Note : akan ada banyak narasi untuk mendukung suasana, jadi harap baca baik-baik ya, terimakasihKita yang terlampaui jarak dan waktu, mencoba mengikis sekat bernama rindu.
-Perfect Things-
Setelah acara ulang tahun Sahara selesai, Lintang memutuskan menghabiskan sisa harinya bersama Sahara. Semacam quality time, sebab keduanya sudah lama tidak jalan berdua.
Panas mentari terasa begitu terik hari ini, namun mendung di hati Sahara tak mampu ditutupi lagi. Lintang yang menyadari hal tersebut lantas mengajaknya ke danau, di sana sedang ada festival tahunan. Keramaian mungkin sedikit banyak akan memudarkan keresahan Sahara.
Padahal, hari ini adalah hari yang begitu spesial. Maka Lintang harus mengembalikan senyum Sahara yang hilang.
"Hara, kok cemberut mulu sih? Bete ya?"
Sahara mendongak, tampak berpikir sejenak. "... Mas Linlin,"
"Iya, sayang?"
Biasanya gadis itu akan blushing jika Lintang menyahutnya begitu. Namun kali ini Sahara hanya memandangnya begitu sendu. "Hara pengen ketemu Papa, Mas Lin."
Lintang tercenung. Bagaimana mungkin Lintang bisa memenuhi keinginan Sahara, jika sosok yang gadis itu sebut Papa justru sudah tidak ada. Terbaring di bawah pusara bertahun-tahun lamanya.
"... lagi kangen, ya?" Sahara mengangguk.
Lintang sontak mengulas senyum, dengan tatap yang meneduhkan dia berujar, "Yuk, sekalian aku kenalin ke Mama."
🌷
Langit mulai sayup sewaktu Lintang dan Sahara tiba di pemakaman umum. Tempat yang menjadi saksi bisu pertemuan dua anak manusia yang sama-sama berduka, kehilangan salah satu orang terpenting dalam hidup mereka.
Tangan mereka saling bertaut, sementara tangan mereka yang lainnya sama-sama menggenggam sebuket bunga lily putih. Waktu Sahara bertanya mengapa harus bunga lily putih, Lintang bilang, bunga itu melambangkan perasaan duka cita.
Mereka mendatangi pusara mendiang ayah Sahara lebih dulu. Tiba di makam tujuan, mereka berjongkok di samping pusara ayah Sahara. Selesai berdoa dengan Sahara yang berlinang air mata, membersihkan makam dari dedaunan kering dan beberapa rumput liar, juga meletakkan bunga, Sahara mengusap nisan sang ayah dengan tatapan sendu.
Lima belas tahun yang lalu.
"Mama, katanya kita mau ketemu Papa. Sekarang Papa di mana?" tanya gadis kecil berusia tiga tahun dalam gendongan sang ibu.
"... Papa udah bobo, Hara." Mama menjawab dengan suara parau.
"Bobo? Kenapa nggak bobo di rumah aja?" tanyanya dengan wajah lugu, sementara Mama memandangnya dengan begitu sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Things (END)
FanfictionKarena mengalami krisis finansial, Sahara yang hanya hidup berdua dengan ibunya, terpaksa harus bekerja paruh waktu di sela-sela kehidupan sekolahnya. Dan entah sebuah keberuntungan atau justru kesialan, sebab dirinya harus berurusan dengan Lintang...