Ex

468 46 3
                                    

Feel free to comment and vote, thank you.

👁👄👁

Chan menatap Mingyu yang membawa cangkul dan juga bunga mawar di tangannya dalam keadaan mabuk, benar-benar mabuk. Chan memutar bola matanya bosan.

"Pulang aja, Ming. Gak ada kata kasian hari ini." ujarnya nyaris saja menutup pintu kamarnya yang masih dilengkapi dengan tulisan "DO NOT DISTURB!" berwarna merah menyala, namun Kim Mingyu yang mabuk tidak mengerti kalimat itu dan menggedor pintu kamar kos mantan kekasihnya, Lee Chan.

"Chan, ayo kita balikan ... gue nyesel banget. Maafin gue ya?" Rengekan Mingyu terdengar menyebalkan di telinga Chan.

"No." Jawab Chan dengan tegas, tanpa ragu sedikit pun.

"Lo pikir lo bisa hidup tanpa gue?" tiba-tiba Mingyu berteriak padanya lalu menyodorkan mawar pada Chan, pemuda yang disodori mawar pun mengambil bunga berwarna merah darah itu lalu membuangnya ke lantai.

"Ya, tentu." jawab Chan dengan sadar, membanting pintu kamarnya tanpa perduli dengan Mingyu yang telah menangis di depan kamarnya. Chan melanjutkan tugasnya yang tadi sempat terganggu oleh mantan tidak penting.

"Yang selingkuh siapa yang galau sampe stress siapa," Chan menggerutu dibuatnya. Memasang headset dan menyetel lagu milik Enhypen yang berjudul fever dengan volume besar sehingga ia tidak dapat mendengar tangisan Mingyu dan juga drama diusirnya Mingyu oleh Mark selaku anak pemilik kos yang merasa terganggu setiap kali Mingyu datang berkunjung dan membuat keributan.

Chan telah diberikan peringatan oleh Mark, namun ia tidak bisa berkata apa-apa setelah melihat Chan sendiri yang menyeret tubuh Mingyu keluar rumah kos dan Mingyu malah menangis di depan rumah kos mereka. Chan hanya bisa mendengus malas, "Biar dia di urus sama warga aja, gak usah di perdulikan, Mark." dengan datar ia mengatakannya lalu melengos kembali ke kamarnya juga tak lupa untuk mengunci pintunya.

Hape Chan berbunyi dan di papan notifikasi hape Chan terpampang dua pesan masuk dari Mark dan pesan di grub. ia membuka pesan dari Mark terlebih dahulu.

Mark anak ibu kos

"Gue udah kasih tahu semua anak kos kalau ada tamu harus dilihat dulu, kalau itu Mingyu jangan dibukain pagar atau pintu."

thanks, ya mark.

gue jd ga enak

"sans, no prob"
"Oh iya, bukan maksud ngusir, tapi kata mama kalo lo udh gak nyaman mending pindah aja sih. Kos mama gue yang di jalan Pramuka ada, harga sama kok. Timbang lo disini di teror mantan mulu?"

Makasih Mark, sampein juga ke tante nnti gue pikirin lagi.

"OK"

Chan menutup hapenya, melanjutkan tugasnya yang sempat tertunda lagi. Kalau buat pindah, Chan jujur males banget buat bawa barang-barangnya, packing itu melelahkan, kawan.

Lagi-lagi hape Chan berbunyi kini bukan sebuah pesan melainkan telepon dari nomor tak dikenal, tentu saja Chan tahu nomor siapa itu. Itu Mingyu yang masih berusaha untuk menelponnya. Chan mengabaikan, bahkan memasukan nomor tersebut ke daftar hitam.

Mendengus pelan, lalu melanjutkan mengerjakan tugasnya.

Semua ini terjadi karena Mingyu yang memulai menyulutkan api dengan berselingkuh dan mulai memfitnah Chan di depan teman-temannya. Chan yang saat itu tidak terlalu perduli dengan hal itu hanya membiarkannya berlalu, karena dia tulus menyayangi Mingyu.

Mingyu juga, tapi anehnya anak ini seperti kurang puas dengan hubungan mereka dan mulai melakukan hal-hal di luar dugaan.

Dia juga posesif hingga memata-matai Chan dengan meneror teman-teman Chan, membuat tak nyaman siapapun.

Chan masih mendiamkan hal itu, menganggap Mingyu hanya sedang khawatir.

Mengatakan Chan adalah seorang psikopat yang selalu saja menerornya ketika ia sedang hang out bersama teman-temannya. Padahal saat itu Mingyu tidak bilang dia akan pergi bersama teman-temannya, bahkan ia berjanji pergi membeli es krim dengan Chan.

Puncaknya dimana Mingyu kedapatan mencium seorang gadis tidak diketahui identitasnya di pinggir jalan. Mereka tampak mesra.

Chan menunggu sesi berciuman itu selesai lalu menghampiri keduanya, memutuskan Kim Mingyu lalu mengucapkan selamat kepada mereka berdua yang telah menjadi orang yang paling menjijikkan di dunia, bagi Chan.

Chan pulang dengan wajah super tegang, sesampainya di kamar kos ia menangis sejadi-jadinya. Wajahnya memerah penuh dengan peluh dan air mata.

Salah apa dia? Padahal dia mencintai Mingyu tanpa celah.

Malam itu ia habiskan dengan menangis sambil mendengarkan lagu hingga tertidur.

Keesokan harinya ia jalani dengan biasa, hanya sedikit lemas. Lalu ia bertemu dengan seorang teman yang juga berteman dengan Mingyu, Yeri.

"Hai, Chan! Lo kok pucet sih?" Sapanya, berbasa-basi.

Chan tersenyum, "Iya, lupa sarapan tadi soalnya kesiangan." Jawab Chan seadanya.

Yeri merasa iba, "Chan, maaf ya. Gue denger lo diputusin sama Mingyu. Gue turut sedih ya, Chan. Lo yang kuat, cowok bukan cuman Mingyu di dunia ini."

Chan membuka lebar matanya, "Hah, gimana, Yer?"

"Apa yang gimana?" Tanya Yeri balik.

"Gue gak di putusin, Yeri. Gue yang mutusin." Jelas Chan, Yeri terkejut dan mulai menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Uh ... Mingyu bilang-"

"Sudah gue duga. Apa lagi yang dia bilang, Yer?"

Siang itu mereka membicarakan apa saja yang telah dilakukan Mingyu terhadapnya selama ini.

" ... gitu, jadi semua itu hoaks nih?" Yeri nampak kecewa dan juga lega, soalnya ternyata temannya ini tidak semengerikan yang Mingyu bilang.

"Ya ngapain gue neror orang lagi hang out sama temen, Yer? Gue juga manusia, ngerti kali gimana rasanya pengen main sama temen-temen." Ujar Chan sambil memijit kepalanya yang mulai terasa berat.

"Wah, gila sih. Kaget banget gue, lo itu selama ini jadi bulan-bulanan di tongkrongan. Karna kita nganggep lo itu maniak banget! Cuman ya emang bahasan di tongkrongan aja, makanya yang tahu cuman kita-kita doang. Masalah cewek itu, itu temen kita juga namanya-"

"Gak usah, gak perlu nama. Gue udah gak perduli. Sakit sih, tapi ya ngapain galauin orang kayak gitu?" Chan akui ia merasa di khianati, namun logikanya tetap berjalan dan mengatakan bahwa ini semua sudah tidak benar. Yeri mengangguk dan menepuk pundak Chan.

"Makasih ya, Yeri. Udah lo kasih tau ini semua, kalau lo gak ngasih tau mungkin sampai gue mati pun gue gak tahu apa-apa."

"Iya, Chan. Sama-sama, lo yanf tabah ya,"

Mereka bersalaman lalu pergi ke tujuan masing-masing.

Sekarang kalian mengertikan kenapa ini semua terjadi?

Chan gak bakalan lagi balikan sama manusia kayak gitu!


Fin.

IB: Maniac by Conan Gray.

Gjls wkwk

Silahkan isi unek-unek kalian tentang buku ini di secreto aku, link di bio. Makasih♥︎

Dance Dance [Mingyu X Chan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang