h i g h

121 13 3
                                    

(peringatan! chap ini plotless, sangat pendek, dan tidak jelas.)













Gelap.

Bahkan cahaya temaram yang berpendar pun tak mampu mengubah kelam dalam diri Alex. Berkali-kali lelaki itu menarik nafas panjang, lalu membuangnya perlahan, seakan jika sekali saja ia tergesa hidupnya akan berakhir di sana.

Dimana? Siapa?

Musik keras menerpa telinga, ditambah dengan bau rokok merk murah dan bau seks, serta pelayan dengan pakaian minim yang berlalu-lalang, harusnya ia lebih dari tahu ini dimana.

Tapi lelaki di umur 20-an akhirnya itu tampak bingung, pikirannya kalut. "Lex, sepertinya kita butuh break." Alex tertawa lebar, ia bahkan sampai tersedak liurnya sendiri dan terbatuk-batuk. Entah kenapa, kalimat itu terasa begitu humor di telinganya. "Kita omongin dulu, hm? Kenapa? Aku ada salah?"

"Bukan salah kamu," tatapan lelaki yang lebih muda itu tegas. "Aku." Alex mendecih keras. Bullshit! Kini jari-jarinya mengepal, mendengar suaranya hari itu membuatnya kesal. Hari itu, kenapa tak ia pukul saja kekasihnya? Kenapa ia masih bersikap lembut di hadapannya? Padahal sudah beberapa bulan Alex memendam benci dan kesal di lubuk hati. Tapi hari itu, kenapa ia masih jatuh?

Tak bisa Alex pungkiri, pesona seorang Daniel memang kadang mampu menggetarkan seluruh kalbu, susah tidur jika menatap eyelash panjang dan netra sedalam samudra miliknya, luasnya berpikir otak laki-laki muda itu memandang dunia, binalnya ia mengerang dengan gerak statis dan wajah kelewat erotis jika musim kawin menerjang.

Ah, memang rasanya pantas jika semua orang bertekuk lutut untuk Daniel. Mengencani lelaki seperti Alex yang bertemu lewat tinder, mungkin hanya secercah dari rasa bosan dan kebaikan hatinya.

Namun tetap saja, rasa sakit itu tetap menerjang diri Alex, dalam. Sangat dalam hingga ia merasa sakit yang awalnya hanya bermekar di dada itu kini mulai menyebar ke seluruh tubuhnya, naik menggerogoti otaknya hingga kini ia tak lagi bisa berpikir benar.

Kasihan, lelaki yang mengira dirinya sudah dewasa itu, mengenal patah hati terlambat dari seharusnya. Awalnya ketika ia mempergoki kekasihnya mencium wanita lain, di sebuah pojok cafe gelap tempat biasa mereka berkencan. Tubuh Alex yang melihat langsung kejadian itu tak bisa menerka apa yang seharusnya ia lakukan. Melabraknya kah? Meninjunya? Apa kata orang-orang nanti melihat seorang pria meninju pria dan wanita yang sedang berbagi kasih?

"Aku tidak peduli bagaimana orang memperlakukan aku. kalau mereka mau merendahkanku, silahkan saja, tapi aku yang memiliki hak untuk merasa direndahkan atau tidak, dan aku juga yang memilih cara paling pantas untuk membalas." Alex teringat perkataan Daniel malam itu, ketika Alex marah besar setelah melihat bekas tamparan di pipi bersih Daniel, beralamat dari seorang one nightstand yang salah paham dan mengira lebih. "No need to worry, aku sudah menghadiahi ludahku dan menyundut tangannya dengan rokok, kok..." kata Daniel ketika pelukan Alex melingkari tubuhnya.

"Lex?" Daniel menepuk pundaknya, membawa hayal Alex kembali ke masa kini, mendapati kekasihnya itu sudah berdiri menghadapnya bingung. "Did you just... kissed Rachel?" Alex bertanya dengan perlahan, takut pertanyaannya menyakiti Daniel, ia lupa padahal dirinya juga berhak untuk merasa sakit.

"Oh, kamu lihat?" laki-laki muda itu mengurai rambutnya dari ikatan rambut yang melorot, wangi manis shampoo kesukaan alex pun segera tercium. Ketika pemuda itu mengumpulkan helaian rambutnya dan mengikatnya tinggi, tubuh rampingnya yang hanya dibaluti crop top hitam ikut terangkat dan menampakkan perut indahnya, dengan bekas tindik tipis di dekat pusarnya serta tattoo mawar di rusuk bawahnya. "Kenapa ga nyamper? i'm just shoothing her, dia habis diputusin." Sambung Daniel.

Jawaban itu menakjubkan Alex, bagaimana dengan gamblangnya Daniel mengakui ia barusan mencium wanita lain, dengan dalih menenangkannya. Tapi itu bukan satu-satunya saat Alex merasa takjub dan tersihir oleh pribadi Daniel. Di bulan-bulan selanjutnya, Alex kerap kali mendapati Daniel mencium, ataupun dicium orang lain, dan ketika Alex meminta penjelasannya, Daniel akan menjawab. "His lips look delicious," atau. "I'm just feel like it." dan akan berakhir. "Do you want a kiss too? Mr. Jealousy jealousy?" tanya Daniel setengah tertawa sambil menggerakkan alisnya jenaka, lalu mencium tipis bibir Alex, menghapus segala rasa cemburunya. Alex mendecak kesal, curang!

Ia menyesal, harusnya detik pertama ketika ia memergoki Daniel mencium Rachel, ia tahu itu tidak akan jadi yang terakhir. Harusnya ia tahu tak ada keharusnya mentolerir suatu kesalahan, dengan alasan apapun!

Mana Alex tahu jika Rachel dahulu adalah bekas friend with benefit Daniel, mana Alex tahu jika Matthew yang Daniel cium di malam hujan di depan perpustakaan itu adalah mantannya, dan dari mana Alex tahu jika Frederick yang kerap kali Daniel inapi rumahnya itu adalah mantan calon yang Daniel ceritakan padanya batal menikah.

Bau parfum tajam menusuk penciumannya, menambah rasa pusing yang sedari tadi merotasi kepalanya. Alex mengatupkan matanya beberapa kali, berusaha menetralisir sakit di kepala serta pandangan yang mengabur. Oh Tuhan. Alex menarik langkahnya ke lantai dance, menemukan tubuhnya bersatu dengan kerumunan yang bagai kesetanan, mengajak siapa pun di sekitarnya untuk berbagi sedikirt servis pinggul dan kecupan-kecupan tipis pada pipi dan bibir partner menarinya.

Memang tak ada yang jelas jika otakmu sudah tenggelam oleh indahnya ilusi alkohol, apalagi ketika tiba-tiba Alex sudah mendapati kepala seseorang wanita di antara kedua pahanya. Ketika otaknya sudah menyampaikan pesan selanjutnya wanita ini akan melakukan apa, tubuhnya bagai disiram air dingin, ia menggigil hebat, dan kepala wanita itu mendongak membuat tatap mereka bertemu, mata wanita itu menatapnya bingung, dan cukup sudah.

Dengan lekas ia menuturkan maaf dan pergi dari ruangan sempit itu. Ia meninggalkan club sambil memegangi pinggang celananya, otaknya yang setengah berfungsi mengingat-ingat, di manakah gespernya telah menghilang.









fin.

salahin temanku, dia habis putus tapi nyuruh aku nulis ginian kan, kek????

nasi goreng -(mostly) hyungkyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang