ORANG BARU

3.7K 459 51
                                    

A/N : Aku memutuskan untuk ganti narasinya pakai bahasa baku. Karena saat pengeditan, rasanya nggak enak banget dibaca kalau pakai narasi non baku. So enjoy guysss :)




























Suara bel istirahat sudah berbunyi dan separuh dari keseluruhan siswa di sekolah mulai memadati kantin saat ini. Dentingan sendok yang bertemu piring serta obrolan dari setiap orang membuat ruangan besar itu menjadi berisik. Lalu diantara ratusan murid itu, Seulgi, Irene beserta teman-temannya pun ikut menjadi penyumbang kebisingan di sana. Mereka sedang makan siang sambil membicarakan acara liburan singkat -hanya untuk grup mereka- yang dipelopori oleh Wendy.

"Yuk minggu ini ke puncak ya, nanti gue minjem Villanya Om gue." ajak Wendy dan disambut baik oleh yang lainnya.

"Jangan minggu ini dong, gue ada acara" Irene menjadi satu-satunya yang kontra dengan ide gadis berambut pendek itu.

"Yaaah terus kapan? Padahal minggu ini long weekend lho, Jumatnya tanggal merah soalnya." kecewa Joy. Karena sama seperti yang lainnya, dia sudah tidak sabar untuk mendinginkan kepalanya yang hampir berasap akibat digunakan terlalu sering untuk mengerjakan tugas dan menghapal bahan ujian yang tidak ada habisnya.

"Pokoknya sih minggu ini gue beneran nggak bisa, ada acara penting. Tapi kalau kalian semua mau tetep jalan ya nggak apa-apa, paling gue nitip Seulgi aja. Tolong jauhin dari dedek-dedek puncak ya" Irene berkata sambil melirik sang kekasih, membuat si Monolid yang duduk berhadapan dengannya memutar mata malas.

Sejak kejadian tempo hari, Irene menjadi lebih berani padanya. Gadis itu selalu memiliki celah untuk mengungkit kesalahannya. Namun yang mengherankan, dia tidak marah. Pertama, itu memang kesalahannya. Kedua, dia lebih suka melihat Irene yang tidak malu-malu lagi padanya seperti sekarang.

Ya, itu sebuah kemajuan untuk hubungan mereka.

"Nggak seru ah kalo ada yang nggak ikut. Minggu depan aja, sekalian lo pada kosongin jadwal dari sekarang biar nggak ada halangan lagi. Gimana?" usul Moonbyul dan disetujui oleh semua yang ada di meja itu.

*****


"Kamu hari Minggu mau kemana emangnya?" tanya Seulgi pada Irene yang duduk di belakangnya. Ia melirik sang kekasih dari kaca spion motornya.

"Hmm nggak tau" jawab Irene pelan.

Seulgi mengerutkan dahinya. "Acara keluarga?"

"Mungkin" Irene kembali menjawab dengan keraguan. Seulgi pun menghela nafas dan akhirnya memilih untuk bungkam.

Sesampainya di kediaman keluarga Bae, si Monolid menatap bingung pada kendaraan roda empat yang terparkir di garasi rumah sang kekasih. Ini memang bukan urusannya, tapi dia merasa asing dengan mobil berplat merah itu.

"Ada tamu?" tanya Seulgi seraya menoleh pada kekasihnya yang sudah turun dari motor.

"Iya." Irene menjawab singkat lalu melepaskan pelindung kepalanya.

"Bunda nggak kerja?" Seulgi kembali bertanya, berharap kali ini mendapat jawaban yang sesuai dengan pertanyaannya.

Namun Irene langsung mematahkannya dengan menjawab menggunakan kata "Iya" untuk kedua kalinya.

Seulgi pun menghela nafas pelan. "Rene, kalo ada apa-apa tuh cerita." Ujarnya.

Yang disebut namanya pun menatap sang kekasih dengan satu alis terangkat. "Kalau aku cerita, emangnya kamu peduli?"

Seulgi menatap tidak percaya. Ia mulai jengkel dengan sikap gadisnya itu. Si Monolid merasa tidak melakukan kesalahan jadi Irene tidak perlu meluapkan kekesalannya -yang entah apa itu- pada dirinya. Seulgi sudah cukup bersabar hari ini, tapi dia tidak lagi bisa menahannya.

SR - PACARAN ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang