Part 8

31 10 0
                                    

"Sayang,"

"Ya?"

Respon Alhea yang selalu terkejut bila ia panggil mendatangkan tanda tanya besar di kepala Gevon.

Sedari tadi pagi keluar UKS, hingga saat ini pulang sekolah, suasana diantara mereka terlihat canggung. Entah bagaimana aura itu terbentuk. Gevon pun merasa aneh dengan gadisnya. Alhea seperti sedang berusaha untuk menjauhinya.

"Sebenarnya ada apa denganmu, Lhea?" Tanya Gevon frustasi. Ia sungguh tidak merasa nyaman dengan keadaan yang terbentuk hari ini. Apa ia berbuat kesalahan?

Lagi, Alhea terkejut, tubuhnya tersentak. Gadis itu bergetar, memeluk tubuhnya sendiri, ia berusaha semaksimal mungkin untuk tak mempertontonkan ketakutannya saat ini. Biar bagaimanapun, sekarang mereka ada didalam mobil. Alhea tak bisa melakukan apapun jika terkurung seperti ini.

"Hhh, a-aku. Maaf,"

Gevon mengeraskan rahangnya, ia menginjak pedal gas, melajukan mobil hitam itu ditempat yang tak ramai kendaraan.

"Ge, ge, ge, sayang." Alhea merasakan jantungnya akan copot. Pikiran buruk mendatangi otaknya. Apa ia juga akan menjadi korban selanjutnya?

Tes

Tak terasa, air mata Alhea menetes.

"Alhea..."

Alhea melirik sekelilingnya, ini masih terbilang jalan raya namun kurang kendaraan. Ia memfokuskan pandangannya pada si pemanggil nama.

"Ada apa?"

Gevon bergumam. Ia menatap kekasihnya dengan tatapan sayu. "Apa aku melakukan kesalahan?"

"KAU MEMBUNUH SAHABATKU GEVON!"

Ingin rasanya Alhea membalasnya, namun sayang, suaranya tercekat di tenggorokan. Ia hanya mampu membasahi pipinya dengan air mata serta kepalanya yang menggeleng, tubuhnya ia sandarkan di pintu mobil, membuat jarak sejauh yang ia bisa saat ini dari jangkauan Gevon. Ya meskipun akan tak membuahkan apa-apa, mengingat pintu mobil selalu terkunci, dan kaca mobil ini tak tembus pandang.

"Sayang..., Kau takut denganku?" Kepala Gevon terulur mendekati Alhea, menatap lamat-lamat wajah ayu sang gadis.

Kepala Alhea otomatis mengangguk, namun segera menggeleng begitu mendapatkan balasan mata membesar Gevon.

"Apa yang membuatmu takut?"

"Kamu,"

Sayang sekali, jawaban satu kata itu tersangkut di tenggorokannya. Alhea hanya mampu menempelkan tubuhnya semakin dekat dengan pintu.

"Kau takut pada siapa? Apakah aku?" Gevon menebak. Suaranya pelan tersirat luka.

"Sayang, katakan sesuatu!" Gevon memukul setir mobilnya, tubuhnya ia tarik hingga ke posisi awal, tak lagi condong ke samping.

Tentusaja itu berefek pada gadis cantik disebelahnya. Alhea berteriak kecil memeluk tubuhnya, ia menekuk kedua kakinya yang terangkat, menyembunyikan kepalanya dalam lipatan tangan.

Gevon tertegun. Sontak saja tangannya bergetar, "Sa-sayang. Maafkan aku. Aku tak bermaksud membentak mu." Tangan besar Gevon berusaha mengelus surai kekasihnya. Ia mendapat penolakan sebanyak tiga kali, Gevon dengan paksa lebih mencondongkan tubuhnya lalu memeluk Alhea meski mendapatkan penolakan.

Sekarang, Alhea menangis sekeras mungkin. Sembari memberontak dalam pelukan kekasihnya, Alhea berteriak dan menangis. Ia melampiaskan segala yang ia bisa jika mengingat sahabatnya.

"Ssttt," desis Gevon menenangkan kekasihnya.

Hampir lima menit mereka ada diposisi itu, hingga Alhea berangsur tenang diikuti helaan nafasnya yang teratur berangsur menghilang.

"Lhea?"

"Sayang?"

"Hei!"

Tubuh Alhea melemas dalam pelukan kekasihnya. Gevon jelas panik luar biasa.

My Boyfriend Turns Uot A Vampire Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang