Budayakan vote sebelum membaca
Kritik dan saran dipersilahkanHappy reading 💋
Sahara menempelkan dagunya di atas meja bar, di antara gelas-gelas yang tersusun melingkar, Sahara berulang kali menghela napasnya gusar.
Jef datang dengan secangkir cokelat panas, menyodorkannya pada Sahara yang sedang mengetuk-ngetukkan jarinya pada gelas.
Sahara mendongak, menatap lelaki berlesung pipit itu penuh tanya.
"Buat lo," papar Jef.
"Makasih, Mas Jef."
"Masih panas, ditiup dulu," ujar Jef memperingati ketika Sahara menerima secangkir cokelat itu setengah hati.
Sahara memaksakan senyumnya pada Jef seraya mengangguk lemah. Entah mengapa, hari ini Sahara terlihat begitu gelisah.
"Hng, Mas Jef..."
"Kenapa, Hara?"
Aduh, Jef itu jika bicara menggetarkan sanubari kaum hawa, alias penuh kelembutan dalam setiap katanya. Membuat siapa pun lawan bicaranya--khususnya perempuan-- ikut menyahut kalem dibuatnya.
"Hng... anu, Hara boleh minta kasih es batu aja enggak? Hara kurang suka cokelat panas soalnya."
"Boleh dong."
Sahara meringis, "Thank you again, Mas Jef."
Lagi-lagi, Jef tersenyum. "No problem, Hara."
Sembari memasukkan es batu ke dalam gelas yang berbeda, Jef berujar, "hari ini kalian keliatan murung, pantes aja langit ikutan mendung."
Sahara mengerutkan alisnya bingung. "Kalian?"
"Iya." Jef mengangguk, "Lo sama Lintang. Nggak biasanya kalian kaya gini. Lagi ada masalah, ya?"
Sahara tercenung. "Kita nggak ada masalah, kok."
Jef mengangguk mengerti. "Kalo Lintang nggak ceria kaya biasanya, atmosfer kafe jadi agak beda rasanya."
Ah, pantas saja, hari ini Sahara merasa ada yang kurang.
Jef menepuk pelan puncak kepala Sahara. "Gue cuma mau ngasih tau aja, walaupun Lintang selalu kelihatan ceria, tapi Lintang juga nyimpen banyak luka. Apalagi semenjak kepergian tante Raya, mamanya Lintang."
Sahara tertegun.
"Juan pernah bilang, waktu kepergian almarhumah tante Raya, Lintang cuma nangis di hari pertama. Beberapa hari setelahnya, Lintang ngejalanin hidup kaya biasa, seolah nggak terjadi apa-apa. Padahal gue yakin, kalo sebenernya Lintang itu kehilangan banget. Apalagi dia itu deket banget sama mamanya."
"..."
"Mungkin karena nggak mau dianggap lemah, dia lebih milih memendam semuanya sendirian. Padahal nggak semua orang bisa ngelakuin hal yang sama, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Things (END)
FanfictionKarena mengalami krisis finansial, Sahara yang hanya hidup berdua dengan ibunya, terpaksa harus bekerja paruh waktu di sela-sela kehidupan sekolahnya. Dan entah sebuah keberuntungan atau justru kesialan, sebab dirinya harus berurusan dengan Lintang...