Sesuai rencana, di hari libur sekolah, kedua gadis cantik itu akhirnya menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang di rumah Alhea.
Pukul 5 sore Grace memasuki pekarangan rumah temannya. Tak berselang lama ketika ia masih sibuk mengambil kantong plastik dari motornya suara pekikan Alhea terdengar.
"OH MAY! KAU AKHIRNYA DATANG!! AAAA," Alhea langsung menubruk tubuh Grace.
Sedangkan Grace yang memang tak mengetahui aksi Alhea hanya bisa menahan nafas dan memasang kekuatan kakinya agar tak jatuh. "Alhea, Alhea! Sebentar. Bantu aku membawa ini dulu, okay?" Sergah Grace, karena Alhea masih saja memeluknya.
Alhea terkekeh melepas pelukannya. Ia sangat senang. "Oh, maafkan aku, Grace. Aku sangat senang sekali, kau tahu? Selama ini hanya ada Gevon yang menemaniku. Sekarang kau mau berteman denganku. Bahkan akan menginap disini! Ah! Aku sangat sangat sangat bahagia!" cerita Alhea sembari ikut membantu membawa kantong plastik berisi berbagai jenis makanan.
Keduanya membagi tugas, masing masing di tangan terdapat kantong plastik. Mereka akhirnya memasuki rumah.
"Selamat datang!!!" sambut Alhea gembira. Membuka pintu lebar, menyilahkan temannya masuk.
"Sangat luas," komentar Grace melihat rumah temannya itu.
Alhea tertawa pelan, "Baiklah, apa yang akan kita lakukan dulu?" Tanyanya, seakan ia yang menjadi tamunya.
Grace menatap bingung.
Alhea terkekeh canggung, menggaruk pelipisnya yang tak gatal. "Hehe, kau pertama selain Gevon yang masuk kerumah ini. Yaa, aku sedari dulu tak memiliki teman. Jadi aku tak tahu apa yang dilakukan teman ketika menginap dirumah temannya yang lain." Jelas Alhea malu. Sungguh, hidupnya diisi dengan Gevon.
"Bohong"
"Jadi aku yang pertama? Waw. Menakjubkan." Tanggap Grace sedikit terkejut.
Alhea mengangguk beberapa kali.
"Ah! Kita harus meletakkan ini. Dimana dapurmu?" Grace mengambil alih suasana.
"Ikuti aku," ajak Alhea melangkah menuju dapurnya.
Grace mengikuti dari belakang. Menatap lamat lamat postur Alhea.
"Hanya ada pria itu di hidupnya? Satupun keluarga atau teman tak ada? Sungguh miris."
Mereka meletakkan kantong kantong plastik di atas meja. Memisahkan mana yang harus di taruh di keranjang cemilan, di kulkas atau pun di lemari dapur.
"Ini banyak sekali, Grace." Komentar Alhea yang masih sibuk mengelompokkan belanjaan Grace di atas meja.
Grace tertawa, "Yaa, aku sengaja membelinya... Karena kita akan berpesta selama 2 hari!" Jawab Grace, lalu menyerukan pikirannya.
"Perut kita akan membuncit!"
Dua gadis itu tertawa riang, "Berapa kau habiskan uangmu untuk membeli ini semua?" Tanya Alhea tanpa menolehkan kepala pada lawan bicaranya. Ia sibuk membuka lemari lemari dapurnya.
"Tak usah dipikirkan. Ini memakai uang tabunganku." Grace menyela sebelum Alhea banyak bertanya. Ia tak ingin Alhea mengorek informasi miliknya.
Alhea berbalik badan, tangannya bertumpu meja kompor di belakang tubuh. "Kau yakin? Aku nanti juga akan memakannya."
Grace melambaikan tangannya, ia membalikkan badan memunggungi Alhea. "Bagaimana jika kita memasak mie dulu?" Grace berpendapat, membalikkan tubuhnya cepat sembari mengangkat mie yang dipegangnya.
"IDE BAGUS!"
Kedua gadis itu pada akhirnya memasak mie, meninggalkan tumpukan tumpukan makanan diatas meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Turns Uot A Vampire
VampirApa reaksi kalian ketika bertemu vampire? Terlebih saat mengenali wajah makhluk penghisap darah itu adalah wajah sang kekasih? Terkejut? Sedikit terkejut? Atau benar-benar terkejut!? Aku tidak menyangka makhluk penghisap darah itu masih ada di era...