2.8 - Apologize

124 63 455
                                    

Hai! (。>‿‿<。 )

Seperti biasa, jgn lupa vote dan komentar cerita ini ya kawand

Selamat membaca kisah Lintang & Sahara💖

.
.
.
.

Kamu tidak akan pernah tahu akhirnya, jika kamu tidak pernah mencoba untuk memulainya.

-Perfect Things-

Pada akhirnya, rumor yang tersebar perihal Sahara mulai mereda seiring berjalannya waktu. Meski tatapan aneh dan mengintimidasi masih sering dilayangkan padanya. Dalam hati, Sahara ingin sekali mencolok mata mereka satu-persatu agar tak menatapnya terus-terusan.

Ugh, menyebalkan!

Namun bersikap acuh adalah pilihan terbaik, sebab semakin dirinya menanggapi, maka orang-orang itu akan semakin mengusik.

Sahara membuka tas dan mengeluarkan surat serta sebuah cokelat yang sempat Bumi berikan beberapa hari lalu. Surat itu hanya berisi kalimat singkat untuk Sahara sebagai penyemangat.

Arunika Sahara,
gue harap lo tetap bersinar di tengah kegelapan layaknya bintang, dan jangan sampai meredup hanya karena omongan orang.

Don't cry, Hara :)

-Bumi.

Sahara tersenyum simpul, kemudian kembali melipat surat tersebut seraya berjalan menuju taman belakang sekolah. Sengaja menjauh dari keramaian untuk menemui Bumi agar gosip murahan itu tak merebak lagi.

Dengan senyum yang masih menghias wajah, Sahara menyodorkan cokelat tersebut kepada Bumi yang menatapnya tidak mengerti.

"Suratnya udah gue terima," katanya sembari menggoyangkan surat yang berada dalam genggamannya, "thanks, ya, Bum." Sahara berujar tulus.

"Tapi sorry, gue nggak bisa nerima cokelat ini," sambungnya sebelum Bumi mengembangkan senyum yang sedari ditahannya.

"Kenapa?"

"Hng ... gue nggak suka cokelat."

Ada gurat kecewa dalam wajah Bumi yang jelas saja Sahara pahami. Cowok itu terkekeh miris. Dia tahu pasti bahwa Sahara baru saja berbohong. Padahal sebelum memberi, dirinya sudah memastikan berkali-kali tentang apa yang cewek itu sukai.

"Nggak suka cokelat, apa nggak suka orangnya?" Bumi berujar memastikan.

Secara mengejutkan Sahara justru melempar tanya, "Lo suka sama gue, Bum?"

Bumi tersenyum simpul. "Iya."

Sahara terkejut, mungkin tidak menyangka bahwa Bumi akan menjawab jujur begitu saja. "Sejak kapan?"

Tanpa banyak berpikir, Bumi mampu menjawab, "Hm, sejak lo tampil biola pas pensi, kayaknya."

Sahara semakin tidak menyangka sebab itu sudah cukup lama. Mungkin sekitar satu setengah tahun yang lalu, ketika Sahara masih kelas sepuluh. "Gue kira lo nggak pernah kenal sama gue sebelumnya."

"Kenapa lo mikir gitu?"

"Mungkin karena lo masuk kategori cowok famous di sekolah?"

Bumi terkekeh. "Lo juga masuk kategori cewek famous di sekolah. Emangnya lo nggak nyadar?"

"Hah? Masa iya?"

"Hara, selama ini lo jadi bahan inceran cowok-cowok di sekolah, tapi lo nggak nyadar sama sekali?" Bumi terlihat tidak percaya. Mungkin mengira Sahara itu kelewat bolot sampai tidak menyadari usaha cowok-cowok yang mencoba mendekatinya.

Perfect Things (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang