"Katakanlah jika kamu terluka, maka aku juga akan ikut terluka tanpa memberitahu bahwa aku juga terluka melihatmu terluka."
-Fatan Azka Alfasya-•••o0o•••
Lelaki itu sudah memanjat sebuah pohon hingga sampai disebuah pijakan yang berhadapan langsung dengan jendela.
Ketika dibuka, ruangan itu gelap bahkan tidak ada penghuninya. Langsung saja Fatan masuk melewati kamar melirik seluruh rumah yang ternyata tidak ada siapa-siapa.
"Gue harus mencari gudang!" Titah lelaki itu yang sudah memakai serba hitam bahkan lengkap dengan masker hitam melekat di wajahnya.
Seluruh ruangan gelap namun telinga lelaki itu sangat peka terhadap suara. terdengar ketika ada suara langkah sontak saja lelaki itu langsung bersembunyi dibalik dinding.
"Tengah malem pake segala abis lagi!" Ujar bocah laki-laki itu langsung mengisi dan pergi meninggalkan dapur.
Lelaki yang bersembunyi itu menghela nafas lega. Melanjutkan aksinya yang tertunda mencari sebuah ruangan.
Langkah demi langkah dilalui, bahkan berkali-kali salah kamar hingga ada suara gedoran pintu yang berbeda tepat ujung dapur.
"MAMA DI SINI GELAP." Suara itu tepat di balik gudang tersebut.
Laki-laki itu langsung melangkah ternyata benar gadis yang harus dilindunginya ternyata mendapat penyiksaan lagi dari keluarganya.
"Mayra!" Ucap laki-laki itu sambil mengetuk-ngetuk pintu yang terkunci.
Di dalam sana Mayra sudah sangat berantakan bahkan matanya sudah bengkak akibat menangis tiada henti. Mayra sangat takut akan sebuah kegelapan terkurung dalam ruangan yang tak memiliki cahaya membuat seluruh tubuhnya bergetar hebat.
"FATAN! TOLONG BUKAIN, GUE TAKUT!" Ucap Mayra memohon bahkan suara itu terdengar sangat menyakitkan.
"TENANG MAYRA, LO MUNDUR BIAR GUE DOBRAK PINTU INI." Jawab Fatan.
Fatan memundurkan tubuhnya lalu maju menendang pintu gudang itu dengan sekali hentakan. Pintu itu berhasil terbuka.
Untung saja suara dobrakan pintu itu tidak membuat satu keluarga ini terganggu apalagi terbangun, bahkan Fatan mengeram marah bisa-bisanya Mayra dikunci dalam gudang dan tidak ada yang menolongnya, sekalipun Falzan kakak laki-lakinya.
Fatan dengan mata bak elang mencari keberadaan Mayra dan langsung memeluk tubuhnya.
"Fatan gelap, gue takut." Lirih Mayra bahkan tubuhnya sudah gemetar.
Fatan membalas pelukan itu sesekali kening Mayra dicium dengan tulus agar Mayra tenang. Ketika sudah tenang Fatan melepaskan pelukan itu.
Fatan mengepalkan tangannya di samping. "Ada gue Ra, ayok kita pergi dari sini."
Mayra menggeleng. "Ini rumah gue Tan."
"Rumah yang selalu ngasih lo penyiksaan?!" Cetus Fatan kesal terhadap sikap baik Mayra.
Gadis itu mendongak meskipun dalam keadaan gelap Mayra bisa melihat aura kemarahan dari Fatan.
"Bagaimanapun juga ini rumah gue, gua nggak bisa ninggalin rumah ini begitu aja."
"Setidaknya lo pergi mengistirahatkan tubuh lo di rumah gue." Titah Fatan tidak bisa dapat di bantah.
Langsung saja lelaki itu membopong tubuh Mayra. Mayra sontak langsung melingkarkan kedua tangannya pada leher Fatan.
"Makasih Fatan, lo selalu ada ketika gue terluka." Ucap tulus dari bibir Mayra.
Fatan tersenyum. "Karena jika lo terluka maka gue juga ikut terluka."
KAMU SEDANG MEMBACA
HALCYON (END)
Teen Fiction"Sebuah dendam yang berkahir dengan tenang." ©Copyright by buttercup820