BAB 24 - Mimpi

290 26 3
                                    

Sehari sebelum perpisahan...

Aku duduk ditepi danau buatan, yang ada disekitar tempat tinggalku sembari menatapi langit senja di sore hari menjelang Maghrib.

"Kak... Kak Dimas" teriak seseorang memanggil namaku. Dan serta Merta duduk disamping ku.

Aku menoleh dan menjumpai Akmal, dia tersenyum ramah padaku. Entah kenapa dia bisa kembali ramah padaku.

"Selamat yah kak... besok Udah lulus, semoga entar kakak bisa cepat dapat kerja atau diterima di universitas yang kakak inginkan". Dia sangat bersemangat mengatakan hal itu.

Aku masih tak mengerti, kenapa dia bisa tiba-tiba baik kepadaku. Pikiran ku masih saja sudzon, Jebakan apa lagi yang Luna akan lakukan kepadaku.

"Koq Adek tiba-tiba baik sama saya sih..." Tanyaku heran.

"Kan kakak bentar lagi lulus, jadi gak ada gunanya kalau kita musuhan terus" dia masih tersenyum.

Aku tersentuh bisa melihat senyuman yang sudah lama tidak pernah kulihat semenjak pertengkaran hebat beberapa bulan yang lalu.

"Oh... Koq bisa tau saya ada disini?" Aku bertanya padanya.

"Gak tau... Tadi niatnya cuma jalan-jalan aja, tapi malah jumpa kakak disini".

"Kakak ingat gak, waktu pertama kali ketemu" dia mengajakku untuk bernostalgia.

"Ingatlah... Waktu hari pertama orientasi kamu datang terlambat terus dihukum jadi ketua gugus kan" Dia tertawa lepas mengingatnya.

"Terus apa lagi yang kakak ingat?" Ucapnya sembari menahan tawanya.

"Adek minta saya pasangin dasi, sama pasangin tali sepatu... Karena Adek takut sama kodim nya, dan gak berani nunduk... Tapi ujungnya ketahuan juga". Dia ngakak tertawa terbahak-bahak.

Entah kenapa dia bisa tertawa lepas seperti itu, aneh banget rasanya tapi aku senang.

"Terus kak... Terus..." Dia menyuruh ku, seolah-olah aku sedang stand up didepannya.

"Apa yah... Oh itu, kita menang lomba yel-yel padahal awalnya gak kompak sama sekali, tapi pas menang hadiahnya malah beng-beng... terus Adek kasih saya surat waktu hari terakhir orientasi... dan isinya pendek banget, sumpah ngeselin tau gak". Ucapku, dan kini aku mulai sedikit senyam-senyum mengingat hal itu.

"Lagi kak... Lagi..." Dia masih ngakak mendengar ceritaku tentang dirinya.

"Waktu pas malam seleksi OSIS... Adek minta saya untuk nemanin Adek kedalam toilet, habis itu Adek kena azab jatuh ke lumpur gara-gara bohongin saya".
Kini aku sudah mulai ngakak bersamanya.

"Habis itu pas aku sembunyi dalam lemari... Kakak nangis nyariin aku kan" kali ini dia mengejek dan mentertawakan ku.

"Oh iya kak... Kakak ingat juga gak? Waktu kita di Samarinda naik taksi online 8 orang dalam satu mobil... Sumpah itu kocak banget dah..."

"Iya ingat... Terus habis itu, Adek ingat gak waktu kita di Tenggarong pas ke museum Mulawarman, saya hampir keserupan disana".

Kali ini aku mentertawakan diriku sendiri, dan dia masih saja ikut tertawa lepas seperti tak ada beban masalah.

Kami terus tertawa bersama, serta bernostalgia tentang masa lalu.

"Kak maafin aku yah kak... Maaf saya udah buat kakak kecewa" suasana hening seketika karena dia berubah menjadi serius.

Aku bingung mau menjawab apa, karena disisi lain aku masih sakit hati dengan perkataan nya Beberapa bulan yang lalu.

"Aku udah memaafkan koq dek... Aku gak pernah benci sama Adek" jawabku yang membuatnya tersenyum lebar. Dan memeluk ku dengan sangat erat.

"Makasih yah kak... Entar kalau kakak pergi, jangan pernah lupain aku yah kak... Aku mau selalu menjadi kenangan terindah bagi kakak... Semoga kedepannya hidup kakak bisa lebih baik lagi" dia melepaskan pelukannya. Lalu pergi menjauh dariku.

"Adek mau kemana..." Aku berdiri dan berteriak memanggil namanya, tapi dia tetap tak menoleh .

"Dek akmal... Dek akmal... Adek mau kemana".

Aku terus memanggil namanya berulang Kali dan tak henti-hentinya, sampai akhirnya aku terbangun dari tidurku.

Ternyata apa yang barusan aku alami semuanya adalah mimpi' belaka, tapi semua Terasa nyata.

Mungkin karena aku sangat kangen sama itu bocah, sampai-sampai terbawa kedalam mimpi.



Here's Your Perfect (Bromance)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang