Malam semakin larut, dua sejoli itu kini berada di ruang santai. Didepan mereka terdapat layar tv yang menyala menampilkan kartun animasi, sedangkan si pria menidurkan tubuhnya berbantalkan paha Alhea. Gadis itu sendiri menyenderkan punggungnya pada sofa, tangannya bergerak aktif di rambut Gevon.
Sengaja tv itu menunjukkan kartun sebab Gevon melarang keras Alhea menonton selain kartun. Apalagi drama Korea. Big no. Gevon pastikan mata Alhea tidak terkontaminasi dengan wajah wajah luar.
Karena kartun yang ditonton bergenre aksi, setiap kali sang tokoh melakukan penyerangan atau bahkan hampir terkena serangan, bersamaan dengan itu jemari Alhea menarik kuat rambut Gevon hingga menimbulkan ringisan terkejut si pria.
Menit terlewati, tak terasa sudah lima episode Alhea menonton. Ia menarik fokus dari layar yang masih menampilkan kartun anak-anak itu, mata Alhea bergerak mencari jam dinding.
"Gevon..., Sudah jam dua belas." Alhea berbisik di telinga Gevon setelah dia melihat jam dinding yang tergantung di dekat jendela.
"Hmmm?"
Alhea memajukan wajahnya untuk dapat melihat wajah Gevon. "Sayang! Udah malam tahu! Sana pulang, aku mau tidur." Tangan cantik itu menggoyangkan tubuh Gevon tak henti.
Gevon yang setengah tidur setengah sadar akhirnya membuka matanya dengan berat hati. Ia mengubah posisi tidur miringnya menjadi terlentang.
"Silau..." Gumamnya mencoba melindungi matanya dari sinar lampu yang tepat berada di atasnya menggunakan tangan.
Alhea terkekeh kecil, ia mencondongkan tubuhnya sampai wajah tampan kekasihnya itu tak terkena sinar lampu.
"Sudah malam..." Alhea berujar sembari jemari lentiknya mengikuti alur alis Gevon.
Alis pria itu tampak bergerak menyatu keatas yang dengan reflek di elus oleh telunjuk Alhea sehingga kedua alis tersebut kembali ke posisi semula.
"Jam berapa?"
"Satu Dua,"
Gevon menarik ujung bibirnya, dia menyentil hidung gadis diatasnya sampai mengaduh.
Alhea mengusap hidungnya sembari menarik punggungnya yang terulur, ia sandarkan punggung miliknya ke sandaran sofa. Mata Alhea melirik tajam Gevon yang bangun dan duduk berdempetan dengannya dengan cengiran tak berdosa nya.
"Sakit ih!"
Tangan besar itu ikut mengusap hidung kecil Alhea, "Maaf sayang, gemes sih,"
Karena tangan yang besar itu pada akhirnya tangan Alhea berhenti mengusap hidungnya, ia bersedekap dada membiarkan tangan Gevon mengusap usap hidungnya.
"CK," decakan Alhea lontarkan, bibirnya sudah monyong.
Tangan yang awalnya mengusap hidung kini berpindah secara spontanitas tanpa dikomando menjepit bibir yang maju itu.
Bertambahlah kesal sang gadis cantik. Sampai-sampai, Alhea berdiri dengan gerakan cepat tanda sangat, sangat kesal.
Gevon tertawa melihat tingkah menggemaskan didepannya ini.
"Nggak usah ketawa! Sana pulang!"
"Emang berani tidur? Hm?" Gevon ikut bersedekap, dia menyenderkan tubuh besarnya di sofa menatap dengan tampang menyebalkan menurut Alhea.
Sedangkan yang awalnya mengusir kini meneguk ludah kelu, "Benar juga, kalau Gevon pulang nanti aku pasti takut ke kamar, jangankan ke kemar, tidur saja sepertinya takut. Tapi..., Apa tidak apa membiarkan dia menemaniku setelah aku tahu dia itu Vampir? Bagaimana jika tiba-tiba Gevon haus dan memakanku nanti ketika aku sudah terlelap?"
Gevon mengamati ekspresi lucu wajah Alhea, ia kemudian berdiri, menggenggam tangan mungil itu yang terasa dingin. "Karena aku ini adalah makhluk yang baik, maka akan dengan senang hati aku akan menemanimu tidur, Sayang."
Alhea pasrah saat tangan Gevon menariknya menuju kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Turns Uot A Vampire
VampirosApa reaksi kalian ketika bertemu vampire? Terlebih saat mengenali wajah makhluk penghisap darah itu adalah wajah sang kekasih? Terkejut? Sedikit terkejut? Atau benar-benar terkejut!? Aku tidak menyangka makhluk penghisap darah itu masih ada di era...