WHISKEY

316 57 38
                                    

Hyunjung tidak bisa benar-benar tidur siang. Ia malah seperti orang tidak waras dengan berbaring berjam-jam sambil memeluk jaket milik Jimin. Jangan lupakan dengan air mata yang tak henti mengalir, seolah menjadi hal yang kontradiktif pada keputusannya untuk mengakhiri hubungan mereka.

Sejujurnya sedikit pun Hyunjung belum bisa menyingkirkan Jimin dari hidupnya. Wallpaper ponselnya masih foto tangan mereka yang saling menggenggam. Layar kuncinya masih foto dari sticky notes yang ditulis Jimin, pada kotak makan siang darinya yang menjadi awal perkenalan mereka.

Karena itulah Hyunjung sebisa mungkin menghindar dari Jimin, untuk meminimalisasi kemungkinan pria itu akan melihat kenangan kecil yang masih ia pertahankan. Jimin tidak boleh meninggikan harapannya agar hubungan mereka bisa kembali seperti semula.

Hyunjung keluar kamar ketika hari sudah mulai gelap. Tadinya ia ingin tetap di dalam agar Yoongi—yang mungkin saja keluar dari studionya—melihat matanya yang sembab dan bengkak. Pria itu sahabat baik Jimin, jadi bisa saja ia akan menceritakan hal itu padanya. Namun tenggorokannya yang terasa kering memaksa Hyunjung untuk keluar, dan prasangkanya benar terjadi.

Yoongi keluar studio dan sedang menyantap makanan persis seperti yang Hyunjung makan siang tadi. Ia mengangkat memutar kepala untuk sekadar menoleh asal ketika Hyunjung keluar kamar, lalu kembali fokus pada makanannya tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Hyunjung mengambil gelas dan mengisinya dengan air hangat melalui dispenser yang ada di dapur. Ia memperhatikan Yoongi yang sedang makan, dan hal itu sepertinya mengusik ketenangan pria itu.

"Kau butuh sesuatu?" tanya Yoongi, dengan mengangkat pandangan pada Hyunjung. "Aku tidak tahu harus dengan apa untuk mengompres mata yang bengkak."

Sindirannya halus sekali, Hyunjung mencibir dalam hati. Namun setidaknya, Yoongi tidak basa-basi menanyakan alasan kenapa matanya bengkak, atau pertanyaan lain yang akan memaksa Hyunjung harus bercerita walau tidak perlu.

"Kau punya alkohol?" Selagi Yoongi—sepertinya—menawarkan, Hyunjung minta saja sekalian.

"Ada bir di kulkas."

Hyunjung menggeleng. Bir bukan yang diinginkannya sekarang.

"Sesuatu yang lebih kuat dari bir dan soju. Jimin pernah cerita kalau kau gemar membeli wiski atau wine yang persentase alkoholnya tinggi."

"Terlalu tinggi. Jangan." Yoongi menolak.

"Aku kuat minum."

"Aku tahu, tapi tidak untuk jenis minuman yang kupunya. Jimin saja tidak kuat. Jangan macam-macam."

"Beri aku satu teguk saja. Hm?" Hyunjung masih berusaha merayunya. Ia sedang ingin menenggak apa pun yang bisa membuang segala tentang Jimin dari pikirannya.

"Tidak." Yoongi tetap pada pendiriannya.

"Di mana kau menyimpannya? Studiomu?"

Hyunjung melenggang begitu saja ke kamar yang digunakan Yoongi sebagai studionya, dengan membawa serta gelas yang tadi ia gunakan untuk minum air putih. Yoongi berteriak, tapi tak dihiraukannya sama sekali, sehingga pria itu akhirnya memutuskan untuk mengikutinya.

"Itu wiski, 'kan?" Hyunjung hampir meraih botol wiski yang dipajang di rak dalam studio, tetapi Yoongi lebih cepat mendahuluinya.

"Tidak yang ini," katanya. "Terlalu tinggi."

"Satu teguk saja. Sungguh." Hyunjung memohon. "Aku butuh apa pun yang bisa membuatku cepat tidur dan mengusir Jimin dari pikiranku. Akan semakin sulit melupakannya jika aku terus teringat tentangnya. Kumohon."

PROBLEMATIC QUEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang