2

206 6 1
                                    


"Bulan, kita adalah dua makhluk di angkasa yang tak mendapatkan cahayanya sendiri. Sungguh tak adil. Bukankah begitu?"

"Ya dan tidak."

"Mengapa kau bisa berpendapat demikian? Ada apa sebenarnya denganmu, hah?"

"Karena memang semua yang terjadi di alam semesta ini tidak ada yang diadilkan."

"Bulan, kau mulai mengantuk, ya?"

"Sadarlah, sebenarnya memang begitu. Kau merasa tak adil karena tidak memiliki cahaya sendiri, namun pernahkah kau memikirkan Matahari yang merupakan sumber cahaya terbesar sejagad raya ini, namun masih dicaci banyak umat?"

"Ya, kau ada benarnya juga."

"Cobalah nikmati menjadi dirimu sendiri, Bintang. Kecerahanmu identik sebagai keindahan pada malam, dan tanda bahwa tak akan ada hujan pada malam."

"Terima kasih, Bulan."

Titik dan KomaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang