delapan belas

4.7K 179 12
                                    

Karna perintah mama rissa yg menyuruhnya untuk mengabari para temannya yg ada di bogor, ia berencana menelfon mereka saat mama rissa dan papa feroz sudah pergi.

Arghi melihat sasha duduk di pinggir kolam segera menghampiri wanita cantik itu, dengan menyamankan duduknya arghi memandang wajah sasha.

"Cantik" satu kata lolos dari mulut arghi, sayangnya sasha tak mendengar. Wanita itu sibuk melamun.

Fuhhhhhhh

Arghi meniup telinga sasha, membuat wanita itu melihat wajah arghi yg tengah tersenyum bahagia.

"Apasih"

"Lagi mikir apa?"

"Gk tuh"

"Jangan bohong sha, lagi mikirin apa huh?"

"Lagi mikirin ayah, ternyata putrinya sebentar lagi mau di ambil. Sama lagi mikirin ibu sama nenek, mau bilang semoga putri mereka bisa menjadi istri yg baik."

Arghi tak kuasa mendengar suara rapuh milik sasha, tak bisanya wanita kesayangannya ini membuat sura rapuh. Dengan cepat, di rengkuhnya tubuh ringkih itu kedalam pelukannya.

Pelukan arghi sangat nyaman, sasha merasa dirinya di peluk lagi oleh sang ayah.

Arghi membisikkan sebuah kalimat yg membuat sasha sedikit tenang. "Tenanglah, mereka pasti senang melihat putei kecil mereka akan di jaga dan di perlakukan layaknya seorang ratu di sampingku."

Sasha melepaskan pelukannya, dan menatap tepat di mata arghi. Mencari sebuah kebohongan, namun sialnya ia tak menemukannya.

"Sha, coba liat ke atas." Ucap arghi dengan mendongakkan kepalanya, melihat ke arah langit.

"Aku cuman mau bilang sama ayah, klo putri kecilnya akan di jaga oleh pengawal."

"Kenapa pengawal? Bukannya raja?"

"Karna aku tau, kata raja di dalam hati kamu hanya untuk nama ayah. Bukan aku, dan kata pangeran itu selalu tertulis jelas bahwa pangeran itu adalah arga. Dan aku hanya seorang pengawal, yg siap merelakan apapun itu hanya untukmu."

Pipi sasha merona mendengar jawaban panjang dari arghi, sepertinya perkataan arghi memanglah benar adanya.

"Aku juga mau bilang sama ibu, klo putri kecilnya akan menjadi seorang istri. Dan aku yakin, tanisha akan menjadi istri yg baik. Oh iya, nenek juga. Cucunya yg cantik sekarang sudah tumbuh besar, menjadi seorang wanita yg teramat cantik dan kuat."

Tetesan air mata tak bisa lagi sasha bendung, ucapan demi ucapan yg arghi lontarkan. Membuat hati sasha tersentuh, semua ucapan itu sangat membuat hatinya senang.

Tak menyangka sasha akan menangis, arghi menjadi bingung. Apa mungkin perkataannya membuat sasha tersakiti?

"Sha, maaf. Apa aku salah berbicara?"

"Hiks.....t..tidak...hiks...hiks"

"Lalu kenapa kau menangis?"

".....a..aku..ak..uu..."

"Sudahlah, jika tak ingin memberi tahu. Tapi sha, sebentar lagj arga akan kemari. Bisa habis aku kena omelan arga, jadi jangan menangis ya."

"Ngomong apa sih, arga gk ngomel kok."

"Haduhhhh, gk tau aja kamutuh. Aku pernah kena omel arga tau gk."

Dan benar saja, arga datang detang sedikit berlari. Kakinya yg kecil itu sering kali membuat tubuhnya sedikit oleng.

"Ayahhhh"

"Apasih, ganggu aja tau gk."

"Hihh, ayah di caliin dali tadi."

Bunda ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang