2.0 - Unreasonable

165 87 386
                                    

Sebab hadirmu adalah ceritaKedepannya masih kuterkaKuharap, akhirnya tak berujung luka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebab hadirmu adalah cerita
Kedepannya masih kuterka
Kuharap, akhirnya tak berujung luka

-Perfect Things-

Mas Linlin
Sahara

Apa

Kangen

Sahara mengulum senyum sesaat sebelum akhirnya berdecak tidak percaya. Padahal mereka baru saja berpisah lima menit yang lalu usai dari pantai dan meresmikan hubungan. Dan barusan, cowok itu sudah mengungkap rasa rindu padanya?

Sulit dipercaya.

Kita baru ketemu lima menit yg lalu, Mas_-

Lima menit juga lama, Ra
Gue kan maunya setiap detik sama lo terus

Bucin

Gapapa bucin sama pacar sendiri :p

Hanya lima kata, namun mampu membuat Sahara melambung tinggi kesenangan. Dia membenamkan wajahnya di atas bantal, kakinya dihentak berulang-ulang hingga seprai yang terpasang menjadi berantakan.

Dia bahkan mencomot Hideung, mendekapnya hingga sang kucing meraung minta dilepaskan. Ujung-ujungnya, tangan Sahara tercakar. Perihnya menjadi tidak seberapa karena perasaan senang yang membuncah mampu menghilangkan segala resah.

Jika tahu seperti ini rasanya, Sahara menyesal karena hampir saja menunda kebahagiaannya bersama Lintang.

🌹


Pagi mulai menyapa semesta. Tanpa diduga, Lintang datang menjemput Sahara pagi-pagi buta. Meski belum melihatnya pun, Sahara mampu menebak bahwa suara berat yang menggelegar hingga kamarnya adalah suara Lintang. Bahkan Sahara baru saja selesai mandi, tumben sekali Lintang datang menjemputnya pagi-pagi.

“HARA, BURUAN! LINTANG UDAH NUNGGUIN NIH!” teriak Iswara sang Mama.

“IYA MA, SABAR!”

Usai memoles wajah dengan ala kadarnya, Sahara lantas ke luar dari kamar. Menemui Iswa dan Lintang yang ternyata berada di dapur. Senyum lebar khas Lintang menyambut pagi Sahara yang biasanya suram menjadi cerah penuh warna.

“Sarapan dulu, Ra. Mumpung masih ada waktu,” titah Iswa yang Sahara jawab dengan anggukan.

Kemudian Iswa beralih menatap Lintang. “Lintang, kamu makan juga ya, kalo kurang, nambah aja. Jangan malu-malu.” Lintang mengiakan sembari tersenyum sopan.

Sahara duduk di samping Iswa dengan kepala tertunduk. Jika biasanya perempuan akan makan lebih anggun di depan orang yang dia suka. Tapi Sahara berbeda. Dia lebih memilih makan seperti biasa, melahap nasi gorengnya dengan rakus seakan acuh akan keberadaan Lintang di hadapannya.

Perfect Things (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang