Hai, apa kabar? Lama, ya, kita nggak ngobrol. Udah banyak banget kejadian yang aku lalui tanpa kamu, sejak kita lost contact hari itu sampe saat ini. Ternyata aku kangen banget sama kamu. Aku kangen sama kebawelan kamu saat kita chatting atau tiap malam kita teleponan. Meskipun cuma ngebaca pesan yang kamu kirim, aku udah bisa ngebayangin gaya bicara kamu. Tuh, bahkan dengan mengingat kamu aja, ujung-ujung bibirku ketarik bikin senyum. Hebat, kamu.
Eh, kamu tau, nggak? Aku lagi duduk di teras rumah, nih. Nggak, aku nggak sendiri. Ada secangkir teh hijau yang nemenin aku. Iya, teh hijau yang waktu itu kamu tolak mentah-mentah. Aku masih ingat juga alasan kamu nolak teh yang aku bikin itu, alasannya kamu nggak suka dan kamu banyak nggak suka sama makanan dan minuman. Aku cuma senyum nanggepin alasan kamu. Akhirnya, aku minum dua cangkir teh. Anehnya, aku nggak ngerasa kembung atau apa tuh. Mungkin, karena obrolan kita hari itu asyik banget, jadi dua cangkir teh ngga kerasa aku habisin sendiri.
Aku tau kok, kamu udah bahagia sama pacarmu yang sekarang. Aku ikut bahagia, kalo kamu bahagia. Meskipun kamu masih hutang penjelasan kenapa kamu pergi gitu aja ninggalin aku dengan jutaan pertanyaan. Iya, memang waktu itu kita nggak terikat apa-apa. Kita nggak pernah nyatain cinta satu sama lain. Kita cuma bertingkah seperti sepasang kekasih. Salah aku juga sih, berkspektasi terlalu jauh. Aku nggak tau, ya, kamu tau aku sayang banget sama kamu apa nggak waktu itu. Kalo kamu nggak tau, aku kasih tau sekarang. Dan saat ini, perasaan itu nggak berubah. Nggak akan pernah.
Selang sehari atau dua hari kamu nggak ngasih aku kabar dan nggak nunjukin batang hidungmu sama sekali, aku terus nyariin kamu. Iya, memang bukan dengan SMS atau telepon, tapi aku buka media social kamu. Stalker banget ya, aku. Kenapa aku buka media social kamu? Soalnya aku nggak mau kamu mikir aku terlalu ngekang kamu. Aku nggak mau kamu malah risih sama keberadaanku. Aku masih berusaha positive thinking waktu buka-bukain account kamu. Bisa aja kamu nggak bisa beli pulsa atau sinyal yang susah karena kamu entah dimana. Soalnya, dengan tau kamu dimana dan tau kamu baik-baik aja, aku udah tenang banget. Tapi, setelah aku liat kamu udah pacaran –balikan, maksudku, sama mantanmu, aku langsung berenti stalking kamu. Aku close semua tab. Aku termenung sendirian. Aku mikir kenapa kamu bisa setega itu ninggalin aku tanpa basa-basi apa-apa.
Setelah beberapa hari aku jadi orang tolol nggak karuan, akhirnya aku sadar kalo kesalahan itu sebenernya ada di aku, bukan di kamu. Sempet ada beberapa orang yang nanya aku kenapa, dan dengan gamblangnya aku bilang kalo aku lagi galau. Baru pertama kali aku seputus asa ini sama cinta. Oh, bukan cinta, tapi perasaanku sendiri. Kalo kata kamu, kan, cinta itu perasaan dua orang yang mengikat keduanya. Iya, masih aku inget kata-kata kamu yang itu. Anyway, maaf ya, aku sempet nyangka kamu yang nggak-nggak. Cuma ke diri aku aja kok, aku nggak nyebarin pikiran aku itu ke orang lain.
Kalo nggak salah, sempet ada beberapa orang yang nyoba masuk ke kehidupanku dan gantiin posisi kamu di ruang hatiku. Tapi sejauh ini belum ada, dan aku yakin nggak akan ada. Aku sayang banget sih, sama kamu. Susah jadinya. Padahal mah aku nggak boleh kayak gini, iya kan? Aku ampe mikir semaleman suntuk kenapa bisa segininya aku ke kamu. Dan ternyata, aku nggak nemuin jawabannya. Satu yang aku tau, nama kamu nggak akan pernah kehapus atau tergeser atau tergantikan atau apalah.
Kamu, kamu yang pantas aku sebut cinta pertama. Bukan, bukan mantan pertama atau cinta monyetku pas SMP atau SMA. Mereka nggak sehebat kamu.
Waduh, kok jadi aku yang bawel banget, ya? Padahal yang biasa cerita panjang lebar, kan, kamu. Ya, itu aja deh yang bisa aku omongin ke kamu. Aku sangat berharap kamu bahagia sama pacarmu yang sekarang. Aku juga berharap dia nggak ninggalin kamu sebagaimana kamu ninggalin aku dulu. Aku udah tau rasanya, rasanya sakit. Sakit banget. Cukup aku aja yang ngerasain, kamu nggak usah.
Udah deh, aku jadi nggak enak sendiri.
Sampe ketemu di lain waktu, ya.
Dengan cinta dan perasaan yang sama,
-pencintamu.-
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik dan Koma
Poetry"Perjalanan itu bersifat pribadi. Kalaupun kau berjalan bersamaku, perjalananmu bukanlah perjalananku." Ini adalah bagian perjalanan yang aku jalani bersama beberapa kawan, orang terkasih atau diriku sendiri. Nikmatilah sebisamu.
