c e m e t e r y

102 13 2
                                    

"Baby, may l come in?"

Kesekian kali Alex mengetuk pintu ruangan yang berwarna hitam legam itu, berkali-kali pula ia memanggil kekasihnya dengan panggilan-panggilan sayang. Pasalnya sang kekasih tak kunjung menampakkan batang hidung setelah berjam-jam mengurung diri di ruang baca kesayangan. Kalau saja di pintu itu tidak tertulis dengan jelas tulisan PERMISSION FIRST IF YOU WANT TO ENTER! serta smart doorlock berpin terpasang, sudah jelas Alex akan nyelonong langsung masuk saja.

Tapi ini menyangkut Daniel, satu-satunya orang yang ia sangat jaga dan hargai privasinya. Karena Alex percaya, Daniel tak mungkin macam-macam di dalam sana. Lagi pun, hal terburuk apa sih yang akan terjadi di dalam perpustakaan kecil kepunyaan Daniel itu? Di dalamnya hanya terdapat satu sofa tuxedo singgasana kkungie dan chaebugi  yang bertakhta dengan nyaman(agak kontras untuk ukuran boneka kucing ungu dan kura-kura hijau di sofa abu-abu gelap milik mereka, tapi Alex sangat suka.) satu lampu pendar yang hanya menyala jika Daniel membaca hingga malam, coffee table canggung yang lebih banyak mereka gunakan untuk make out ketimbang ditaruhi benda, atau jika Alex sedang keluar rumah, akan Daniel jadikan pijakan untuk mengambil buku di rak yang ia tak sampai.

Satu-satunya hal mengerikan yang mungkin terjadi adalah; Daniel pingsan di dalam karena lupa makan dan dunia luar setelah membaca satu serial Thirteen Books of Euclid's Elements, di hari weekend. Kalau Alex tak pulang ke rumah setelah perjalanan bisnis malam itu, mana mungkin satu pun manusia tau Daniel yang pucat pasi tergeletak di sofa ruang baca, dengan 3 botol americano starbucks di sekitarnya.

"Aku seneng banget bacanya sampe lupa makan," katanya tertawa-tawa kecil seraya membetulkan letak kacamata yang melorot, Alex menatapnya dengan sinis, ia marah. "Habisnya buku ini 'kan susah banget dapetinnya. Eh, tiba-tiba kamu langsung kasih ke aku satu set, aku udah ga sabar banget mau baca, tapi ya harus nunggu sabtu minggu pas libur kerja. Makanya pas sabtu pagi langsung ngambil kopi baru caw baca sampai--"

"--Pingsan." Alex memotong cerocos panjang Daniel dengan dingin.

Daniel tertawa lagi. "Maaf," katanya lalu mengecup bibir Alex sekilas, menghapus cemberut dari bibirnya, sambil tangan Daniel menyusuri kerutan di dahi Alex yang kian menjadi. "Aku ga bakal gitu lagi kok." sambung Daniel lalu menarik Alex ke dalam rengkuhannya.

"Kamu kalau gitu lagi bukunya aku sita, ya." kata Alex dengan nada setengah mengancam, tapi ia tak mungkin sih sampai hati melakukan itu.

"Loh? Ga boleh dong! Itukan buku aku?!" Daniel membalas sengit, dengan mulut yang refleks sedikit dimonyong-monyongkan, tanda ia tak senang.

"Aku yang nyari, jadi itu punya aku."

"Tapi kamu udah kasihin ke aku!"

"Kapan aku bilang ngasih?" Alex tak berhenti juga menggoda Daniel, ya pasalnya anak ini memang goda-able dan ekspresi frustasinya bukan membuat orang-orang ingin berhenti mengganggu, tapi justru malah makin ingin. Tapi, untuk buku itu, Alex tak mungkin mengambilnya kembali. Pertama juga, ia tak mengerti matematika, ia tak se-pandai itu sampai menjadikan buku matematika bahan bacaan.

Kedua, untuk ukuran seorang yang suka membaca dan menulis puisi, buku-buku novel dan nonfiksi dengan cover indah lebih mengasah motorik dan jiwa senimannya, ketimbang buku-buku berwarna datar itu dengan cover yang sama di setiap volumenya. Membayangkan buku itu ada di rak-rak buku bacaannya membuat Alex bergidik ngeri.

Niatnya memang sejak awal mencari buku yang susahnya minta ampun itu adalah untuk menyenangkan Daniel. Melihat anak itu seringkali bercoleteh ingin pulang ke rumah dan mencuri buku itu dari rak buku ayahnya kerap membuat Alex tertawa. Maka Alex pun dengan giat mengumpulkan buku-buku itu dari toko loak atau bahkan membeli dengan harga nego di luar akal agar ada penjual yang mau menjualkan buku itu padanya. Dan, yah... balasannya setimpal kok. Senyum sumringah Daniel ditambah perilaku manis dan ndusel-nduselan darinya kadang suka membuat Alex lupa bumi. 

nasi goreng -(mostly) hyungkyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang