Part 1

60 25 7
                                    

Jam menunjukkan pukul 19.23, setelah makan malam, gadis itu kembali ke kamarnya. Seperti kebanyakan remaja lainnya, ia mengambil ponsel yang beradadi atas meja belajarnya. Ingatannya berputar saat siang tadi kekasihnya meminta ijin untuk mengunjungi keluarga di Bali. Gadis itu berinisiatif untuk menelepon, siapa tahu pria itu telah sampai.

Senyum tercipta kala melihat foto wallpaper sebuah gelang couple di room catnya dengan sang kekasih.

Me:
Sudah sampai?

🌻❎
Sudah Lheayang

Lhea tersenyum malu, itu panggilan Gevon untuknya. Tangannya mengetik beberapa huruf kemudian menghapusnya. Bingung mau membalas apa. Setelah berpikir tak menemukan balasan yang cocok, Lhea akhirnya keluar dari aplikasi. Dia lebih memilih membaringkan tubuhnya di atas ranjang dan menutup mata.

Ting!

Mata Lhea seketika terbuka lagi, ponsel yang tergeletak tak jauh dari berbaringnya pun ia raih.

🌻❎
Kenapa tidak dibalas?

Rupanya Gevon yang mengirim pesan. Alhea menggigit bibirnya bingung, dia harus menjawab apa ini?

🌻❎
Lhea?

Sayang?
Alheaaa?

"Akhhh!" Teriak frustasi Lhea. Dia bingung sungguh.

Sungguh, Lhea bingung ingin membalas apa, hingga tangannya hanya mengetikkan satu huruf 'y' lalu mengirimnya.

Tidak mau merasa kebingungan harus membalas apa, Lhea akhirnya mematikan datanya kemudian menonaktifkan ponsel dan tidur.

Sedangkan dilain tempat, Gevon membanting semua barang yang ada disekitarnya. Sembari mengumpat karena khawatir ia keluar kamar. Langkah kakinya terlihat tergesa, turun dari tangga pun secepat kilat.

Sampai di ruang tamu, langkah Gevon berhenti, karena secara mendadak sang mama sudah berdiri didepannya.

"Mau kemana malam begini, Ge?"
Raut khawatir jelas tercetak di wajah ibu Gevon.

"Ge mau ketemu Lhea," Gevon menjawab cepat, saat kakinya kembali melangkah, tangannya dicekal.

"Jangan, itu akan berbaya." Cegahnya lagi.

"Ge nggak peduli!" Dengan lantang Gevon menentang sang mama, tangannya dihempas hingga cekalan ibunya terlepas.

"CK!"

* * *

"Emh..."

"Gevon," suaranya lirih.

Mata yang belum terbuka sempurna itu kembali tertutup rapat. Kepala bergerak mencari posisi paling nyaman di antara kumpulan kapuk yang sudah diolah sedemikian rupa.

Sedangkan sang pelaku tersenyum, dia sekali lagi menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah gadisnya. Gevon terkekeh pelan, "Aku kira terjadi sesuatu padamu. Tapi kenyataannya, kau sudah terlelap gadis cantik."

Gevon menarik perhatiannya dari wajah Lhea, kini ia tengah menelisik kamar gadisnya ingin mengetahui sumber kekhawatirannya tadi ada dimana.

Sebuah benda elektronik persegi panjang bercasing pink Gevon temukan di sebelah gadinya. "CK, sudah berapa kali aku katakan, ponsel tidak baik jika dibawa tidur. Apa lagi menaruhnya di dekat kepala. Dasar," gerutunya sedikit dongkol dan diakhiri desisan.

"Hm?" Gevon menggeleng, gadisnya itu sengaja mematikan paket data agar pesannya tak masuk dan membuatnya stress.

Gevon meletakkan kembali ponsel Lhea ke tempat yang benar. Di atas meja rias. Kepalanya mengedar mencari sesuatu yang mungkin dapat mengganggu kenyamanan gadisnya.

Setelah dirasa semua 'Ok', Gevon mengecup kening gadisnya sebelum melangkah keluar lewat pintu balkon.

"Dada sayang,"

* * *

Lhea mengerjab kan mata cantiknya, perlahan mata ber-netra coklat itu terbuka sempurna. "Jam berapa ini?" Tanya-nya pada diri sendiri sambil meraba-raba kasur mencari ponsel.

Mata Lhea terpaku pada cuaca diluar yang bisa terlihat lewat kaca jendela balkonnya. "Wow, sebuah keajaiban. Aku terbangun saat matahari telah berada di atas pohon."

Yang dimaksud adalah mata hari telah naik sampai melewati pohon besar yang tumbuh di halaman rumahnya. Biasanya Lhea tak pernah bangun dengan keadaan matahari sudah melewati pohon tinggi yang dapat ia lihat dari balkon itu.

Seakan menyadari bahwa arti dari ketinggian matahari adalah hari semakin siang, Lhea berjengit kaget. "Terlambat!" Pekiknya sangat keras.

My Boyfriend Turns Uot A Vampire Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang