Rose terus memekik karena masih dijambak oleh Lisa sementra yang lainnya hanya melihat saja tanpa ada niat memisahkan.
Setelah merasa cukup kasihn dengn keadaan Rose, Jisoo sebagai yang paling tua diantara mereka berempat memilih memisahkan dua maknenya.
"Udah udah, Lis." Perintah jisoo yang meski enggan tetap Lalisa turuti.
Sementata Rose yang sudah terbebas dari jambakan maut dari Lisa akhirnya bisa bernafas lega walaupun masih mengusap-usap kepalanya.
Sungguh ini bukan lagi drama, tapi jambakan Lisa benar-benar menyakitkan.
Sialan, Lalisa!
"udah selesaikan?" tanya Jennie dengan nada malasnya. Lalu dagunya terangkat mengkode anggota osis lainnya untuk beranjak dari sana.
Hingga tersisa mereka berempat di dalam ruangan ini. Jennie menyodorkan proposal yang salah angka tadi kepada Jisoo.
"Tolong perbaiki." Pintanya yang dengan senang hati Jisoo terima.
"Mending Lisa aja yang benerinnya." Syara Rose menginterupsi kegiatan Jisoo yang hendak membuka laptopnya.
Jisoo menaikkan alisnya seolah bertanya 'kenapa?' sedangkan Jennie hanya menyimak dan Lalisa sebagi topik juga ikut menyimak penasaran mengapa namanya dibawa-bawa.
"Ya biar dia tahu betapa pentingnya penulisan nol aja sih." Alibi Rose. Padahal mah aslinya biar Lisa tidak ingat dengan kaleng soda pinknya.
"Hm, boleh deh." kata Jisoo kemudian menyerahkan proposal itu kepada Lisa.
"J..jadi gue?"
"He'em." Jennie mengangguk pelan.
"Kelebihan satu nol doang kan?" tanya Lisa ragu sambil mulai menyalakan komputernya.
Berbeda dari Jisoo yang menggunakan laptop pribadi, lalisa yang memang malas dan jarang mengetik lebih memilih menggunakan fasilitas dari sekolah.
"Dua, Lalisa!" kata Jennie membenarkan dan dijawab anggukan oleh Lisa.
Jisoo sudah duduk tennag di mejanya sambil sesekali terkekeh kecil melihat video lucu di handphonenya, sementara Rose memandang Jennie cemas, berharap gadis itu segera meminum ramuan jatuh cinta milik Lisa yang kini tengah serius menatap layar komputernya.
'minum, Jen! Minum!'
Bak mantra ajaib, kata-kata batin Rose terkabulkan ketika Jennie yang mulai mengambil kaleng pink itu.
Bak slowmo, tangan Jennie perlahan meraih kaleng itu, kemudian membuka penutupnya, mengarahkannya kebibir, barulah meneguknya. Terasa sangat lama bagi Rose. Hingga tenggorokan Jennie yang naik-turun membuat Rose bernafas lega karena misi pertamanya kali kali berhasil.
"Akhirnya..." Gumam lisa dan Rose bersamaan. Bedanya jika Lisa Melisankannya sambil meregangkan otot-otot nya karena lelah memperbaiki proposal tersebut, maka Rose mengucapkannya di batin karena lega Jennie sudah meminum si pink itu.
"Yeyyy udah selesai!!!" Pekik Lisa sambil tersenyum bahagia.
"Udah, Lis?" tanya ulabg Jisoo yang diangguki semangat oleh Lisa sambil memperlihatkan lembaran baru proposal.
"Sini, Lis, gue periksa." ucap Jennie.
Lalisa segera menyerahkan hasil kerjanya kepada Jennie. Sembari Jennie memeriksa, mata gadis berponi itu membeliak melihat tak sengaja bahwa hasil penemuannya sudah berakhir menggenaskan di dalam tempat sampah di samping meja Jennie.
"Je-jennie unni," panggil nya tergagap.
"Hm?" gumam Jennie masih fokus pada hasil kerja Lisa.
"K-kau meminumnya?" tanya Lisa yang sudah pucat.
"Minum apa?" kali ini Jennie mendongak menatap Lisa penuh tanya karena jarang sekali anak itu menggunakan kata-kata sopan seperti itu.
"Minuman yang ada di dalam kaleng pink itu." tunjuk Lisa.
"Ya, aku meminumnya. Kenapa? Kau mau? Rasanya lumayan enak, sih."
"Yak Eonnie!!!" pekik Rose mendramatisir hingga membuat Jisoo kini ikut fokus pada Lisa yang pucat dan Jennie yang bingung.
"Wae Oce?" tanya Jisoo penasaran mewakili raut bingung Jennie pula.
"Itu penemuan terbaru Lisa! Dan.."
"Itu bisa membuat kau jatuh cinta, eonnie." potong Lisa menerangkan.
"Hah?!" Pekik Jennie dan Jisoo.
"j-j-jadi ini bagaimana Lisa?!" Pekik Jennie panik yang kini sudah berdiri dari bangkunya saking paniknya gadis itu.
"Eonnie, kau tenang dulu. Selama kau tidak melihat lawan jenis disini maka kau aman. Jadi aku mohon usahakan untuk tidak bertemu lawan jenis dulu." kata Lisa mencoba membuat tennag keadaan.
"Berapa lama, Lalisa?" tanya Jisoo yang ikutan cemas.
"Emm.." gumam Lisa menunduk. "Aku tidak tahu." Lanjutnya yang semakin menunduk dalam.
Jennie yang mendengarnya sudah terduduk dengan lemas, Jisoo juga semakin bertambah cemas sedangkan Rose diam diam menahan senyumnya mati-matian.
"Bagaimana ini.." gumam Jennie dengan mata yang berkaca.
Aduh, Rose jadi tak tega melihat Jennie seperti ini. Tapi dilain sisi dia harus egois. Lagipula tak masalah untuk jatuh cinta, bukan?
Rose tersenyum senang.
"Jennie Eonnie, kurasa kau harus diam di dalam kamarmu saja." saran Lisa angkat suara.
"Apa efek nya bisa hilang dalam tiga hari Lisa? Karena sebentar lagi kita ada perlombaan dance." tanya Jennie harap-harap cemas.
Lisa tampak berpikir beberapa detik, "sepertinya bisa, Eon, selama kau tidak bertemu lawan jenis maka kau akan aman."
Jisoo akhirnya bisa bernafas lega, "huft.. syukurlah. Berarti kau hanya tidak boleh kelur dari sekolah ini selama tiga hari sa--"
Belum sempat Jisoo menyelesaikan kalimatnya Jennie sudah berteriak senang dengan mata berbinar melihat objek yang baru saja masuk ke dalam ruang OSIS ini.
"OPPA!!" pekik Jennie berbinar dengan pipi memerah. Persis seperti seseorang yang sedang jatuh cinta.
Gawat, Drama Rose benar-benar sudah dimulai!!!
*Blm di revisi, jd byk typo*
5 sep. Double up ni hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty savage
FanficIni tentang YG highschool dan Bighit Highschool. Dua sekolah menengah atas yang selalu berselisih dan bersaing. Selalu ingin menjadi nomor 1, hingga bersaingan dengan berbagai cara, dari yang sportif sampai melanggar aturan. Namun apa jadinya jika...