Hai cayank, gimana ceritanya? Menyedihkan, sangat. Karna absurdnya liar biasyah.
Jangan lupa vote, komen yaaaa..
Love you guys....
Muachhhhh
*****
Pagi hari menyapa, sinar matahari menerobos masuk ke kamar tidur. Dengan sedikit, karna gorden menutup hampir sepenuhnya.
Sasha, gadis cantik itu bangun dengan kepala yg terasa berat. Alisnya mengernyit bingung, kenapa perutnya seperti ditimpa sesuatu. Sangat berat, hingga susah membuatnya bergerak.
Tubuhnya terasa lengket, badannya remuk sangat sakit. Bahkan bagian bawahnya sangat perih, ada apa ini?
Gadis itu melirik di bawah selimut dengan harapan besar, tangannya gemetar. Ia tak mau apa yg sedang ada di pikirannya terjadi.
'kumohon'
Dan tetesan demi tetasan bulir bening mengalir deras, ia menahan suaranya hingga tak membangunkan pria yg ada di sebelahnya.
'pelacur, apa aku sekarang menjadi seorang pelacur?'
Saat dirasa ia sudah tenang, perlahan sasha menyingkirkan lengan kekar yg memeluknya dari belakang. Berjalan perlahan menuju kamar mandi, meskipun sangat perih dan susah berjalan. Setidaknya ia harus mandi bukan.
Selesai mandi, sasha keluar dengan menggunakan celana training kebesaran dan juga sebuah hoddie. Air matanya tetap mengalir deras, ia mencoba untuk menahannya tapi tak bisa. Untuk saat ini, tanisha hanya seorang gadis yg rapuh.
"Bagaimana aku pulang?" Tanya sasha, karna ia sudah kehabisan uang untuk saat ini. Dirinya juga tak membawa uang cadangan.
Melihat ada sebuah dompet di atas nakas, ia membukanya. Mengambil beberapa lembar berwarna merah, awalnya ia ragu. Tapi untuk saat ini saja, dirinya membutuhkan uang itu.
Dengan memberikan sebuah surat yg diletakkan di atas nakas, sasha pergi meninggalkan apartemen milik arghi tanpa membangunkan lelaki itu.
'Maafkan aku bunda, nenek. Aku sudah tidak suci lagi.'
'Ayah, anakmu ini tidak memiliki pahlawan sepertimu yg akan menolongnya di dunia yg kejam ini.'
'Ayah, untuk kali ini. Kau benar, bahwa dunia sangat mengerikan. Penuh peperangan, saat ini putrimu. Putri kecilmu, telah kalah.'
Racauan demi racauan keluar dari mulut sasha, hingga gadis itu tiba di sebuah halte bus. Dan saat itu juga bus yg di tunggu telah tiba, ia pulang dengan suasana hati yg mendung. Walau di luar sangat cerah dan hangat, tapi tidak untuk hati sasha.
Di lain tempat, arghi terbangun karna suara dering ponselnya yg terus berbunyi. Saat bangun kepalanya diserang pusing, ia bersandar pada bantal.
Saat melihat ke samping tempat tidurnya, dahinya berkerut bingung. Kemana perginya gadis itu?
Ia berkeliling apartemen, namun tak mendapati gadis cantik itu.
"Arghhh! Kau bodoh arghi! Bagaimana bisa kau bermalam dengan seorang gadis yg hanya bertemu dijalan?! Dimana otakmu!"
Arghi berteriak kesetanan, kacau! Ini sangat kacau, baru kali ini ia jadi lelaki brengsek. Badannya merosot ke lantai, ia tak tau lagi dengan keadaannya sekarang.
Kringg.... Kringg....
Suara dering ponselnya mengusik pendengarannya, bergegas ia mengambil ponsek itu dengan kesal.
"APA?!"
"........…."
"DIAMLAH! AKU AKAN DATANG SEKARANG!"
Dengan menutup ponsel sepihak, arghi bergegas untuk membersihkan dirinya. Di kantor ternyata sudah ada rapat besar, bisa bisanya ia lupa dengan agenda hari ini. Benar benar bukan seorang arghi yg biasanya.
Di sisi lain, sasha tengah merenung di kamarnya. Sejak pulang tadi, gadis itu tak beranjak dari kamarnya. Makan, minum, tak ia lakukan. Hanya diam memandang kearah jendela luar, kini tubuhnya diselimuti oleh penyesalan.
