I LOVE YOU [Completed]

14. Rumah sakit.

tampan sekali, tapi chapter kali ini temanya masih sedihಥ‿ಥ
°
°
°
selamat ... mengkesal~

*****

"Cuma mau minta maaf, kan? Awas aja kalo sampe minta balikan." Karina berjalan di depan Hyunsuk bersama Minju.

Mereka berenam berjalan menyusuri komplek perumahan setelah turun dari halte bis. Hyunsuk memutar bola matanya, "Emang kenapa kalo gua minta balikan?"

"Ga boleh," Larang Karina, "Temen gua terlalu baik buat lo."

"Eh, kalo ngomong di filter dong." Protes Junkyu, "Asal lo tau ya, Hyunsuk juga sebenarnya baik ..." jeda sesaat, "Cuma imagenya aja yang rada pecicilan."

"Lo mending diem, deh, jun." Saran Jaehyuk, "Daripada entar kena jotos Hyunsuk."

Junkyu mengulum bibir, mengangguk setuju.

"Sohyun kenapa ga masuk berhari-hari, ya?" Gumam Hyunsuk namun masih bisa didengar.

Karina enggan menoleh, "Kepo lo. Abangnya dora, ya?"

"Orang nanya di jawab, dong."

Karina mengangkat kedua bahunya, "Ga tau, mager kali."

Jelas itu bohong. Hyunsuk tidak mempercayai nya. Sejak kapan cewek pintar kayak Sohyun mager.

"Gua tau." Kata Jihoon tiba-tiba membuat ketiga temannya menoleh penasaran, "Kayaknya Sohyun lagi ada masalah, deh."

Otomatis Karina dan Minju menoleh sesaat.

"Inget, ga? Waktu karina bilang Sohyun lagi berjuang mati-matian buat ayahnya?"

Hyunsuk, Junkyu, dan Jaehyuk mengangguk serius.

"Bisa aja itu karna ada perampok."

"Lah kok?" Tanya Hyunsuk tidak mengerti.

"Nih, ya, gua jelasin. Jadi sebenernya, ayahnya Sohyun itu lagi ditawan sama perampok. Dan Sohyun itu lagi berusaha buat nyelametin ayahnya." Jihoon menepuk tangannya, "Makanya itu dia ga masuk selama beberapa hari."

"Bisa jadi." Timpal Junkyu, "Tapi gua rasa, sih. Sohyun itu sebenarnya lagi dijodohin sama ayahnya. Makanya dia suka sibuk. Bingung, mau milih ayah atau sekolah. Dan tau ga? Sohyun, kan akhir-akhir ini katanya selalu pulang cepet. Nah, pasti itu lagi ngurusin perjodohannya."

"Dan dijodohin nya sama si perampok!" Kata Jihoon dan Junkyu berbarengan.

Jaehyuk dan Hyunsuk mengangguk, kini terlihat jelas bahwa imajinasi kedua temannya sudah melewati batas.