun melirik Lucy yang tampak tak memerdulikan kehadirannya. Sebenarnya Embun sudah terbiasa, tapi kan sekarang mereka sudah ada di tempat yang sama dan akan sering bertemu, bukannya bagus kalau mereka akrab?
"Kabarmu selama disini gimana? Sekolah lancar?" Bunda mulai bertanya pada Lucy.
"Baik dan lancar - lancar aja, minggu depan aku ada kompetisi sains. Belum lagi bulan depan ada project acara sekolah, jadi lumayan sibuk."
Embun ber'wah' pelan mendengarnya. Berbeda dengannya, Lucy memang anak yang pintar dan penuh ambisi. Sedari kecil Lucy sering mengikuti perlombaan dan memenangkannya, saat sekolah dasar juga mendapatkan peringkat 3 besar paralel dan beberapa kali jadi ketua kelas.
"Kalian kenapa gak sekelas aja ya.. Embun dapat kelas apa?" Tanya Bunda setelah memuji anaknya.
"Aku di kelas Ips 1," jawabnya dan tak sengaja menangkap Lucy yang menatap Embun dengan aneh.
"Oiya beda jurusan juga ya, Bunda pelupa deh sekarang."
"Kalian yang akrab ya di sekolah, Lucy tolong Embun juga biar dia cepat adaptasi di sekolah," lanjutnya.
Lucy berdecak "Dia pasti bisa sendiri kok Bun. Dia udah dewasa, gak mungkin berlindung di belakang orang terus, kan?" Ujarnya membuat suasana ruangan berubah.
Bunda menatap Lucy penuh peringatan. "Lucy..."
"Kenapa? Bener dong, Bun."
Embun mengunyah makanannya dengan pelan seraya menatap piring di depannya, ia tersenyum tipis dengan tatapan sendu. "Bener bun, Embun bisa kok. Temen-temen di kelas juga baik semua," ujarnya pada Bunda.
Lucy memutar bola mata saat Bunda menatapnya dengan kesal.
"Aku udah selesai, mmh izin ke atas ya soalnya masih ada tugas." Embun beranjak dari tempat duduknya, menaiki tangga menuju kamar. Ia menghela nafas berat seraya duduk di kursi belajar.
Kelompok 1 chemistry🥺🫂
Jio add you
Jio: Oke lengkap👍
KAMU SEDANG MEMBACA
Saga's Favorite
Roman pour AdolescentsPerempuan sempurna seperti Embun tidak mungkin mencintai monster sepertinya. Tidak. Mungkin saja... jika ia tidak punya pilihan?