Memang benar kata orang, penyesalan selaku berada di akhir. Itulah yg sasha rasakan, tanpa adanya orang terdekat. Gadis itu tak bisa membagi rasa sakit yg sedang ia tanggung, hanya bisa memandang ke arah luar yg bisa menenangkan hatinya.
Tak terasa, 3 hari sasha tak keluar rumah. Selama 3 hari juga ia tak berangkat ke sekolah, dan selama 3 hari juga pria itu tak mencarinya.
Sasha tengah berdiri di depan cermin, melihat tubuhnya yg menurun drastis. Mencoba untuk sedikit tersenyum, gadis itu menatap pantulannya. "Sasha, semangat!"
Setelah selesai memberi kekuatan pada dirinya sendiri, ia berjalan ke arah dapur. Mengambil selembar roti, karna ia sedang tak bernafsu makan. Selesai, gadis itu bergegas menuju halte bus. Dengan senyuman di wajahnya, ia pergi ke sekolah.
Hari hari telah berganti dengan cepat, sasha masih menjalani kegiatannya dengan cara yg sama. Tam ada yg berbeda, ia tetap pergi ke sekolah dan bekerja paruh waktu.
Tapi, untuk hari ini sasha sedang tak enak badan. Ia memutuskan untuk ijin sekolah hari ini, badannya terasa panas. Jika ia berdiam diri di rumah, tak akan ada yg bisa merawatnya. Maka dari itu, ia pergi ke puskesmas terdekat untuk berobat. Karna tak mungkin untuk pergi ke rumah sakit, makan saja ia masih susah apalagi harus membayar biaya rumah sakit.
"Nomor 23, silahkan masuk."teriakan perawat itu membuat sasha sedikit senang, pasalnya itu nomor antrian yg ia pegang sekarang.
"Selamat siang, keluhannya apa saja ya?"
"Beberapa hari ini saya kurang enak badan, sedikit pusing juga dok."
Dahi dokter itu berkerut saat memeriksa denyut nadi sasha, dia beranjak dari tempat duduknya untuk mengambil sesuatu di dalam lemari.
"Pakailah tespack ini, di sana ada kamar mandi."
Sasha tak mengira jika hari ini akan datang, dengan tangan yg sedikit gemetar ia mengambil tespack dari dokter.
Tak lama, hanya butuh waktu 5 menit sasha kembali dari kamar mandi. Dan menyerahkan tespack itu ke dokter.
Awalnya hanya satu garis merah yg terlihat, tapi tak lama muncul garis samar merah. Sasha hanya berharap, semua akan berjalan dengan baik.
"Selamat, anda akan menjadi seorang ibu. Saya akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut, silahkan berbaring ke ranjang."
Baju sasha tersingkap, memperlihatkan perut ratanya yg mulus. Sebuah gel di oles secara merata di perutnya, dokter mengarahkan sebuah benda dj atas perut ratanya.
"Lihatlah ke arah monitor di atas, bulatan itu akan menjadi seorang anak. Jika saya perkirakan, usia janin sudah 3 minggu. "
Air mata sasha kembali menetes, ia tak menyangka jika di perutnya kini ada seseorang yg tengah hidup.
Gadis cantik itu tak menyangka jika akan menjadi seorang ibu, setelah cek di puskesmas ia diberi buku ibu hamil agar cek rutin.Di perjalanan pulang senyum sasha tak pernah luntur.
"Jangan nakal ya sayang, bunda senang kamu hadir menemani bunda."
"Sekarang, bunda janji akan bekerja lebih giat lagi. Kita berjuang bersama sama, oke sayang?" Ucap sasha, tak lupa tangan kanannya mengelus perutnya yg masih rata.
Hari ini, memang sudah hampir 1 bulan lamanya sejak kejadian malam hujan itu. Dan sasha bertekad untuk melupakan kejadian yg mengerikan itu, dan sekarang ia fokus untuk menghidupi anaknya kelak.
Sepertinya, saat di rumah nanti akan ada perencanaan untuk masa depan sasha. Gadis itu sudah memikirkan berbagai cara, agar dirinya dan anaknya nanti bisa hidup dengan layak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunda END
General Fiction|17+| ******* Tanisha adrienne, hidup dengan segala keseharian yg biasa saja. Tak ada yg spesial dari dirinya, tapi. Semenjak bertemu dengan Arghi danandyaksa, hidupnya berputar 180 derajat. Malam itu, malam yg ditemani hujan. Menjadi saksi dimana...